Tanggapan KLHK Soal Rencana Taman Nasional Komodo Tutup Secara Reguler pada 2025

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai itu adalah hal yang wajar karena kawasan wisata seperti Taman Nasional Komodo harus menjalani masa ‘istirahat’ dari kegiatan wisata dalam rentang waktu tertentu.

oleh Henry diperbarui 17 Jul 2024, 07:42 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2024, 20:30 WIB
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Satyawan Pudyatmoko di acara Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2024
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Satyawan Pudyatmoko di acara Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2024. (Liputan6.com/Henry)

Liputan6.com, Jakarta - Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) sebagai pengelola kawasan berencana menutup Taman Nasional (TN) Komodo di Labuan Bajo, NTT, secara reguler pada 2025 di hari-hari tertentu. Hal Itu bertujuan untuk mengurangi dampak negatif kegiatan wisata bagi 'rumah' komodo itu.

Menanggapi hal itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai itu adalah hal yang wajar karena kawasan wisata alam seperti taman nasional harus menjalani masa ‘istirahat’ dari kegiatan wisata dalam rentang waktu tertentu.

"Taman Nasional Komodo mau ditutup sementara? Kami rasa itu kegiatan yang memang harus dijakankan tempat wisata alam, mesti ada masa istirahat atau break, karena selama ini sudah banyak didatangi wisatawan," kata Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Satyawan Pudyatmoko usai pembukaan acara Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2024 di Jakarta, Selasa (16/7/2024).

"Taman Nasional Komodo ini termasuk destinasi wisata favorit jadi perlu perawatan yang lebih intensif. Hewan-hewannya perlu istirahat begitu juga dengan lingkungan sekitarnya, jangan hanya diekspos terus tapi juga perlu pemeliharaan dan perbaikan," lanjut Dirjen KSDAE.

Satyawan menambahkan, penutupan kawasan wisata alam idealnya minimal seminggu, bisa juga 10 hari, sebulan atau bahkan lebih. Semuanya bergantung situasi dan kebutuhan dari tempat wisata itu sendiri.

"Kapan tempat wisata alam seperti TN Komodo ini harus ditutup sementara, itu ada kajian dan perhitungannya sendiri. Biasanya dilihat dari berapa jumlah kunjungan dan kondisi tempat itu sendiri. Jadi bukan sekadar tutup dan buka, pasti ada hitung-hitungannya sendiri," terang Satyawan.

 

Konservasi Sumber Daya Alam

Banner Infografis Wacana Tiket Terusan Taman Nasional Komodo Senilai Rp 3,75 Juta. (Foto: Dok. Biro Humas Kemenparekraf)
Banner Infografis Wacana Tiket Terusan Taman Nasional Komodo Senilai Rp 3,75 Juta. (Foto: Dok. Biro Humas Kemenparekraf)

Sebelumnya, dalam pembukaan rangkaian peringatan HKAN 2024, Satyawan Pudyatmoko membacakan pidato Menteri LHK Siti Nurbaya merujuk kepada data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa penduduk usia muda mendominasi susunan penduduk Indonesia yaitu mencapai sekitar 154 juta jiwa.

"Data ini menunjukkan bahwa arah pembangunan dan budaya bangsa Indonesia termasuk kegiatan konservasi sumber daya alam ke depan ditentukan oleh kualitas generasi muda kita saat ini," ucapnya.

Dia pun menyoroti Generasi Y atau milenial yang lahir dalam periode 1977-1994 dan Generasi Z yang lahir pada 1995-2010 memiliki akses yang lebih baik dan mudah beradaptasi dengan penggunaan teknologi. Kedua generasi tersebut juga lebih terbuka dalam mempelajari hal-hal baru.

Karakter tersebut jadi indikator kondisi budaya masyarakat Indonesia di masa depan. "Situasi ini membuat pemahaman dan pengetahuan konservasi alam oleh generasi muda menjadi penentu kelestarian sumber daya alam Indonesia pada saat ini dan pada masa depan," ujarnya.

Generasi muda juga diharapkan menjadi penggerak di media sosial untuk sama-sama melindungi sumber daya alam yang ada di Indonesia. KLHK akan lebih melibatkan peran anak muda dalam upaya pelestarian lingkungan.

HKAN diperingati pada 10 Agustus setiap tahunnya, dengan puncak penyelenggaraan tahun ini akan digelar di Boyolali, Jawa Tengah pada 29 Agustus 2024. Tema untuk peringatan HKAN 2024 yang diusung adalah "Youth for Sustainable Future" atau generasi muda untuk masa depan yang berkelanjutan.

Rencana Penutupan Sementara TN Komodo

Menikmati Eksotisme Pemandangan Alam Pulau Rinca
Pemandangan sebuah teluk di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo, NTT, Minggu (14/10). Selain terkenal dengan komodonya, Pulau Rinca memiliki pemandangan alam yang indah dan memikat wisatawan. (Merdeka.com/Arie basuki)

Sementara itu, pihak BTNK menekankan bahwa penutupan sementara TN Komodo akan didahului kajian ilmiah daya dukung dan daya tampung lingkungan agar tidak berdampak terhadap kawasan konservasi dan industri pariwisata.

"Ini masih dalam diskusi informal, dalam konsep jika ditutup sehari, maka diharapkan wisatawan melakukan aktivitas wisata di luar kawasan dan meningkatkan lama tinggal wisatawan di Labuan Bajo," kata Kepala BTNK Hendrikus Rani Siga di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin, 15 Juli 2024, dikutip dari Antara, Selasa (16/7/2024).

"Jadi yang jual paket wisata pada hari itu tidak ke kawasan TNK tapi di luar kawasan TNK," sambungnya. Hendrikus mengungkapkan bahwa kajian bakal dilakukan oleh Pusat Kajian Pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM) yang didukung Badan Pengelola Otoritas Labuan Bajo Flores (BPOLBF).

Hasil kajian akan menjadi acuan pengelolaan kawasan konservasi tersebut lantaran kunjungan wisata berpotensi meningkat seiring dibukanya penerbangan internasional ke Labuan Bajo dan meningkatnya minat wisata alam.

Menjaga Keberlanjutan Kawasan TN Komodo

Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Satyawan Pudyatmoko di acara Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2024
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Satyawan Pudyatmoko di acara Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2024.  (Liputan6.com/Henry)

"Kami harus juga mempersiapkan diri, salah satunya adalah kajian daya dukung lagi untuk dapat jumlah yang pas," katanya.  Data BTNK mencatat 300.488 wisatawan berkunjung ke Taman Nasional Komodo sepanjang 2023.

Hendrikus menamnbahkan, mengelola tingkat kunjungan wisatawan merupakan bagian dari menjaga keberlanjutan kawasan Taman Nasional Komodo. Untuk itu, BTNK membuat aplikasi SiOra yang memiliki fitur pemesanan tiket ke sejumlah destinasi wisata di kawasan tersebut beserta informasi destinasi.

"Dengan demikian kita tahu jumlah kunjungan ke berbagai destinasi, sehingga dari jumlah itu akan ada baseline data, lalu akan kami kembangkan lagi aplikasi untuk kontrol. Jika sampai jumlah maksimum wisatawan, maka langsung ditutup," katanya.

Ia menjelaskan aplikasi SiOra akan diujicobakan pada Agustus 2024. "Lalu pada tahun 2025 kita akan menerapkan aplikasi siOra, sekarang bisa didownload di Play Store dan App Store," katanya.

Selain itu, Hendrikus mengingatkan wisatawan untuk tidak menerbangkan kamera drone di Pulau Kalong yang masuk dalam zona rimba kawasan TNK. "Menerbangkan drone sangat berbahaya, selain bagi satwa jika tidak digunakan dengan baik bisa membahayakan wisatawan," jelasnya.

 

Infografis Rencana Pembatasan Jumlah Pengunjung Pulau Komodo. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rencana Pembatasan Jumlah Pengunjung Pulau Komodo. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya