Ibu Kota Siap-Siap Pindah ke IKN Nusantara, DKI Jakarta Genjot Wellness Tourism ala Betawi

DKI Jakarta menilai wellness tourism merupakan salah satu penyangga sektor pariwisata yang menyumbang pendapatan daerah secara signifikan. Mereka mengembangkan ciri khas wellness yang berakar dari tradisi Betawi.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 22 Sep 2023, 07:31 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2023, 07:31 WIB
Ibu Kota Siap-Siap Pindah ke IKN, DKI Jakarta Bakal Genjot Wellness Tourism ala Betawi
Diskusi Etnowellness Nusantara (ETNA) Betawi: Destinasi Wisata Kesehatan Tradisional Indonesia di Jakarta, Kamis, 21 September 2023. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Semakin dekat waktu pemindahan ibu kota dari Jakarta ke IKN Nusantara mendesak pemerintah provinsi bergerak cepat. Salah satunya menggenjot sektor pariwisata untuk mengamankan sumber pendapatan asli daerah.

Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta Andhika Permata menyebut salah satu ranah pariwisata yang akan digarap adalah wellness tourism yang berbasis kearifan lokal masyarakat Betawi.

"Diangkat dari Babad Tanah Betawi, mengangkat treatment ala Betawi yang namanya segar bugar. Itu kearifan lokal Betawi," katanya saat membuka diskusi Etnowellness Nusantara (ETNA) Betawi: Destinasi Wisata Kesehatan Tradisional Indonesia di Jakarta, Kamis, 21 September 2023.

Sejauh ini, pihaknya sudah berdiskusi dengan sejumlah pemangku kepentingan untuk membahas rencana aksi. Tujuannya agar perawatan kesehatan ala Betawi itu bisa masif sehingga terakses banyak pihak. 

Pernyataan Andhika ditanggapi Ketua Wellness Healthcare Entrepreneur Association (WHEA) Agnes Lourda Hutagalung. Ia menyebut dua perbankan pelat merah, yakni BRI dan Mandiri, sebenarnya sudah siap mendanai usaha wellness ala Betawi. Namun, hal itu menunggu gerak cepat pemerintah DKI agar dana bisa tersalurkan.

"Kita harus siap, targetnya di seluruh Indonesia ada 1.000 wellness clinic. Betawi mau berapa? Modal dari BRI dan Mandiri siap. Satu titik Rp500 juta, tapi dengan manajemen yang benar karena tanggung jawab kita mengembalikannya," kata Lourda.

Mewakili rekan-rekannya, ia pun menantang Pemprov DKI Jakarta untuk memfasilitasi pendirian setidaknya satu pusat ETNA Betawi. Di situ tidak hanya tersedia layanan kebugaran, tetapi juga restoran dan hal-hal lain terkait kesehatan ala Betawi. Ia juga meminta agar dibuka 50 klinik wellness dan 50 spa wellness.

"Tolong buat di hotel-hotel. Masalahnya, hotel-hotel saat ini enggak berani buka karena terhadang peraturan. Harus ada sertifikat... Kita kasih PR saja kepada operator untuk terapkan itu, training bareng," usulnya.

Potensi Lipat Gandakan Pendapatan

Ibu Kota Siap-Siap Pindah ke IKN Nusantara, DKI Jakarta Genjot Wellness Tourism ala Betawi
Kadispar DKI Jakarta Andhika Permata (kanan) dan peneliti kebudayaan Betawi Yahya Andi Saputra berfoto bersama Ketua Umum ETNA Tanri Abeng. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Lourda meyakini pengembangan wellness tourism mampu menarik perhatian wisatawan yang berkualitas. Indikasinya adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendapat layanan perawatan itu bisa setara dengan harga kamar. 

"DKI bisa double bahkan triple income dengan wellness tourism," ujarnya. Tentu, layanan yang diberikan sudah sesuai standar.

Hal senada juga disampaikan Ketua Umum ETNA Tanri Abeng. Ia mengatakan bahwa wellness tourism ini tidak hanya terbatas pada suplemen maupun layanan perawatan tubuh, tetapi segala macam yang bisa memberikan kesehatan paripurna.

"Termasuk emosi, culture, kebudayaan, apapun yang bisa buat manusia lebih sehat. Kalau sehat, dia jadi lebih produktif," katanya.

Selain aspek kesehatan, wellness tourism juga bisa dimanfaatkan sebagai daya tarik turis asing masuk ke Indonesia. Namun, hal itu bisa terjadi bila ada kerja sama di semua lini. "Pemerintah harus berikan kebijakan yang kondusif. Pemerintah harusnya tidak berbisnis, tetapi memudahkan pengusaha agar bisa mendapat untung," ia menambahkan.

 

Wellness ala Betawi

Ibu Kota Siap-Siap Pindah ke IKN Nusantara, DKI Jakarta Genjot Wellness Tourism ala Betawi
Ragam bahan tangas untuk perawatan kebugaran (wellness) ala masyarakat Betawi. (dok. Screenshoot Youtube Lembaga Kebudayaan Betawi)

Peneliti kebudayaan Betawi, Yahya Andi Saputra menerangkan tradisi perawatan tubuh juga dikenal di masyarakat Betawi sejak lama. Mirip dengan tradisi Jawa, perawatan kesehatan itu tersedia dari sejak bayi hingga usia lanjut. Bentuknya tergantung kebutuhan masing-masing tahap kehidupan.

Di antaranya adalah tangas, yakni perawatan tubuh yang utamanya ditujukan bagi calon pengantin agar tampil manglingi di hari pernikahannya. Menurut Yahya, calon pengantin biasanya akan diserahkan kepada tukang piare (dukun perawatan) setelah ia dilamar dan hari pernikahan telah ditentukan.

Tukang piare yang disebut mak dukun itu bertugas memastikan calon pengantinnya tampil semakin bercahaya di hari H. "Dia rambutnya dibenerin supaya jangan sampai ada ketombe. Kutil, mata ikan dibuang, terutama ia dilulur dan ditangas supaya mukanya semakin bercahaya," katanya.

Tangas juga spesifik dimaksudkan pada perawatan mandi uap. Tujuannya adalah mengharumkan bau badan, menghaluskan kulit seluruh tubuh, melemaskan dan menyegarkan tubuh menggunakan banyak rempah-rempah sebagai aromaterapi. Jenis rempah yang dipakai di antaranya akar wangi, serai, dan berbagai macam kembang.

Pijat Pulen Legit

Ibu Kota Siap-Siap Pindah ke IKN Nusantara, DKI Jakarta Genjot Wellness Tourism ala Betawi
Bahan lulur ala Betawi. (dok. Screenshoot Youtube Lembaga Kebudayaan Betawi)

Selain tangas, ada pula tradisi pijat yang disebut pulen legit. Di kalangan warga Betawi, pijat itu biasanya diberikan pada ibu-ibu yang baru melahirkan agar kondisinya kembali pulih.

"Prosesnya dilakukan mulai dari tubuh bagian belakang, dengan pemanasan bagian kaki. Sentuhan ini untuk memberi rasa rileks. Ada teknik pijat yang disebut jalan usut. Teken tendet, dilakukan dengan tarik napas dan buang napas bersama-sama," sambung Yahya.

Tradisi pijat sebenarnya juga berlaku sejak bayi hingga tua. Namun, tekanan dan kekuatannya berbeda menyesuaikan dengan tubuh masing-masing. 

Mengingat praktiknya bisa berbeda oleh setiap terapis, Ketua Panitia IWTIF 2023 Jajang Gunawijaya mengingatkan pentingnya standardidasi dan sertifikasi. Hal tersebut penting agar mutu pelayanan bisa terjaga dan kualitasnya akan bagus.

"Kalau kualitasnya bagus, wisatawan akan puas," kata dia.

Ia menyebut tidak mudah meningkatkan kualitas terapis, perlu pelatihan reguler dan sertifikasi yang bisa memakan waktu lama. Padahal, kebutuhan SDM terapis terbilang mendesak. Karena itu, ia mengusulkan agar pelatihan dilakukan melalui gawai.

"Kita videoin di satu platform sehingga terapis tahu spa terapi tangan Betawi. Maka, penyebaran keahlian bisa cepat dengan gadget. Mereka kemudian diminta membuat video sendiri dan dikirimkan ke kita untuk dinilai," ujar Yahya.

Infografis Daya Tarik 3 Destinasi Wellness Tourism di Indonesia
Infografis Daya Tarik 3 Destinasi Wellness Tourism di Indonesia.  (Liputan6.com/Henry)  
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya