Liputan6.com, Gaza - Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan serangan Israel menewaskan 11 orang pada hari Jumat (21/3/2025), saat militer melancarkan serangan ofensif di wilayah Palestina untuk hari keempat.
Juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal mengatakan kepada AFPÂ yang dikutip Sabtu (22/3) bahwa tiga orang tewas dalam serangan sebelum fajar. Delapan orang lainnya tewas pada siang hari, enam di antaranya di Kota Gaza dan dua di Abassan di selatan.
Israel diketahui melanjutkan pengeboman besar-besaran di Gaza pada hari Selasa (18/3), dengan alasan kebuntuan dalam negosiasi tidak langsung mengenai langkah selanjutnya dalam gencatan senjata setelah tahap pertamanya berakhir bulan ini.
Advertisement
Sumber Palestina yang dekat dengan perundingan gencatan senjata mengatakan kepada AFP pada Jumat (21/3) malam bahwa Hamas telah menerima proposal dari mediator Mesir dan Qatar untuk membangun kembali gencatan senjata dan menukar sandera dengan tahanan Palestina "sesuai dengan jadwal yang akan disepakati".
Sumber tersebut mengatakan proposal tersebut "termasuk masuknya bantuan kemanusiaan" ke Gaza, yang telah diblokir oleh Israel sejak 2 Maret.
Pada hari Kamis (21/3), dilaporkan jumlah korban tewas sebanyak 504 sejak pemboman dilanjutkan, salah satu yang tertinggi sejak perang dimulai lebih dari 17 bulan lalu dengan serangan Hamas ke Israel.
Sebelumnya, UN Office for Project Services (UNOPS) atau Kantor PBB untuk Layanan Proyek (UNOPS) mengatakan bahwa salah satu pekerjanya tewas pada hari Rabu (19/3), ketika sebuah bahan peledak "dijatuhkan atau ditembakkan" di gedungnya di Jalur Gaza bagian tengah.
Dalam sebuah pernyataan berjudul "Rekan kerja UNOPS tewas di tempat UNOPS di Gaza" yang dikutip dari AFP, Jumat (21/3), badan tersebut mengatakan: "Sebuah persenjataan peledak dijatuhkan atau ditembakkan ke infrastruktur dan meledak di dalam gedung" di kota Deir el-Balah.
Kepala UNOPS Jorge Moreira da Silva mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia "terkejut dan terpukul" oleh kematian staf tersebut. "Ini bukan kecelakaan," katanya, seraya menambahkan bahwa "serangan terhadap tempat-tempat kemanusiaan merupakan pelanggaran hukum internasional" dan bahwa personel dan tempat-tempat PBB "harus dilindungi oleh semua pihak".