Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Belanda memutuskan untuk melarang penggunaan ponsel, tablet, dan jam tangan pintar di ruang kelas. Kebijakan itu diambil untuk meminimalkan distraksi, kecuali penggunaan gawai tersebut benar-benar dibutuhkan oleh siswa.
Kementerian Pendidikan Belanda menyatakan pada Selasa, 5 Juli 2023 bahwa pelarangan penggunaan gawai di dalam kelas akan dimulai pada 1 Januari 2023. Pengecualian akan diberikan untuk pelajaran keterampilan digital, atau bila siswa disabilitas atau kondisi medis lainnya membutuhkan bantuan peralatan tersebut.
Baca Juga
Mengutip DW, Kamis (6/7/2023), pelarangan itu sudah disetujui oleh Kementerian Pendidikan, pihak sekolah, dan organisasi lain yang terkait. Menteri Pendidikan Belanda Robbert Dijkgraaf mengatakan ponsel tidak termasuk dalam ruang kelas, meskipun benda itu 'terkait dengan hidup kita sehari-hari'.
Advertisement
"Para siswa perlu bisa berkonsentrasi dan perlu diberikan kesempatan untuk belajar dengan baik. Ponsel adalah gangguan, studi ilmiah menunjukkannya. Kita perlu melindungi para siswa dari hal ini," ia menambahkan.
Djikgraaf mengatakan sekolah akan diberikan ruang untuk mengimplementasikan pelarangan itu sesuai dengan rencana mereka. Namun, ia mengingatkan bahwa aturan hukum akan diberlakukan bila pelarangan itu tidak segera diimplementasikan pada musim panas 2024.
Keputusan Belanda itu mengikuti keputusan serupa yang diumumkan Finlandia pada pekan lalu. Sementara di Jerman, hanya negara bagian Bavaria yang secara resmi melarang ponsel di sekolah hingga tahun akademik terakhir, ketika larangan tersebut dilonggarkan.
Undang-undang kebebasan Jerman umumnya bertentangan dengan larangan ponsel, meskipun sekolah memiliki kebebasan untuk mengeluarkan peraturan mereka sendiri.
Bisa Ajarkan Anak Hidup Tanpa Gadget
Mendidik anak tanpa gadget saat ini bisa dibilang menantang. Apalagi, orang dewasa yang mengajarkannya sudah terbiasa hidup menggunakan gawai sehari-hari. Namun, seorang ibu menjadi contoh unik karena bisa mendidik sang buah hati untuk hidup tanpa gadget ataupun televisi.
Cara didikan ibu tersebut diunggah di laman TikTok @dearuti. Meski telah dihapus, videonya diunggah ulang oleh Instagram @undercover.id. Dalam video, ibu itu mengaku sepakat dengan sang suami untuk mendidik anak mereka selama lima tahun tanpa kontak langsung dengan teknologi.
"Sayang kita no gadget di rumah ya. Anak-anak tanpa gadget dan tv," tulis pemilik akun di awal video, dikutip kanal Hot Liputan6.com dari laman Instagram @undercover.id pada Rabu, 30 November 2022.
Pasangan suami istri itu pun menerapkan kurikulum rumah yang membuat anak mereka aktif belajar sambil bermain. Tampak dalam video, sang ibu telah mempersiapkan bola-bola jelly kecil dalam sebuah wadah yang berguna melatih motorik anak. Ada juga permainan memasukkan kelereng ke dalam botol.
Advertisement
Bertahan Sampai 5 Tahun
Meski ada momen di mana sang buah hati tidak mau menurut, pasangan itu tetap konsisten menerapkan kurikulum rumah yang mereka sepakati bersama. Jika bosan di dalam rumah, sang ibu akan mengenalkan anak-anaknya dengan dunia luar, melihat pelajaran dari alam dengan mengenal jenis-jenis tumbuhan. Lama-lama, sang anak semakin terbiasa.
"Tidak terasa 5 tahun uni tanpa gadget, masya Allah," tulisnya.
Mereka juga tampak difasilitasi dengan tumpukan buku. Selain untuk belajar membaca, anak-anak juga kerap dibacakan buku setiap hari. Kecintaan terhadap buku kemudian menurun kepada adiknya yang masih sangat kecil. Keseruan tersebut tentu membuat kurikulum di rumah mengajarkan banyak hal kepada mereka.
Video unggahan ibu itu pun mencuri perhatian warganet. Banyak yang salut dengan caranya mendidik anak. Ada pula yang mengatakan kalau parenting yang diterapkannya bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
"Ini keren bgt klo diterapkan buat yg ibunya bener2 full dirumah karna klo ortunya kerja dua2nya ga akan berhasil pake campur tangan pembantu yg belum tentu mau momong anaknya tanpa gadget," tulis akun @poetri.rizky.
"Aslinya itu semua orangtua bisa melakukan ini tetapi ya masalahnya di kesibukan masing masing aja, biasanya ada yang engga mau repot banget atau sebaliknya," tulis akun @djenar004.
Ciri-Ciri Kecanduan Gadget
Gadget alias gawai bisa membantu kehidupan seseorang, tetapi tak jarang bikin kecanduan. Istilah untuk kondisi ini adalah nomophobia (no mobile phobia), yang artinya adalah ketakutan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa ponsel ataupun gawai lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian, kecanduan gadget dapat mengubah zat kimia otak yang pada akhirnya memengaruhi kondisi fisik, psikologis, dan perilaku seseorang. Berikut adalah ciri-ciri kecanduan gadget yang dirangkum dari berbagai sumber seperti dikutip dari kanal Hot Liputan6.com, Kamis, 1 Oktober 2023.
1. Mengalami gangguan mata
Terlalu lama menatap layar gadget dapat membuat mata mengalami berbagai gangguan. Pecandu smartphone atau gadget dapat mengalami mata lelah, mata kering, hingga terganggunya penglihatan.
2. Nyeri pada bagian tubuh tertentu
Orang yang sudah kecanduan gadget sering kali tidak menyadari bahwa lehernya sering tertekuk dan jari-jari tangannya tidak berhenti mengetik di layar gawainya. Hal ini membuat kamu rentan mengalami sakit leher, nyeri bahu, serta nyeri pada jari-jari dan pergelangan tangan.
3. Infeksi
Perlu diketahui, layar gadget merupakan sarang jutaan kuman. Hal ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang menyatakan bahwa kuman E.coli penyebab diare paling banyak ditemukan pada gadget.
4. Kurang tidur
Pecandu gadget tidak jarang rela begadang untuk melakukan berbagai aktivitas dengan gadgetnya. Hal ini membuat kualitas dan waktu tidurnya berkurang. Masalah kurang tidur ini bisa meningkatkan risiko terjadinya obesitas, diabetes, hingga penyakit jantung. Karena kurang tidur pula, pecandu gadget akan sulit berkonsentrasi dan mengalami kelelahan sepanjang hari. Hal ini dapat meningkatkan risiko cedera atau kecelakaan saat bekerja atau menyetir.
5. Alami masalah kontrol emosi
Masalah psikologis yang sering terjadi pada orang-orang yang mengalami kecanduan gadget adalah menjadi lebih mudah marah dan panik, stres, sering merasa kesepian karena berjam-jam menghabiskan waktu tanpa bersosialisasi dengan orang lain, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi dan gangguan kecemasan, sulit fokus atau berkonsentrasi ketika belajar atau bekerja, hingga mengalami masalah dalam hubungan sosial, baik dengan keluarga, teman, rekan kerja, atau pasangan.
Advertisement