Proses Dokumentasi Jamu dalam 5 Periode, dari Prasejarah hingga Kemerdekaan

Jamu di Indonesia biasa digunakan sebagai obat herbal atau hasil meramu bahan-bahan yang berasal dari alam dan berkhasiat untuk kesehatan. Tak hanya berfungsi sebagai obat, jamu juga untuk menjaga kebugaran tubuh dan mencegah dari penyakit.

oleh Putu Elmira diperbarui 01 Agu 2023, 05:00 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2023, 05:00 WIB
Ilustrasi Jamu
Ilustrasi jamu. (Liputan6.com/Zulfikar)

Liputan6.com, Jakarta - Jamu di Indonesia biasa digunakan sebagai obat herbal atau hasil meramu bahan-bahan yang berasal dari alam dan berkhasiat untuk kesehatan. Tak hanya berfungsi sebagai obat, jamu juga untuk menjaga kebugaran tubuh dan mencegah dari penyakit.

Dikutip dari "Jamu Ramuan Tradisional Kaya Manfaat"oleh Rifqa Army, Senin, 31 Juli 2023, jamu Indonesia telah ada sejak zaman nenek moyang. Namun, tidak banyak data yang didokumentasikan secara tertulis.

Selama ini jamu hanya diwariskan secara lisan. Dalam buku "The Power of Jamu", proses dokumentasi jamu dibagi dalam lima periode, yakni:

1. Periode Prasejarah

Berdasarkan penelitian, ditemukan fosil manusia tertua di Ethiopia pada 1967. Penemu fosil tersebut adalah Arambourg dan Coppens. Fosil manusia tertua tersebut dinamai sementara Paraustralopithecus aethopicus. Diperkirakan manusia jenis ini juga pernah tinggal di Indonesia. Pada masa selanjutnya ada genus manusia lebih modern yang pernah mendiami Indonesia, yaitu Pithecantropus.

Di Indonesia jenis manusia ini diwakili oleh Pithecantropus erectus yang terdiri atas empat laki-laki dan dua perempuan serta Pithecantropus soloensis yang terdiri atas lima laki-laki dan tujuh perempuan. Pithecantropus di Indonesia jumlahnya terlalu sedikit untuk dapat mengetahui penggunaan biomedisin sebagai terapi pengobatan.

Manusia purba pada masanya juga dijangkiti oleh penyakit yang beraneka ragam. Saat penelitian ditemukan bahwa Pithecantropus erectus menderita exostosis pada femurnya yang mungkin didahului oleh inflamasi. Hal itu dapat disimpulkan bahwa berbagai golongan penyakit juga sudah ada buktinya sejak zaman Neolitik dan penyakit-penyakit tersebut, yakni penyakit genetik dan konginetal, penyakit neoplastis, penyakit infeksi dan parasit, penyakit traumatis, penyakit metabolisme dan penyakit degeneratif.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


2. Periode Sebelum Kolonial (Sebelum 1600)

Ilustrasi pembuatan jamu
Ilustrasi pembuatan jamu (dok.unsplash)

Pada abad ke-8 ditemukan bukti mengenai penggunaan tanaman secara internal (oral) daneksternal (topikal). Pada 825M di dinding Candi Borobudur terdapat relief pohon Kalpataru, yakni pohon mitologis yang melambangkan 'kehidupan abadi'.

Pada relief tersebut di bawah pohon Kalpataru terdapat orang sedang menghancurkan bahan-bahan untuk pembuatan jamu. Selain itu, pada dinding Candi Borobudur juga ditemukan relief perempuan yang sedang mencampur tanaman untuk pemulihan dan perawatan tubuh.

Dokumen lama atau naskah kuno lain ditemukan di Bali yang ditulis pada daun lontar kering. Pada umumnya ditulis dalam bahasa Sanskerta atau bahasa Jawa kuno. Sebagai contoh istilah usada atau usadi yang berarti 'obat' ditemukan dalam kitab Kakawin Ramayana, sarga1–9 pada 898--910 M. Pada 1460--1550M, Dan Hyang Dwijendara, seorang yang memiliki pengetahuan tentang pengobatan tradisional, telah mengembangkan sistem pengobatan yang disebut Agen Balian Sakti.

3. Periode Kolonial (1600--1942)

Masyarakat suku Jawa menulis resep jamu obat tradisional dari tanaman dan dikenal sebagai Serat atau Primbon. Salah satu yang terkenal adalah Serat Centhini yang didokumentasikan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amengkunegara III, Pangeran Sunan Pakubuwono IV (1788--1820).

Selain itu, ada naskah-naskah kuno lain yang menceritakan tanaman obat Jawa, seperti Serat Kawruh Bab "Jampi-Jampi" yang diterbitkan pada 1831, Serat Wulang Wanita (Paku BuwonoIX), Candra Rini (Mangku Negara IV, 1792), buku Nawaruci Paraton, dan lainnya.


4. Periode Jepang (1942--1945)

Ilustrasi membuat minuman, jamu tradisional
Ilustrasi membuat minuman, jamu tradisional. (Photo by Katherine Hanlon on Unsplash)

Seminar pertama tentang jamu diselenggarakan di Solo pada 1940. Setelah itu dilanjutkan dengan pembentukan Panitia Jamu Indonesia yang dipimpin oleh Prof. Dr. Sato, Kepala Jawatan Kesehatan Rakyat.

Panitia ini bertugas untuk mengimbau para pengusaha jamu secara sukarela mendaftarkan resep pribadi mereka untuk diperiksa dan dinilai oleh Jawatan Kesehatan Rakyat. Pada akhir 1944, diumumkan beberapa tanaman obat terpilih pada harian Asia Raya, yakni biji kopi dan daun pepaya untuk disentri, daun ketepeng, kulit batang pule, daun sirih, bunga belimbing wuluh, dan cengkih untuk penyakit TBC.

5. Periode Kemerdekaan

Bung Karno memberikan perhatian yang cukup besar dalam pengembangan obat tradisional. Pada 1965 ketika berpidato pada Dies Natalis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, presiden memperkenalkan enam orang sinse dari China yang khusus didatangkan untuk mengobati penyakit ginjal yang dideritanya.

Pada 1949, seorang staf pengajar farmakologi di Universitas Indonesia membuat laporan daftar tanaman berkhasiat pengganti obat impor, yakni johar, kecubung, upas raja, kolkisin, dan lidah buaya. Kemudian pada 1950, Werkgroep voor Minidinale Plante didirikan untuk memfasilitasi penelitian-penelitian tanaman obat di Indonesia.


Ramuan Jamu

Ilustrasi
Ilustrasi bahan-bahan pembuat jamu. (dok. pexels/Glaucio Guerra)

Indonesia memiliki kekayaan hayati melimpah yang biasa dijadikan bahan-bahan untuk mengolah jamu. Akan tetapi, ada jenis tanaman yang merupakan bahan utama untuk membuat jamu yang biasa dikonsumsi. Tanaman tersebut merupakan anggota keluarga Zingerberaceae.

Beberapa jenis tanaman yang termasuk dalam keluarga ini adalah jahe, kunyit, kencur, dan lengkuas. Tanaman ini memiliki khasiat masing-masing dan diolah menjadi beberapa jenis jamu yang berbeda.

Tanaman keluarga Zingerberaceae merupakan jenis tanaman yang mudah ditemukan di sekitar. Beberapa kalangan membudidayakan jenis-jenis tanaman ini dan disebut sebagai tanaman obat keluarga (TOGA).

Jenis tanaman keluarga Zingerberaceae mudah tumbuh dan perawatannya tidak sulit. Penanamannya dapat langsung di tanah atau memanfaatkan wadah seperti pot atau polybag (jenis plastik untuk menanam tanaman).

Keberadaan tanaman obat keluarga yang mencakup jahe, kunyit, kencur, dan lengkuas menjadikan jamu disebut juga obat rumahan. Tanaman-tanaman obat tersebut dicampur dengan bahan-bahan yang tersedia di dalam rumah, seperti garam, gula, dan berbagai jenis rempah-rempah.

 

Infografis Jamu Populer di Indonesia
Infografis jamu populer di Indonesia. (Dok: Liputan6.com Tim Grafis)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya