Liputan6.com, Jakarta - Seorang YouTuber bernama Jessica Pettway meninggal dunia di usia 36 tahun. Mengutip People, Rabu, 20 Maret 2024, sekitar sembilan bulan sebelum kematiannya, ia didiagnosis mengidap kanker serviks stadium tiga. Saudaranya, Reyni, mengumumkan kabar duka itu melalui sebuah unggahan di akun Instagram-nya Jumat, 15 Maret 2024.
"Ini hari ulang tahunku, dan satu-satunya hal yang kuinginkan adalah Tuhan membawamu kembali ke Bumi. Aku kehilangan kakak perempuanku yang cantik dua hari lalu, dan hatiku tidak pernah merasakan sakit seperti ini," tulis Reyni dalam keterangan unggahan
Baca Juga
Reyni mengingat saudaranya sebagai sosok perempuan yang luar biasa, kuat, percaya diri, dan seseorang dengan begitu banyak kebijaksanaan. Ia juga mengaku selalu mendoakan Jessica dan membantunya jadi ibu yang lebih baik.
Advertisement
Jessica sudah membangun kariernya di YouTube sejak November 2023. Ia telah mengunggah hampir 450 video dan mengumpulkan lebih dari 225 ribu subscribers. Perjalanan panjang mengantarnya jadi seorang vlogger kecantikan terkenal.
Ia sempat mengumumkan hasil diagnosisnya di Instagram. Jessica mengaku bingung dan sempat hilang dari pandangan publik dalam waktu yang cukup lama setelah mengetahui penyakitnya.
"Saya didiagnosis mengidap kanker stadium tiga. Saya bahkan tidak tahu harus mulai dari mana, tapi saya ingin berbagi mengapa saya pergi begitu lama, dengan harapan setidaknya ada satu orang yang terdorong oleh cerita saya," tulis si YouTuber kecantikan di unggahan saat itu.
Sempat Salah Diagnosis
Saat mengumumkan hasil diagnosisnya pada Juli 2023, Pettway mengungkap bahwa ia awalnya salah didiagnosis menderita fibroid, yang digambarkan sebagai "pertumbuhan umum rahim," menurut Mayo Clinic.
YouTuber tersebut mengaku mengingat gejala yang pertama kali muncul. Pada Juni 2022, ia mengalami pendarahan vagina yang parah. Jessica mendapat diagnosis yang sama saat menjalani rawat inap antara Juli 2022 dan Januari 2023, sampai akhirnya ia mengunjungi ahli onkologi pada Februari 2023 dan menemukan jawabannya.
"Tanggal 8 Februari 2023, ia melakukan biopsi rawat jalan pada saya. Saat saya bangun dari anestesi, ia dengan santai berkata, 'Ya, kamu menderita kanker serviks stadium tiga.' Ternyata bukan fibroid, tapi kanker. Selama ini saya salah didiagnosis," tulisnya.
"Saya ingat mendengarnya dan langsung berkata pada diri sendiri, 'Saya menolak membuat kesepakatan dengan diagnosis itu.' Jadi saya tidak melakukannya. Diberitahu bahwa saya mengidap kanker tidak menghancurkan saya. Itu adalah reaksi dari orang-orang terdekat saya," ia menyambung.
Advertisement
Memengaruhi Keluarga
Jessica juga menggambarkan bagaimana perasaannya ketika melihat orang-orang yang dicintainya menyaksikan perjalanan medisnya dalam sebuah unggahan Instagram pada Agustus 2023.
"Kapan pun Anda menghadapi suatu penyakit, penyakit itu tidak hanya berdampak pada Anda, tapi juga mengubah kehidupan orang-orang terdekat Anda. Tahun ini mengguncang dunia kami, mulai dari banyaknya rawat inap di rumah sakit, hingga kesulitan keuangan. Kami telah melalui semuanya. Gadis-gadis itu (dua anaknya) masih terlalu muda untuk memahaminya, namun mereka memperhatikan perubahannya," tulis sang vlogger.
Ia berbagi bahwa ketika melihat suaminya hancur, itu adalah hal yang berat. Namun, mereka membuat komitmen akan melewatinya bersama-sama. "Kami bergerak maju dan melakukan yang terbaik untuk tidak membiarkan keadaan saat ini menimpa kami. Ini jelas tidak mudah, namun kami berhasil mencapai sejauh ini," tambah Jessica saat itu.
Kini, ia telah berjalan menuju keabadian setelah berjuang melawan penyakitnya. Faktanya, data menunjukkan bahwa kanker telah menjadi penyebab kematian utama, bahkan di Indonesia.
Indonesia Gencar Atasi Kanker Serviks
Mengutip Kanal Health Liputan6.com, Rabu, 20 Maret 2024, Indonesia menempati peringkat tinggi untuk angka kasus baru dan kematian akibat kanker leher rahim.Â
Ketua Tim Kerja Penyakit Kanker dan Kelainan Darah PTM Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Sandra, mengungkap bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meluncurkan Strategi Global untuk Eliminasi Kanker Serviks, dengan target eliminasi kanker pada 2030.
Dalam mendukung akselerasi eliminasi global, Indonesia telah merancang Rencana Aksi Nasional (RAN) yang diklaim lebih canggih dari yang direkomendasikan WHO. Menurut Sandra, RAN terdiri dari empat pilar yang mencakup layanan, edukasi, pendorong kemajuan, dan pengelolaan.
RAN berfokus pada pemberian layanan yang mencakup skrining, vaksinasi HPV, dan tata laksana bagi pasien pra-kanker. Kemenkes telah menetapkan target untuk vaksinasi, skrining, dan tata laksana dalam dua fase, dengan harapan mencapai cakupan imunisasi dan skrining yang optimal, seperti dikutip dari Sehat Negeriku pada Sabtu, 24 Februari 2024.
Advertisement