Liputan6.com, Jakarta - Kesempatan kerja terbuka di Lion Boga, bagian dari Lion Air Group, untuk para koki profesional. Posisi yang terbuka adalah Sous Chef dan Chef de Partie untuk bergabung menjadi tim penerbangan.
Dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Senin, 5 Juni 2023, sous chef akan menjadi bagian dari tim utama dalam merancang, mengembangkan, dan menyajikan menu berkualitas tinggi untuk penerbangan. Kandidat terpilih akan bekerja sama dengan chef eksekutif yang berpengalaman dalam menciptakan hidangan yang memuaskan selera penumpang.
Baca Juga
"Keahlian utama dalam meminpin dan mengoordinasikan staf dapur, serta menjamin kualitas dan kebersihan akan menjadi faktor kunci dalam kesuksesan," kata Corporate Communications Strategic of Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro.
Advertisement
Sementara, chef de partie akan bertanggung jawab atas produksi makanan yang sehat, berkualitas tinggi, dan tepat waktu. Posisi strategis ini disebut ujung tombak pemenuhan standar mutu makanan, serta memastikan bahwa setiap hidangan yang keluar dari dapur katering punya cita rasa khas.
"Kemampuan dalam memimpin tim, mengelola inventaris, dan mempertahankan tingkat sanitasi yang ketat akan memberikan kontribusi besar terhadap kinerja keseluruhan tim Lion Boga," sambung Danang.
Ia menyatakan bahwa individu yang dicari adalah yang berbakat, kreatif, dan berdedikasi dalam bidang kuliner. Pengalaman kerja sebelumnya di industri perhotelan, kapal pesiar, restoran, atau perusahaan makanan dan minuman akan menjadi nilai tambah.
"Semangat dan minat tinggi terhadap dunia penerbangan dan makanan adalah kualitas yang Lion Boga cari sebagai kandidat yang ideal," ujarnya.
Â
Syarat-Syarat yang Harus Dipenuhi
Syarat-syarat lain yang harus dipenuhi meliputi:
- Usia antara 35 hingga 45 tahun
- Gelar Diploma (D3) dalam bidang Tata Boga, Perhotelan, Pariwisata, Kuliner, atau Food & Beverage
- Kemampuan memasak yang handal dalam produksi makanan
- Keahlian dalam pembuatan roti dan kue (bakery - pastry)
- Pemahaman tentang standar ISO, HACCP, Food Safety, Seni Kuliner, Manajemen Dapur Operasional, GMP, Kebersihan dan Sanitasi Makanan
- Keahlian dalam menyusun dan mengembangkan menu
- Pengalaman dengan sistem komputerisasi
- Mampu berkomunikasi aktif dalam bahasa Inggris
- Siap bekerja dalam shift di jaringan Lion Boga
Informasi lebih lanjut, silakan kunjungi tautan:Â https://bit.ly/RECRUITMENT-LBSÂ . Pendaftaran akan ditutup pada 14 Juni 2023.
Danang menegaskan, prosedur perekrutan itu dilaksanakan langsung tanpa perantara dan tidak dipungut biaya. Seluruh tahap rekrutmen dijalankan menggunakan sistem penerimaan berbasis elektronik (e-recruitment). Pengumuman penerimaan seluruh karier perusahaan (lowongan kerja) dapat diakses melalui akun Instagram Recruitment Lion Air Group (@recruitmentlionairgroup).
Advertisement
Alasan Makanan di Pesawat Terasa Hambar
Pernahkah Anda merasa nafsu makan berkurang ketika sedang berada di pesawat? Makanan yang terlihat lezat bisa jadi terasa hambar di lidah saat disajikan di atas ketinggian.
Itu bukan hanya pendapat para penumpang, tapi juga diakui pihak maskapai. Qatar Airways Culinary Development Manager Decha Mingkwan menjelaskan, hal itu terjadi karena tekanan udara di dalam pesawat yang mempengaruhi telinga dan berujung pada kemampuan lidah dalam merasakan makanan.
"Dulu, kami membuat makanan jadi lebih asin untuk di pesawat," ungkap Decha di Cengkareng, dilansir dari Antara, 27 Februari 2020. "Namun sekarang, makanan di darat dan di pesawat yang kami buat rasanya sama."
Ia menambahkan, hal itu dimungkinkan karena sirkulasi udara yang lebih baik di pesawat sehingga tidak begitu mempengaruhi kemampuan mencecap. Indera perasa kurang berfungsi di ketinggian. Tingkat kelembapan yang rendah dan tekanan udara membuat indera perasa jadi lebih tumpul.
Itu menjadi alasan maskapai kerap menyajikan makanan pedas atau asin agar lebih terasa. Suara mesin pesawat juga bisa berpengaruh pada ketidakmampuan mencium dan merasakan makanan serta minuman.
Memakai penutup telinga untuk mengurangi suara bising bisa jadi cara termudah agar makanan dan minuman terasa lezat di dalam pesawat, kata Profesr Charles Spence, penulis "Gastrophysics: The New Science of Eating" seperti dikutip dari Telegraph.
Limbah Makanan dari Pesawat
Melansir South China Morning Post, 13 Januari 2021, menurut data Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), maskapai penerbangan menghasilkan 6,1 juta ton limbah kabin secara global pada 2018. Sekitar 20--30 persen di antaranya terdiri dari makanan dan minuman yang tak dikonsumsi.Â
Sulitnya memprediksi perilaku makan penumpang jadi salah satu penyebab fenomena tersebut. Selain itu, untuk memastikan bahwa preferensi makanan terpenuhi, banyak maskapai penerbangan memuat lebih banyak makanan daripada yang dibutuhkan. Faktor lainnya adalah jika ada penundaan penerbangan dalam jangka waktu cukup lama, makanan mudah rusak biasanya harus dibuang dan diganti dengan yang baru.
Japan Airlines adalah salah satu dari beberapa maskapai yang mencoba mengatasi masalah ini. Pada November 2021, JAL meluncurkan pilihan "Ethical Choice Meal Skip," yang memungkinkan penumpang tak ikut makan dalam penerbangan mereka. Penumpang bisa mengikuti program dengan mengubah pemesanan mereka di laman resmi maskapai penerbangan atau di telepon sebelum keberangkatan.
Bagi yang melakukannya, pihak JAL akan memberi barang-barang, seperti sikat gigi dan penutup mata, sebagai ucapan terima kasih. "Sebelum pandemi, sekitar 10 persen penumpang kami cenderung melewatkan makan pada penerbangan tengah malam yang mengakibatkan pemborosan makanan," jelas juru bicara JAL, Mark Morimoto.
Advertisement