Liputan6.com, Jakarta - Pariwisata bak dua sisi mata uang. Di satu sisi berdampak positif pada ekonomi, di sisi lain tak jarang malah merusak lingkungan. Hal itu yang membuat wisata ramah lingkungan dianggap praktik yang menantang.
Kita bisa belajar dari kasus Maya Bay di Pulau Ko Phi Phi Leh, Thailand, yang terkenal sebagai lokasi film Hollywood "The Beach" pada 2000. Popularitas film tersebut menyebabkan lonjakan jumlah wisatawan hingga 8.000 orang per hari, memberikan tekanan besar pada habitat alami teluk tersebut.
Baca Juga
Teluk itu akhirnya ditutup untuk kunjungan wisata selama empat tahun sejak 2018. Tujuannya adalah untuk memulihkan kondisi terumbu karang dan satwa liar yang ada di sana.
Advertisement
Namun, pariwisata juga dapat menjadi sumber inspirasi untuk terhubung dengan diri sendiri, orang lain, dan tempat-tempat baru. Sebagai wisatawan, kita dapat belajar, berbagi, dan berkontribusi dalam praktik lingkungan yang positif. Peran kita sebagai wisatawan memiliki pengaruh yang signifikan. Uang yang kita belanjakan, interaksi sosial yang kita miliki, dan sumber daya yang kita konsumsi semuanya mempengaruhi wilayah yang kita kunjungi.
Dilansir dari CNN Travel pada Kamis, 13 Juli 2023, berikut adalah empat cara untuk membuat liburan Anda berikutnya lebih berdampak positif bagi lingkungan:
1. Dukung Ekonomi Lokal
Konsep "hanya ambil kenangan, tinggalkan hanya jejak kaki" telah menjadi mantra yang sering didengar dalam upaya mengurangi konsumsi dan dampak negatif dalam industri pariwisata yang peduli terhadap lingkungan. Penting bagi kita untuk memikirkan bagaimana kita dapat meninggalkan jejak positif yang lebih besar.
Salah satu cara terbaik untuk menerapkan pengaruh ekonomi Anda adalah dengan memilih untuk tinggal dan berbelanja di bisnis lokal. Bisnis lokal ini cenderung membayar pajak di daerah setempat dan dimiliki oleh serta mempekerjakan penduduk lokal. Dengan begitu, sebagian besar uang yang Anda belanjakan akan tetap berputar di dalam komunitas setempat.
Peduli Komunitas Setempat
Sebagai contoh, para wisatawan yang mengunjungi suaka badak di Botswana tidak hanya membawa pendapatan, tetapi juga mendukung lapangan pekerjaan. Suaka Badak Khama di negara tersebut, misalnya, pada 2010 mempekerjakan 26 staf tetap dan lebih banyak lagi pekerja lepas. Keberlanjutan ekonomi ini, pada gilirannya, dapat mendorong masyarakat lokal untuk menghargai pentingnya perlindungan terhadap spesies hewan yang rentan seperti badak.
2. Hemat Sumber Daya
Salah satu cara sederhana untuk mengurangi dampak pada lingkungan adalah dengan menggunakan lebih sedikit sumber daya dalam setiap tahap perjalanan Anda. Dengan berhemat, Anda dapat meminimalkan dampak lingkungan yang ditimbulkan selama liburan Anda.
Sebagai contoh, seorang wisatawan rata-rata menggunakan 300 liter air di akomodasi liburan mereka setiap malam. Dengan praktik sederhana seperti menggunakan kembali handuk, mengurangi penggunaan toilet, dan mempersingkat waktu mandi, Anda dapat membantu mengurangi penggunaan sumber daya air.
Selain itu, penting untuk mempelajari tentang daerah lokal yang Anda kunjungi dan masalah lingkungan yang menjadi perhatian di sana. Jika kehilangan habitat menjadi masalah, Anda dapat berkontribusi untuk organisasi lokal yang mendukung upaya konservasi. Organisasi seperti National Trust bahkan menawarkan program liburan di Inggris yang secara langsung mendanai pekerjaan mereka dalam pelestarian lingkungan.
Advertisement
3. Peduli Tempat
Penelitian menunjukkan bahwa perjalanan dapat menginspirasi perubahan hidup, seperti pindah tempat tinggal atau berpindah karir. Banyak pecinta olahraga panjat tebing, sebagai contoh, mengadopsi gaya hidup minimalis dan mobilitas tinggi. Studi tentang gaya hidup pendaki di Amerika Serikat menunjukkan bahwa tantangan hidup di jalan, berkemah, dan menghabiskan waktu di alam dapat memberikan pengayaan.
Contoh lain, wisatawan selancar telah memimpin berbagai kampanye menentang pembuangan limbah ke perairan pantai di Inggris. Anda dan teman-teman perjalanan Anda juga dapat menjadi pendukung semacam itu untuk tempat-tempat yang Anda sayangi. Bergabunglah dengan organisasi yang berjuang untuk konservasi, berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan, dan berbagi apresiasi Anda terhadap tempat-tempat ini dengan orang lain.
4. Keluar dari Zona Nyaman
Terkadang, ada godaan untuk tetap berada dalam gelembung wisata. Wisata kapal pesiar menjadi contoh klasik gelembung wisata tersebut. Tujuan yang dikunjungi mungkin bukanlah faktor utama, melainkan pengalaman menginap di kapal pesiar. Namun, pariwisata kapal pesiar jarang memberikan manfaat signifikan bagi penduduk lokal, malah berdampak negatif terhadap lingkungan.
Contohnya terjadi di Teluk Trujillo, Honduras. Peningkatan sampah dan limbah telah dilaporkan sejak kapal pesiar komersial mulai beroperasi di sana pada 2014. Kekhawatiran serupa juga telah mendorong seruan untuk membatasi pariwisata kapal pesiar di tujuan populer seperti Venesia, Marseille, dan Barcelona. Pada 2022, lebih dari 50.000 orang telah menandatangani petisi untuk melarang kapal pesiar di Marseille.
Menghindari asosiasi negatif semacam itu dapat dilakukan dengan keluar dari gelembung wisata yang biasa atau tren saat ini. Salah satu pilihan yang lebih ramah lingkungan adalah melakukan perjalanan jarak pendek ke kota-kota tertentu.
Mempertimbangkan antara Dampak dan Kenangan
Memperhatikan jejak yang Anda tinggalkan dan kenangan yang Anda peroleh dapat membantu Anda menjadi wisatawan yang lebih sadar terhadap lingkungan. Dengan meninggalkan jejak positif, berjalan dengan hati-hati, melibatkan diri dalam pengalaman, dan terus menjelajah, Anda dapat mengadopsi mantra ini untuk mengoptimalkan pengalaman liburan Anda sambil mengurangi dampak terhadap planet ini.
Begitu juga, teruslah menjelajah untuk memperluas cakrawala dan memperoleh wawasan baru. Namun, lakukan dengan mempertimbangkan dampak yang mungkin terjadi dan cara untuk menguranginya.
Dengan demikian, memikirkan jejak dan kenangan serta mengadopsi pendekatan yang peduli lingkungan menjadikan kita wisatawan yang lebih bertanggung jawab dan memberikan kontribusi untuk menjaga kelestarian bumi yang kita cintai.
Sementara itu, Kenny Santana, seorang travel blogger yang memiliki akun Instagram @kartuposinsta mengatakan, persiapan perjalanan sebaiknya dilakukan jauh-jauh hari. Ia bahkan menyiapkannya enam bulan sebelum keberangkatan.
Tahap selanjutnya barulah menyusun itinerary. Penyusunannya bisa menyontek daftar perjalanan milik teman yang lebih dulu berangkat atau dari berbagai sumber yang terpercaya. Kenny menyebut waktu luang harus disiapkan di sela-sela perjalanan. Saat itulah, para first timer mengeksplorasi destinasi tujuan agar bisa mendapat pengalaman-pengalaman tak terduga.
"Misalnya kalau kita suka ke kafe, ya bisa datangi kafe-kafe lokal. Habiskan waktu supaya bisa blend in dengan warga lokal," ujarnya.
Advertisement