Liputan6.com, Jakarta - Bertumbuhnya populasi membuat kebutuhan akan air juga meningkat, hingga akhirnya memicu krisis air. Karena itu, ajakan bijak kelola air dicanangkan melalui program Water Stewardship.
Head of Division Environment and Sustainability Unilever Indonesia Foundation, Maya Tamimi, menyebut, keberlimpahan air saat ini mungkin tidak terjadi lagi bila tak dikelola dengan baik. Bahkan, krisis air telah melanda beberapa wilayah di Tanah Air.
"Mungkin (krisis air) sekarang belum terasa di sini (Jakarta), tapi di tempat yang lain mungkin sudah ada. Perlu secara bijak dikelola sehingga anak cucu cukup air," kata Maya dalam konferensi pers "Dukung Efisiensi dan Daur Ulang Air, Unilever Indonesia Inisiasi Program Water Stewardship di Lingkungan Masjid" di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Rabu, 2 Agustus 2023.
Advertisement
Maya menyebut, mengelola air bukanlah pekerjaan satu orang, melainkan PR bersama. Ia berharap isu pengelolaan air lebih umum dibicarakan dan dilaksanakan di publik.
"Untuk memulainya, kita mulai dari masjid. Masjid itu bukan hanya tempat ibadah, tapi tempat berkumpul, edukasi untuk berbagai kegiatan masyarakat," tambahnya.
Dikatakan Maya, Unilever Indonesia ingin membuat praktik keberlanjutan jadi aksi sehari-hari. Demi mencapai hal tersebut, pihaknya memiliki beberapa aksi strategis, yang disebut The Unilever Compass.
"Di dalam kompas kita ada aksi strategis yang menyampaikan untuk membantu Planet lebih lestari. Jadi, ada berbagai item di situ, salah satunya mengenai air," katanya.
Water Stewardship
Maya melanjutkan, "Untuk mengatasi krisis air, kita punya program, yaitu Water Stewardship." Ia menyebut bahwa Water Stewardship adalah program penatagunaan air dalam bentuk efisiensi dan daur ulang air.
Penerapan program ini telah dilakukan di lingkup Unilever dengan mengelola air secara efisien di pabrik, klaimnya. "Mengelola air di pabrik harus efisien, sehingga penggunaan air efektif dan tidak berlebihan," ungkapnya.
"Program ini menyebar keluar pabrik. Kita mulai pertama kali dengan program peningkatan akses di level komunitas seperti di lingkungan pesantren dan kali ini di lingkungan masjid," lanjutnya.
Pihaknya juga bekerja sama dengan Sekolah Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) dalam penerapan program ini. "Kami ingin membantu mendorong lebih banyak masjid, seperti Masjid Istiqlal, untuk menerapkan sistem pengolahan air yang lebih baik," tutur Maya.
Program Water Stewardship akan segera diimplementasikan di empat masjid di wilayah Jakarta, Depok, dan Bekasi sebagai pilot project.
Advertisement
Dukungan Program Water Stewardship
Keempat masjid tersebut adalah Masjid Istiqlal, Masjid Agung At-Tin, Masjid Arief Rahman Hakim - Universitas Indonesia Salemba, dan Masjid Ukhuwah Islamiyah - Universitas Indonesia Depok. Sementara, beberapa dukungan yang diberikan program Water Stewardship pada masing-masing masjid adalah:
- Masjid Arief Rahman Hakim - UI Salemba dan Masjid Ukhuwah Islamiyah - UI Depok: Teknologi water recycling dan sistem Pemanenan Air Hujan
- Masjid Agung At-Tin: Sistem Pemanenan Air Hujan
- Masjid Istiqlal: Karena telah memiliki teknologi water recycling dan sistem Pemanenan Air Hujan, dukungan untuk Masjid Istiqlal berbentuk unit gerobak listrik pembawa tangki air yang akan mendistribusikan air yang bersumber dari hasil daur ulang dan penampungan air hujan untuk berbagai kebutuhan di lingkungan masjid.
Selain itu, di setiap masjid, Unilever Indonesia juga menempatkan materi edukasi hemat air. Langkah tersebut berpotensi menjangkau 26 ribu jemaah yang beribadah di keempat masjid setiap harinya.
Capaian Sanitasi Aman
Merujuk data Kementerian PPN/Bappenas, Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia Hayati Sari Hasibuan menyampaikan bahwa capaian sanitasi aman di Indonesia masih relatif rendah. "Indeks kualitas air pada 2022 itu hanya sebesar 53,88 poin, di bawah target, dan kalau di perkotaan sebesar Jakarta untuk capaian air bersih masih mencapai 60 persen," katanya di kesempatan yang sama.
Sari melanjutkan, ketersediaan air bersih memang masih sangat kurang. Bahkan secara data, 80 persen kebutuhan air bersih di wilayah perkotaan, pusat industri, dan pemukiman padat masih berasal dari air tanah.
"Penggunaan air tanah masih sangat besar di sejumlah wilayah di Indonesia. Padahal kalau kita mengacu pada sumber daya alam, air tanah termasuk sumber daya yang tidak dapat diperbaharui karena kemunculannya membutuhkan ratusan tahun sehingga memanfaatkan air tanah dengan terbatas itu jadi bagian yang harus dilakukan," terangnya.
Dikatakan Sari, penggunaan rata-rata pemakaian air bersih di Indonesia adalah 169,11 liter per orang per hari. "Sebenarnya kalau dari data Standar Nasional Indonesia di Kementerian PU, penggunaan air bersih itu 150 liter per orang per hari," tuturnya.
"Artinya, kalau kita bisa berhemat, ada 50 juta keluarga Indonesia mulai menghemat air, diperkirakan bisa membantu 15 juta keluarga yang tidak punya akses terhadap air bersih," ungkap Sari.
Advertisement