Liputan6.com, Jakarta - Sudah beberapa tahun sejak pekerjaan sebagai makeup artist (MUA) kian tenar di Indonesia, berganti citra dari "tukang rias" yang sudah lebih dulu menguasai lapangan. Tahun-tahun terakhir, minat jadi MUA bisa dikatakan cukup membludak, profil mereka bisa Anda temukan dengan mudah di media sosial, dan tidak hanya berlokasi di kota-kota besar.
Pengamat pemasaran, Yuswohady, mengatakan bahwa kemunculan minat bekerja sebagai MUA mirip dengan kreator konten. "Apalagi, seorang MUA juga bisa sekaligus jadi kreator konten," katanya pada Liputan6.com melalui sambungan telepon, Kamis, 14 September 2023.
Baca Juga
Ia menyambung, pekerjaan-pekerjaan ini merupakan contoh dampak media sosial dalam menciptakan ladang pekerjaan baru. "Layaknya kreator konten, MUA juga profesional individu yang berkembang karena media sosial, dan itu dianggap sebagai profesi yang keren," ujar Yuswohady.
Advertisement
Menurutnya, profesional individu seperti MUA melengkapi dua jenis pekerjaan sebelumnya. "Orang bekerja di perusahaan terikat secara waktu, dalam hal ini punya jam kantor yang fix, tapi tidak terlalu pusing karena tidak punya karyawan. Sementara pengusaha punya waktu lebih fleksibel, namun rentan stres karena harus mengurusi karyawan," paparnya.
"Makeup artist, yang biasanya dijalani secara individu, memberi kelebihan dari dua jenis pekerjaan itu. Punya waktu lebih leluasa dan tidak terlalu pusing karena biasanya tidak punya karyawan. Cukup update skill diri sendiri," ia menambahkan.
Secara permintaan pasar, jasa MUA juga tinggi dan cenderung tidak "price sensitive," sebut Yuswohary. "Sifatnya juga langganan, dan acara orang sekarang banyak sekali. Semua mau tampil dengan tampilan terbaik, pakai makeup, karena berfoto dan mungkin saja diunggah ke media sosial," ucapnya.
MUA Indonesia dengan Pengalaman Belasan Tahun
Di antara MUA lokal kenamaan, ada Marlene Hariman yang sudah menggeluti pekerjaan ini sejak 2007. "Awalnya enggak mau dan enggak suka makeup. Aku sempat kuliah public relation setahun, tapi merasa enggak sesuai jalur, akhirnya keluar," ia memulai ceritanya lewat panggilan suara, Jumat, 15 September 2023.
MUA spesialis pernikahan ini melanjutkan, "Sempat luntang-lantung, dan karena oma itu Warga Negara Australia, dia mau suatu saat cucunya bisa pindah ke sana. Caranya punya pekerjaan dengan keterampilan tertentu, seperti makeup. Akhirnya aku belajar makeup, ikut kursus selama setahun."
Setelah didalami, Marlene mengaku jatuh cinta pada dunia tata rias, dan tidak bisa lepas sampai sekarang. Selaras dengan itu, pengalaman belasan tahun jadi MUA juga dijalani Kunsoo. "Awal mulai belajar makeup di pertengahan tahun 2006," ucap dia melalui pesan, Jumat, 15 September 2023.
"Tertarik belajar makeup dan hairstylist gara-gara lihat peliputan perjalanan karier Pak Rudy Hadisuwarno dan Johnny Andrean di TV," sebutnya. "Amaze sendiri ternyata kerja sebagai owner salon dan hairstylist bisa memberikan penghasilan yang lumayan menjanjikan buat masa depan."
Ia kemudian memutuskan terjun jadi makeup artist sekitar tahun 2008. "Jujur, profesi MUA di tahun itu masih belum populer di kalangan masyarakat," Kunsoo menambahkan.
Advertisement
Apakah Masih Menjanjikan?
Ke depan, Yuswohady menyebut, bekerja sebagai MUA masih akan "sangat menjanjikan," terutama karena media sosial bakal tetap booming. "Media sosial adalah jiwa manusia, karena orang mau tampil dan bersosialisasi, jadi (media sosial) akan sangat sustain."
Optimisme serupa juga diungkap Kunsoo. Ia berbagi, "Kalau mau fokus terus berkarya dan upgrade skill, dijamin penghasilan sebagai MUA tidak kalah dibandingkan teman-teman yang kerja kantoran. Bahkan, banyak MUA yang awalnya bekerja di perusahaan tiba-tiba banting setir jadi MUA."
"Penghasilannya juga lebih besar sebagai MUA dibandingkan karyawan perusahaan. Cuma memang awal bekerja sebagai MUA itu memerlukan mental dan fisik yang kuat karena jam kerja yangg tidak menentu," sebut dia.
Marlene, yang mengaku tidak pernah libur akhir pekan karena harus bekerja merias pengantin, menyebut bahwa sekarang ini orang sedang "melek-meleknya." "Apalagi di industri wedding, mereka butuh MUA karena itu momen spesial," ujarnya.
Â
Ditanya bagaimana caranya seorang MUA bisa punya profil yang kuat, Marlene menjawab, "Karena ini freelance, jalannya tidak ada yang tahu bagaimana. Karena itu, kerja harus pakai hati, passion, jalani saja, tapi harus rajin dan ambil kesempatan yang ada."
Â
Sementara itu, Kunsoo menggarisbawahi upaya peningkatan kemampuan individu untuk menjawab pertanyaan yang sama. "Jangan cepat berpuas hati dengan hasil yang sekarang karena persaingan di dunia MUA itu ketat banget," katanya. "Selalu bermunculan MUA baru dengan skill yang tidak kalah bagus dengan harga cenderung murah."
"Attitude sebagai MUA juga harus dijaga, mulai dari berpakaian sampai cara berkomunikasi ke klien," ia menambahakan. "Kebersihan produk-produk yang dipakai pun harus diperhatikan. Jangan sampai ditegur klien gara-gara dia lihat makeup tools yang dipakai tidak higienis."
Â
Bangun Brand Lewat Content Marketing
Di sisi lain, Yuswohady menambahkan pentingnya memasarkan brand sebagai MUA melalui content marketing. "Bisa melalui tips, tutorial, dan memperkenalkan dia ini spesialisasi (makeup) apa," tuturnya. "Bikin konten tentang klien, apalagi kalau kliennya tokoh terkenal, itu bisa mendatangkan followers luar biasa.
"Dari situ, terbentuklah komunitas pelanggan yang mungkin akan pakai jasa si MUA atau merekomendasikan jasa si MUA ke orang-orang di sekitarnya," imbuhnya. "Konten ini juga harus punya karakter dan identitas sendiri, apakah mau serius atau malah cenderung receh. Itu yang harus dibangun sesuai reputasi."
Bagi yang hendak terjun atau baru berkecimpung bekerja sebagai makeup artist, Kunsoo kembali menegaskan pentingnya meluangkan waktu untuk upgrade skill. "Siapkan modal juga pastinya, karena jujur peralatan MUA tidak sedikit dan harga-harganya tidak murah," katanya.
Ia merekomendasikan menggunakan merek kecantikan lokal yang sekarang sudah banyak sekali pilihannya. "Brand local ini membantu banget buat teman-teman MUA pemula atau yang di daerah," katanya.
Kunsoo juga mendorong mencari mentor MUA yang benar-benar bisa sharing skill dan pengalaman. "Buat teman-teman yang belum cukup modal, bisa belajar makeup dengan melihat video online, kepoin live dan konten media sosial MUA lain," tandasnya.
Sementara itu, Marlene kembali menyarankan mengambil kesempatan yang ada. "Jangan malas, lalu enggak perlu senggol-senggolan (bersaing tidak sehat dengan MUA lain), tetap berbuat baik karena bagaimana pun itu rekan seprofesi," tutupnya.
Â
Advertisement