Tergerus Erosi, Spot Foto Populer Elephant Trunk Rock di Taiwan Tak Ada Lagi

Elephant Trunk Rock atau batu belalai gajah yang menjadi spot foto populer di Taiwan telah runtuh dan jatuh ke dalam lautan pada 15 Desember 2023.

oleh Winda Syifa Sahira diperbarui 21 Des 2023, 09:00 WIB
Diterbitkan 21 Des 2023, 09:00 WIB
Elephant Trunk Rock di Taiwan Runtuh Akibat Erosi
Elephant Trunk Rock di Taiwan Runtuh Akibat Erosi. (Dok. X/@yuexuankanyue1)

Liputan6.com, Jakarta - Batu belalai gajah (Elephant Trunk Rock) yang menjadi spot foto populer di Taiwan telah runtuh. Dilansir dari CNN, Rabu, 20 Desember 2023, batu tersebut diketahui telah hancur dan jatuh ke dalam lautan pada 15 Desember 2023, menurut Kantor Distrik New Taipei Ruifang, yang mengelola wilayah tersebut.

Formasi batuan yang mendapat namanya karena bentuknya yang mirip dengan belalai gajah ini telah lama terancam akibat erosi. Karena itu, tempat wisata tersebut telah ditutup dari pengunjung sejak 2010.

Shen Chuan-chou, seorang profesor di Departemen Geosains di Universitas Nasional Taiwan, mengatakan kepada Kantor Berita Pusat resmi Taiwan bahwa "wajar" jika batu tersebut runtuh karena terus-menerus terkena air laut dan angin. Bentuk dari batunya yang melengkung dan tipis juga membuatnya semakin berbahaya.

Elephant Trunk Rock terletak di sebidang tanah sempit bernama Shen'ao, sekitar 10 kilometer (enam mil) dari kawasan wisata populer Jiufen di timur laut Taipei.  Batu Belalai Gajah bukanlah satu-satunya fitur alam di sepanjang pantai utara Taiwan yang berbatu-batu yang menjadi perhatian para ahli geologi.

Selain itu, ada batuan "Kepala Ratu" yang dinamakan demikian karena menyerupai patung Ratu Elizabeth. Patung dengan leher panjang dan ramping di Yehliu Geopark itu juga terancam runtuh. Menurut Kantor Berita Pusat resmi Taiwan, lingkar Kepala Ratu kini kurang dari 120 sentimeter dan semakin tipis setiap tahunnya.

 

Wisata Batu Azure Window di Malta Juga Runtuh

Wisata Batu Azure Window di Malta juga Telah Runtuh
Wisata Batu Azure Window di Malta juga Telah Runtuh. (Dok. X/@gormen_lazim)

Pulau Gozo di Malta pernah menghadapi situasi serupa beberapa waktu yang lalu. Batu kapur terkenal "Azure Window", yang pernah menjadi bagian dari Game of Thrones, runtuh ke laut pada 2017.

Dua tahun kemudian, Malta mengumumkan rencana untuk membangun lengkungan baja yang di tempat Azure Window sebelumnya berada. Namun, proyek tersebut masih belum berjalan hingga saat ini.

Bukan hanya di luar negeri, Indonesia juga memiliki berbagai wisata dengan batuan yang unik, salah satunya adalah Batu Cangga di daerah Gili Iyang Sumenep, Jawa Timur. Dikutip dari kanal Jatim Liputan6.com, 27 Juni 2022, objek wisata alam Batu Cangga di Madura Jawa Timur memberikan tantangan kepada para pengunjungnya.  

Gili Iyang, pulau seluas 9,15 kilometer persegi dan menjadi bagian dari Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, tidak hanya dikenal sebagai tempat yang berkadar oksigen terbaik di Indonesia. Pulau damai berpenduduk 7.832 jiwa hasil Sensus Penduduk 2020 Badan Pusat Statistik itu juga menyimpan sejumlah potensi wisata yang tak kalah menarik.

 

Wisata Batu Cangga di Gili Iyang Sumenep

Indahnya Batu Cangga Wisata Alam di Kawasan Gili Iyang Sumenep
Batu cangga salah satu daya tarik wisata di kawasam Gili Iyang Sumenep Jawa Timur. Foto (Istimewa)

Batu Cangga merupakan sebuah objek wisata alam yang berada tepat di bagian bawah dari sebuah bukit karst yang menjorok ke Laut Jawa di utara Gili Iyang. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai Betoh Cangge atau batu yang menyangga tebing.

Rute menuju Batu Cangga dapat menyusuri jalan setapak di samping lahan Titik Oksigen yang berada di tengah pulau. Jaraknya sekitar 3 kilometer dari timur dermaga penumpang sebagai titik masuk ke Gili Iyang. Batu Cangga dan Titik Oksigen berada di Bancamara, satu dari dua desa di Gili Iyang, selain Banraas. Titik Oksigen merupakan lokasi dengan kadar oksigen sebesar 20,9 persen. 

Itu merupakan hasil penelitian atas kualitas udara di pulau tersebut yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada November 2006. Di kiri-kanan jalan dengan ujungnya menuju Batu Cangga terbentang lahan tanah kering yang ditumbuhi pohon-pohon jati. Lahan itu bercirikan tanah grumusol yang terbentuk dari batuan induk kapur dan tuffa vulkanik berwarna kelabu dan cenderung sedikit hitam.

Butuh Perjuangan untuk Sampai ke Batu Cangga

Gili Iyang Pulau Oksigen
Gili Iyang Pulau Oksigen di Madura. foto: @andrepoetra_. (dok.Instagram @exploremadura/https://www.instagram.com/p/BpYs-Yal0ZL/Henry

Lahan jenis ini mewarnai mayoritas permukaan tanah di Gili Iyang serta sebagian besar daratan di Pulau Madura. Setelah berjalan kaki selama 15 menit, pengunjung akan sampai di batas jalan berkontur tanah yang ditandai oleh sebuah papan kayu bercat hijau bertuliskan "Anda Berada di Kawasan Batu Canggah". 

Inilah awal dari sebuah perjalanan menantang dan menguji nyali kita untuk menuju Batu Cangga. Perlu sedikit perjuangan untuk sampai di Batu Cangga, sebab kita harus melewati titian tangga dari bambu dengan konstruksi yang sangat sederhana sepanjang 30 meter. 

Bentuk titiannya lumayan curam dan licin ketika musim hujan, dengan sudut kemiringan sekitar 30 derajat. Lebar anak tangganya tak lebih dari 40 sentimeter dan hanya muat dilewati oleh satu orang.

Anak-anak tangga itu dibentuk dari potongan batang kayu yang diberi jarak sekitar 20 cm per anak tangga. Bilah-bilah bambu 40 cm tersebut dijepit di antara sejumlah batang besar bambu seukuran panjang 3 meter per batangnya yang tersusun memanjang pada kedua sisi anak tangga. 

Infografis Risiko Bencana di Daerah Wisata
Infografis Risiko Bencana di Daerah Wisata. (Dok: Liputan6.com)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya