Liputan6.com, Jakarta - Seorang bayi yang diselamatkan dari rahim ibunya yang sekarat setelah serangan udara Israel di Gaza selatan telah meninggal. Mengutip BBC pada Sabtu, (27/4/2024), bayi yang diberi nama Sabreen al-Sakani dilahirkan melalui operasi caesar di rumah sakit Rafah pada Minggu tengah malam, 21 April 2024.
Di tengah kekacauan perang, dokter menyelamatkan bayi tersebut menggunakan pompa tangan untuk mendorong udara ke paru-parunya. Namun sayangnya, usianya bayi tersebut tidak bertahan lama. Ia meninggal pada Kamis, 25 April 2024 dan dimakamkan di samping ibunya.
Baca Juga
Bayi Sabreen termasuk di antara 16 anak yang tewas dalam dua serangan udara di Rafah, Palestina akhir pekan lalu. Semuanya tewas dalam pemboman yang menargetkan kompleks perumahan tempat mereka tinggal. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mereka menargetkan pejuang dan infrastruktur Hamas.
Advertisement
Ibu Sabreen, yang juga dipanggil Sabreen, sedang hamil tujuh setengah bulan ketika serangan udara Israel menyerang rumah keluarga al-Sakani. Penyerangan tersebut terjadi sebelum tengah malam pada Sabtu ketika dia, suaminya yang bernama Shukri dan putri mereka, Malak (3), sedang tertidur pulas.
Akibat serangan tersebut, dia menderita luka parah dan suaminya serta Malak terbunuh, namun bayi tersebut masih hidup di dalam rahim ibunya ketika petugas penyelamat mencapai lokasi. Mereka membawa Sabreen ke rumah sakit, di mana dokter melakukan operasi caesar darurat untuk melahirkan anak tersebut.
Sebelum Meninggal, Neneknya Berencana Akan Merawatnya
Setelah lahir, bayi Sabreen kemudian ditempatkan di inkubator. Saat itu dokter menggambarkan kondisinya kritis. Berat badannya hanya 1,4 kg saat dilahirkan dan mengalami gangguan pernapasan parah, yang menurut dokter disebabkan karena ia dilahirkan prematur.
"Anak ini seharusnya berada di dalam rahim ibunya saat ini, tapi haknya telah dicabut," kata kepala unit darurat neo-natal di Rumah Sakit Emirat di Rafah, Dr Mohammed Salama, setelah bayi tersebut dilahirkan.
Salama juga menggambarkan bahwa bayi Sabreen lahir sebagai gadis yatim piatu yang prematur. Tapi, dia tidak sendirian."Selamat datang untuknya. Dia adalah putri dari putraku tersayang. Aku akan menjaganya. Dia adalah cintaku, jiwaku. Dia adalah kenangan akan ayahnya. Aku akan menjaganya," kata Ahalam al-Kurdi, nenek dari pihak ayah, sembari mencengkeram dadanya dan berguncang karena sedih.
Nenek dari pihak ibu Baby Sabreen, Mirvat al-Sakani, mengatakan kepada BBC bahwa keluarganya berencana untuk merawat anak tersebut sebelum bayi tersebut meninggal dunia. Pada hari yang sama, Pertahanan Sipil Jalur Gaza mengatakan telah menemukan ratusan jenazah warga Palestina dalam kuburan massal di halaman Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Jalur Gaza Selatan.Â
Advertisement
Pertahanan Sipil Gaza Menemukan Ratusan Jenazah dalam Kuburan Massal
Setidaknya 200 jenazah diambil dari dua kuburan massal di kompleks medis tersebut hingga Minggu siang waktu setempat. Sementara pencarian berlanjut, tim penyelamat memperkirakan setidaknya ada 400 jenazah.
Media lokal melaporkan beberapa jenazah yang ditemukan telah dipenggal dan kulit serta organnya telah diambil, dilansir Middle East Eye, Senin, 22 April 2024. Menurut Al Jazeera, jenazah anak-anak, wanita lanjut usia, dan pria muda termasuk di antara mereka yang ditemukan.
Tim penyelamat mengatakan tangan beberapa jenazah diikat ke belakang, diduga mereka dieksekusi dan dikuburkan di tempat. Ketika berita tentang penemuan kuburan massal menyebar, banyak orang berdatangan ke rumah sakit dengan harapan bisa menemukan anggota keluarganya yang hilang.
Kuburan massal ditemukan beberapa minggu setelah pasukan Israel mengakhiri invasi tiga bulan ke Khan Younis, tempat pasukan darat berulang kali menyerang Rumah Sakit Nasser. Naser, yang merupakan rumah sakit terbesar kedua di Jalur Gaza dan menjadi "tulang punggung" sistem kesehatan di Gaza Selatan, tidak dapat digunakan setelah serangan mematikan Israel pada Februari, saat di mana sekitar 10.000 orang berlindung di kompleks medis itu.
Dua Pertiga Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan bahwa dari lebih dari 34.000 orang yang tewas di Gaza sejak perang dimulai pada 7 Oktober, setidaknya dua pertiganya adalah perempuan dan anak-anak. Israel melancarkan serangannya setelah sekitar 1.200 warga Israel dan orang asing yang sebagian besarnya merupakan warga sipil terbunuh dan 253 lainnya dibawa kembali ke Gaza sebagai sandera, menurut penghitungan Israel.
Saat ini diperkirakan ada 1,4 juta orang yang memadati Rafah karena telah diberitahu oleh IDF untuk pindah ke selatan, menuju tempat yang aman pada awal perang. Namun Israel mengatakan pihaknya merencanakan serangan darat ke Rafah, dan PM Israel, Benjamin Netanyahu, bersikeras bahwa mereka perlu mengalahkan Hamas dan mencari sandera.
Gambar satelit menunjukkan dua tenda baru di Gaza selatan dan laporan media Israel mengatakan persiapan untuk mengevakuasi warga sipil dari Rafah sedang dilakukan. Amerika Serikat (AS) pun turut menyumbangkan sarannya dan meminta Israel untuk melakukan pendekatan yang ditargetkan daripada melancarkan invasi besar-besaran ke Rafah. Hal tersebut karena adanya kemungkinan memicu krisis kemanusiaan yang lebih besar.
Advertisement