Nongkrong Tenang di Pawon Tembemburi Klaten, Tempat Makan Tanpa Menu Tetap dan Bayar Sepuasnya

Jawa Tengah terkenal dengan beragam kuliner yang ditawarkan dalam berbagai konsep dan tema yang unik, salah satunya adalah Pawon Tembemburi di Klaten, Jawa Tengah.

oleh Farel Gerald diperbarui 31 Jul 2023, 06:30 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2023, 06:30 WIB
Pawon Tembemburi
Pawon Tembemburi yang terletak di Jetis, Jatinom, Kec. Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. (dok. Tangkapan layar Instagram @pawontembemburi/https://www.instagram.com/p/CqDPHdJyXW2/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==/Farel Gerald)

Liputan6.com, Jakarta - Satu lagi tempat makan sekaligus nongkrong unik di Jetis, Jatianom, Klaten, Jawa Tengah. Dinamai Pawon Tembemburi, tempat ini mengusung konsep kekeluargaan yang kuat. Selain disuguhi aneka makanan dan minuman, pengunjung juga bisa berbincang santai dengan pemiliknya, dan bahkan berkesempatan untuk terlibat dalam proses memasak.

Pawon Tembemburi awalnya dibentuk oleh Rafii Fujiberkah. Namun karena adanya komitmen lain, operasional dan pengembangan tempat makan ini kemudian dilanjutkan oleh Awan Merah. Tempat ini hadir dengan memadukan unsur budaya dan modernitas.

"Pawon", dalam bahasa Jawa, memiliki makna ganda Pertama, istilah ini merujuk pada bagian rumah yang dirancang khusus untuk kegiatan memasak. Kedua, "Pawon" juga bisa berarti tungku. Sementara, kata "Tembemburi" dalam bahasa Jawa berarti "masa depan".

"Jadi, Pawon Tembemburi itu semacam kemampuan kita untuk mengetahui ke depannya seperti apa sehingga kita bisa antisipasi, semacam meretas takdir," ungkap Puji Oktafiani, juru bicara Pawon Tembemburi kepada Liputan6.com pada Sabtu, 29 Juli 2023.

Pawon Tembemburi dibuka untuk umum pertama kali pada Januari 2023. Awalnya, tempat ini hanyalah tempat berkumpul teman-teman dekat dan keluarga.

Tempat makan ini menggunakan konsep unik, mereka tidak menyediakan menu tetap. Sebaliknya, pemilik dan tamu datang bersama-sama untuk menyiapkan makanan. Setiap tamu dapat berkontribusi dalam proses memasak, bahkan menentukan rempah-rempah dan bumbu yang akan digunakan. 

"Di Pawon ini kita cuma menjalani apa yang menjadi minat. Kita nggak ikut tren sih, cuma pengen memenuhi kebutuhan konsumen aja yang datang ke sini," ujar Puji Oktafiani yang akrab dipanggil Okta ini.

Menu-Menu Favorit

Pawon Tembemburi
Pawon Tembemburi menyajikan hidangan makanan dan minuman dengan bahan dan rempah lokal. (dok. Tangkapan kayar Instagram @pawontembemburi/https://www.instagram.com/p/CtvROd6rS_6/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==/Farel Gerald)

Pawon Tembemburi juga mengusung konsep hidup apa adanya. Mereka menanam berbagai jenis tanaman, seperti belimbing wuluh, pepaya, dan singkong, yang nantinya akan diolah menjadi bahan masakan mereka. Mereka juga tidak ingin tempat itu terlalu ramai pengunjung.

"Karena kalau terlalu ramai hubungan kedekatan dengan tamu akan hilang. Tamu hanya sekadar datang, makan, dan minum, nggak ngobrol," kata Okta. Mereka juga menghindari yang datang ke Pawon Tembemburi adalah mereka yang tidak tahu konsep tempat makan itu dan tidak menjaga lingkungan dengan membuang sampah sembarangan.

Meskipun tidak memiliki menu tetap, beberapa hidangan telah menjadi favorit pengunjung dan sering kali diminta. Hidangannya terdiri dari Mie Ongklok, Garang Asem dengan rasa asam dan segar dari belimbing wuluh, Ayam Asap yang dibumbui dengan rempah-rempah dan diasap hingga empuk, serta Labu Kukus.

Untuk minuman, wedang uwuh yang hangat dan kaya rasa menjadi pilihan banyak pengunjung. Ada juga Soju, bukan minuman keras dari Korea, melainkan campuran serai dan jeruk yang menyegarkan. Namun, salah satu minuman yang paling unik dan disukai di Pawon Tembemburi adalah kreasi dari Awan Merah, yaitu Wedang Terang Bulan. Minuman ini adalah mengombinasikan jahe, sereh, secang, kapulaga, dan daun jeruk, dicampur dengan air jahe yang difermentasi.

Menjaga Budaya Setempat

Pawon Tembemburi
Di Pawon Tembemburi, tamu-tamu yang datang harus melakukan reservasi terlebih dahulu. (dok. Tangkapan layar Instagram @pawontembemburi/https://www.instagram.com/p/CuZLtNnLDw3/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==/Farel Gerald)

Pawon Tembemburi juga mengedepankan prinsip 'farm-to-table' dengan memelihara hewan entok lokal. Dengan memelihara entok sendiri, Pawon Tembemburi dapat memastikan bahwa hewan tersebut tumbuh dengan sehat dan diberi pakan secara alami, tanpa penggunaan hormon atau antibiotik.

"Bahan seperti hewan dan tanaman yang ditanam kita manfaatkan, selain konservasi juga untuk menekan cost pengeluaran," tutur Okta.

Okta pun menambahkan untuk saat ini sudah ada rencana ekspansi ke tempat baru, namun lokasi dan waktu tepatnya masih dirahasiakan. Jika Anda tertarik untuk mengunjungi Pawon Tembemburi, penting untuk mereservasi terlebih dahulu. Menurut Okta, Pawon Tembemburi menerima maksimal 15-20 tamu dalam satu waktu.

"Biar memastikan bahwa setiap tamu mendapatkan layanan yang baik dari kita. Ini juga untuk mempertahankan suasana akrab karena kalau tamu terlalu banyak jadi tidak intensif," ungkapnya.

Pawon Tembemburi juga mengedepankan "kerja dari hati", yang berarti melakukan segala sesuatu dengan keikhlasan dan dedikasi penuh. Ini tercermin dalam metode pembayaran unik mereka, yaitu "pay as you feel". "Silakan membayar sesuai yang dirasakan setelah mengalami experience di sini," jelas Okta.

Kolaborasi dengan Komunitas Lokal

Pawon Tembemburi
Pawon Tembemburi sering mengenalkan destinasi wisata sekitar kepada tamu. (dok. Tangkapan kayar Instagram @pawontembemburi/https://www.instagram.com/p/CuZLtNnLDw3/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==/Farel Gerald)

Meski Pawon Tembemburi mempraktikkan metode pembayaran "pay as you feel", Okta menegaskan bahwa kualitas bahan-bahan yang mereka gunakan untuk makanan dan minuman yang disajikan tidak dikompromikan. Semua bahan adalah produk Grade A, atau kualitas terbaik, mencerminkan komitmen Pawon Tembemburi terhadap standar tinggi dan dedikasi mereka untuk memberikan pengalaman makan yang memuaskan bagi tamu mereka.

Selain itu, Pawon Tembemburi juga terlibat aktif dalam kolaborasi dengan komunitas-komunitas lokal. Salah satu program utama mereka adalah "Desa-Desa Tur", yang menawarkan pengalaman walking tour unik ke Pasar Legi, pasar tradisional yang hanya buka setiap lima hari sekali, serta pasar loak, tempat para penjual barang bekas berkumpul.

Tak hanya itu, tur ini juga membawa tamu ke Ruang Melambat di Wonosobo. Ruang Melambat adalah tempat yang mengusung konsep "slow living" atau gaya hidup melambat. Tujuan dari konsep ini adalah untuk menghargai setiap momen dan menikmati proses, bukan hanya fokus pada hasil.

Infografis Ragam Festival Kuliner Nusantara
Infografis Ragam Festival Kuliner Nusantara. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya