Etika BAB dan Bersih-Bersih Peralatan Makan di Gunung, Pendaki Wajib Taati

Umumnya pendaki akan menyediakan tisu basah sebagai pengganti air, setelah menggali tanah dan menutup kotoran setelah BAB. Tapi sampah tisu tidak boleh dibuang secara sembarangan.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 24 Apr 2024, 19:28 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2024, 19:00 WIB
Ilustrasi mendaki gunung
Ilustrasi mendaki gunung. (Photo by Ted Bryan Yu on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini, perilaku pendaki tidak bertanggung jawab dengan Buang Air Besar (BAB) atau buang tinja hingga mengotori aliran mata air di Alun-Alun Surya Kencana di Gunung Gede Pangrango menjadi viral di media sosial. Ulah tak terpuji itu terekam oleh sebuah akun Instagram open trip pendakian ke gunung tersebut.

Para pendaki gunung tersebut, bukan hanya membuang kotoran sembarangan. Mereka bahkan mencuci peralatan makan di aliran tersebut yang jelas-jelas melanggar aturan.

"Dih ber*k di deket mata air padahal ada larangan jangan cemari air tersebut dan banyak orang yang memanfaatkan air nya," tulis keterangan dalam unggahan @basecamp_gununggedeviaputri pada 18 April 2024.

"Gak boleh cuci bekas masakan atau membuang makanan ke air sungai, karena bisa mencemari lingkungan," seru akun tersebut kepada pendaki untuk menjaga aliran mata air gunung tetap bersih.

Lalu bagaimana sebenarnya aturan atau etika untuk membuang tinja dan bersih-bersih peralatan makan di gunung? Mengutip dari laman Eiger Adventure, Rabu (24/4/2024), membuang hajat di tempat terbuka biasanya akan membuat orang risih, namun sudah banyak dijual alat untuk mengatasi hal tersebut yang berupa bilik portabel.

Sebelumnya kenali dulu alat-alat untuk BAB di gunung. Pertama, Anda bisa gunakan sekop khusus yang biasa digunakan untuk menggali, lalu tisu sebagai pengganti air untuk membersihkan bekas kotoran yang tersisa. Disarankan untuk menggunakan tisu kering karena tisu basah lebih susah terurai.

Pendaki juga bisa membawa bidet portable dan air untuk membilas. Jangan lupa membawa senter atau headlamp jika harus BAB di malam hari. Siapkan juga peluit dan peralatan self defense, terutama saat BAB di gunung dengan hewan liar yang kerap lalu-lalang.

 

Jangan Sembarangan BAB di Gunung

Savana di Gunung Geureudong
Savana di Gunung Geureudong. (Dok: Gunung Bagging Mahitala UNPAR)

Berikut adalah enam tips buang air besar yang sebaiknya diperhatikan selama berada di gunung:

1. Menghindari jalur pendakian dan lokasi kemping

Cari lokasi yang lumayan tersembunyi, serta jauh dari jalan utama yang biasanya dilewati para pendaki dan lokasi kemping. Jarak amannya adalah 30 meter dari area kemping.

2. Hindari aliran air sungai agar tidak tercemar

Hal ini berlaku di air tenang seperti danau ataupun aliran sungai. Sumber air tetap merupakan kebutuhan pokok setiap manusia, jadi jangan cemari dengan membuang kotoran di sana.

3. Survei lokasi dan pastikan aman

Pastikan juga lokasi yang dipilih tertutup rimbun semak-semak atau pepohonan agar tidak mudah terlihat orang lain. Selain itu, pastikan cukup aman, baik dari ancaman binatang, tumbuhan berduri, jurang ataupun longsor tanah.

4. Buatlah sebuah galian dan tutup kembali setelah buang air

Pendaki harus memperhatikan soal menggali lubang untuk BAB. Usahakan kedalaman lubang mencapai sekitar 10-15 cm. Jarak itulah standar aman dalam membuang limbah kotoran manusia. 

5. Lubang Harus Tertutup Rapat

Taman Nasional Gunung Gede - Pangrango
Para pendaki menyusuri alun-alun Surya Kencana setelah menapai puncak Gunung Gede. (Dok Ist)

Jika perlu padatkan lubang galian yang Anda buat dengan cara menginjaknya dengan kaki agar lebih tertutup rapat. Hal ini dimaksudkan agar kotoran tidak mengganggu orang yang lewat dan tidak menimbulkan bau. 

6. Ajaklah salah satu teman untuk menemani

Beritahukanlah teman jika hendak BAB dan ajaklah satunya untuk menemani, terlebih saat malam hari. Jika terjadi suatu hal yang tak terduga, maka temanlah yang akan pertama kali menolong.

7. Beri tanda pada tempat BAB

Setelah menutup lubang, jangan lupa berikan tanda pada tempat kamu BAB, ya Eigerian. Kamu bisa gunakan ranting ataupun dedaunan.

8. Jangan lupa cuci tangan setelah buang air

Setelah semuanya selesai, pastikan mencuci tangan sampai bersih. Dengan memenuhi standar dari beberapa point tadi, kotoran yang dibuang tidak akan berbau dan mencemari lingkungan. Kotoran ini juga nantinya akan terdegradasi dengan alami bersama bakteri-bakteri yang terkandung di dalam tanah.

Ketahui Cara Menghindari BAB di Gunung

Savana di Gunung Butak, Malang Jawa Timur
Savana di Gunung Butak, Malang Jawa Timur. (Dok: Instagram @thisiseastjava)

1. Hindari makan pedas dan asam

Sudah jadi rahasia umum jika makanan asam dan pedas dapat membuat lambung dan usus bermasalah. Terlebih yang memiliki lambung sensitif. Pilihlah makanan yang bergizi dengan kandungan karbohidrat, protein, dan lemak yang seimbang.

2. Jangan minum bersoda saat naik gunung

Minuman bersoda akan memasok banyak gas di dalam perut dan ususmu. Hal ini akan membuat semakin banyak gas yang masuk ke dalam perut dan semakin mudah membuat perut kembung.

3. Berhenti makan sebelum kenyang

Jangan makan terlalu banyak, terlebih makanan berat. Makanan berat akan membuat lambung dan usus bekerja lebih berat dan daya dorong yang dihasilkan bakal membuat kotoran lama di usus besar dipaksa secepat mungkin keluar.

4. Saat istirahat cari posisi tubuh yang tepat

Ternyata posisi tubuh pendaki saat istirahat mempengaruhi kemunculan gejala BAB, misalnya dengan posisi jongkok, duduk dengan posisi kaki ditekuk, mengangkat kaki ke batu, dan lainnya. Posisi-posisi tersebut membuat otot perut memberikan tekanan kuat ke usus besar.

5. Atur manajemen BAB tubuh

Jadi, Anda memaksa tubuh untuk mengubah frekuensi dan waktu BAB. Caranya, ubahlah pola makan, jam tidur, dan melatih ketenangan diri. Target pertama yakni dengan mengubah frekuensi BAB dari satu kali sehari menjadi 2--3 kali seminggu.

 

Infografis Riwayat Letusan Gunung Semeru. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Riwayat Letusan Gunung Semeru. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya