Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video yang memperlihatkan Orangutan diduga di Kutai Timur, Kalimantan Timur baru saja beredar di media sosial. Video yang memperlihatkan orangutan atau orang utan tersebut dibagikan akun Instagram @cerita_sangattaku.
Dalam unggahan pada Sabtu, 4 November 2023 itu diketahui lokasi orangutan turun ke jalan itu berada di Jalan Poros Tepian Langsat - KM 93 Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur.
Pengendara yang merekam video tersebut merasa tak tega kepada orangutan yang diduga kelaparan sehingga terpaksa turun ke jalan. Pengendara tersebut memberikan pisang kepada orangutan itu. Orangutan itu terlihat menerima pisang kemudian pergi dari jalan raya.
Advertisement
Meski mendapat banyak pujian, aksi pengendara itu dianggap berbahaya karena orangutan termasuk hewan liar yang bisa saja menyerang manusia. "Sebetulnya, memberi makan seperti ini tidak diperbolehkan karena dapat merusak insting alami orangutan. Namun berbeda halnya jika ditemukan dalam kondisi memprihatinkan,” tulis keterangan unggahan tersebut.
"Orangutan merupakan satwa dilindungi oleh Undang-undang berdasarkan Peraturan Menteri LHK No 106 Tahun 2018. Berdasarkan IUCN, status konservasi Orangutan Kalimantan adalah Critically Endangered (CR). Semoga orangutan tetap Lestari,” lanjut keterangan tersebut.
Sementara itu, Deputy Director Sustainable Landscape Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (OIC) Binur Dessy Naibaho mengatakan ada sejumlah teknik dan cara mengusir orangutan yang mengamuk tanpa menyakiti.
"Bisa mengusir pakai suara-suara yang keras, seperti memukul-mukul panci," kata Binur, dikutip dari Antara, Jumat, 3 November 2023.
Hanya Menakuti Bukan untuk Menyakiti Orangutan
Ia mengatakan teknik tersebut bertujuan untuk membuat kebisingan yang dapat menakuti. Selain itu, ada teknik lainnya seperti suara ledakan dari kembang api maupun meriam karbit.
Menurut Binur, yang paling penting adalah ledakan tersebut tidak diarahkan kepada orangutan. Penggunaan alat-alat tersebut hanya bertujuan untuk menciptakan kebisingan dan menakut-nakuti orang utan, bukan untuk menyakiti.
"Ada beberapa bentuk alat yang bisa digunakan untuk mengusir, dalam artian membuat takut sehingga orangutan-nya pergi dari situ," ungkap Binur
Meski begitu, langkah yang paling tepat bagi masyarakat adalah tidak melakukan apa pun selain melaporkannya kepada petugas terkait. "Tindakan paling tepat ya melaporkan kepada petugas terkait atau kepada OIC, misalkan. Kami punya timnya," terang Binur.
Setelah tiba di lokasi, tim OIC akan menentukan apakah orang utan tersebut hanya perlu diusir atau perlu diselamatkan. "Masyarakat kadang mengambil tindakan sendiri, kan. Seperti melempari, menembak, itu tidak disarankan," ucap Binur.
Advertisement
Konflik Orangutan dengan Warga
Untuk mencegah terjadinya konflik tersebut, Binur menyarankan agar masyarakat membuat jarak sekitar 15-20 meter antara kebun dan hutan untuk mencegah orangutan menyeberang ke kebun warga. Selain itu, ia juga menyarankan untuk melindungi tanaman dengan plat seng agar orang utan tidak bisa memanjat.
Binur meminta kepada masyarakat untuk tidak menggunakan kawat berduri karena dapat melukai orang utan. Binur mengatakan bahwa salah satu konflik yang paling sering terjadi antara orangutan dengan masyarakat adalah menyeberangnya orangutan ke kebun warga.
"Orangutan itu kan dia banyak menghabiskan waktu di atas pohon, jadi jarang turun ke tanah, kecuali orangutan kalimantan," ujarnya. Ia melanjutkan, orangutan Sumatera cenderung menghabiskan waktu di atas pohon. Dengan demikian, ketika tidak ada pohon di perkebunan yang terhubung dengan hutan, maka orangutan tidak akan menyeberang ke kebun masyarakat.
"Sayangnya, banyak kebun masyarakat yang langsung berbatasan dengan hutan. Jadi, kebun langsung hutan," kata Binur. Hal tersebutlah yang lantas menjadi salah satu faktor penyebab munculnya konflik antara masyarakat dengan orangutan.
Mencegah Orangutan Masuk Kebun
Binur mengatakan langkah yang dapat dilakukan oleh warga untuk melindungi kebunnya yang berbatasan dengan hutan adalah mengamankan tanaman dengan memasang plat seng. "Pemasangan plat seng bisa mencegah orangutan untuk memanjat masuk ke kebun. "Jadi, kalau pun nanti turun dari pohon, dia tetap nggak bisa manjat," kata Binur
Ia pun meminta kepada pemilik kebun untuk tidak melindungi tanaman dengan kawan berduri. Hal tersebut justru dapat melukai orangutan. Bagi Binur, plat seng merupakan solusi yang terbaik karena merupakan bahan yang tidak melukai orangutan, tapi tetap tidak dapat dipanjat
"Solusinya, membuat jarak antara kebun dengan hutan, melindungi tanaman dengan bahan-bahan yang memang tidak menyakiti tetapi membuat dia tidak bisa memanjat," kata Binur menyimpulkan.
Binur membagikan langkah-langkah tersebut sebagai bentuk mitigasi konflik yang dapat dilakukan oleh masyarakat, mengingat salah satu konflik yang paling sering terjadi antara orangutan dengan masyarakat adalah menyeberangnya orangutan ke kebun warga.
Advertisement