Beri Panggung Lebih untuk Batik Lokal, Tak Cukup Hanya Digitalisasi dan Pemasaran

Masih banyak pengusaha batik lokal yang kesulitan menciptakan motif yang bisa menarik perhatian konsumen yang lebih muda.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 25 Agu 2024, 16:01 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2024, 16:01 WIB
Beri Panggung Lebih untuk Batik Lokal, Tak Cukup Hanya Digitalisasi dan Pemasaran
Kelas membatik di Festival Beli Lokal, GBK Senayan, Jakarta, 24 Agustus 2024. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Berdiri di salah satu sudut, kelas membatik ikut memeriahkan Festival Beli Lokal yang digelar Tokopedia selama dua hari di Plaza Timur GBK, pada 24--25 Agustus 2024. Kelas itu menggandeng Rumah Batik Palbatu yang berbasis di Jakarta.

Seperti biasa, para peserta akan dibagikan kain putih bergambar beragam motif yang ditulis dengan pensil. Motifnya jauh dari pola batik tradisional, karena mayoritas bergambar hewan-hewan lucu. Disiapkan pula canting dan malam yang dipanaskan di atas kompor portabel.

Kelas membatik itu hanya bisa diikuti di jam-jam tertentu. Lamanya sekitar sejam atau sampai peserta menyelesaikan mencanting di kain. Karena pesertanya pemula, waktu sejam bisa jadi tak cukup untuk menyelesaikan pola yang cukup detail.

Tapi, bukan menyelesaikan karya dengan sebaik-baiknya jadi tujuan utama Tokopedia menghadirkan kelas membatik tersebut. Itu adalah bagian kecil dari program Melokal dengan Batik yang diluncurkan sejak Januari 2024. CEO Tokopedia Melisa Siska Juminto menyebut inisiatif itu untuk membantu memberi solusi atas kendala yang dihadapi para pengusaha batik lokal.

"Melokal dengan Batik itu fokus di pendanaan dan pembimbingan dengan desain yang bekerja sama dengan ISI Yogyakarta," katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Sabtu, 24 Agustus 2024.

Selama ini, kata dia, upaya yang dilakukan Tokopedia untuk membantu UMKM difokuskan di hilir, seperti digitalisasi dan marketing. Faktanya, para perajin batik juga membutuhkan bantuan di hulu, seperti pendanaan, peralatan yang memadai, hingga motif batik yang bisa memenuhi selera pasar masa kini.

 

Tantangan dan Solusi yang Ditawarkan

Beri Panggung Lebih untuk Batik Lokal, Tak Cukup Hanya Digitalisasi dan Pemasaran
Ragam busana batik dari Batik Pandansari Sragen. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

 

Aditia Grasio Nelwan, Head of Communications Tokopedia and ShopTokopedia, menjelaskan lebih lanjut soal tantangan yang banyak dihadapi para pembatik. Salah satu yang krusial adalah teknologi pencetakan dan pengeringan. Tokopedia pun menawarkan pada perajin bantuan mesin pengering yang bisa mempercepat proses produksi.

"Kalau dikeringkan biasa bisa memakan waktu sampai delapan jam, dengan mesin pengering itu bisa cukup satu jam aja," ujarnya terkait waktu yang bisa dihemat. Dengan begitu, perajin diharapkan bisa memenuhi permintaan lebih banyak dari biasanya.

Tantangan berikutnya adalah terkait motif. Berdasarkan curhat para pengusaha batik, mereka kesulitan memenuhi selera anak-anak muda agar batik mereka bisa dibeli mereka. Mereka 'terjebak' pada motif yang tradisional, sedangkan anak muda mengharapkan desain yang lebih modern.

Untuk itu, mereka menggandeng ISI Yogyakarta untuk membuatkan motif batik. Sudah ada ratusan motif batik yang bisa dimanfaatkan para pengusaha dalam bisnis mereka.

"Kami bekerja sama dengan ISI selama enam bulan untuk memungkinkan masing-masing perajin batik mendapatkan hingga belasan motif baru yang bisa digunakan secara eksklusif untuk menambah varian produk dan meningkatkan penjualan," kata Adit lagi.

Buka Peluang dengan Live Streaming

Beri Panggung Lebih untuk Batik Lokal, Tak Cukup Hanya Digitalisasi dan Pemasaran
Farah Hamidah, manajer Batik Pandansari. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Tantangan berikutnya adalah terkait pendanaan. Adit menyatakan Tokopedia menggandeng pihak ketiga untuk membantu memberi modal dengan bunga ringan kepada para pengusaha batik lokal agar usaha mereka bisa terus berjalan.

Program pendampingan itu bisa diikuti oleh pengusaha batik umum, baik yang direkomendasikan oleh komunitas maupun mendaftarkan diri lewat link yang tersedia di platform tersebut. Sejauh ini, program itu telah merangkul lebih dari 550 perajin batik dari berbagai wilayah, terutama dari Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan, 50 persennya memutuskan membuka toko di ShopTokopedia.

Selama dua minggu pertama peluncuran program, ada ribuan penjual batik baru yang bergabung di Tokopedia. Untuk itu, mereka dibekali ilmu agar bisa memanfaatkan fitur-fitur yang tersedia dengan optimal. Salah satu yang ditonjolkan saat ini adalah fitur live streaming atau live shopping.

"Mereka juga struggling dengan marketing dan live streaming. Ada juga yang bingung gimana caranya bikin konten yang engaging," ucap Adit. Padahal, live shopping merupakan cara yang efektif untuk menjembatani pembeli yang ingin merasakan suasana membeli secara offline tanpa perlu datang ke toko.

Penjual Batik Dongkrak Penjualan Lewat Livestreaming

FOTO: Antusiasme Warga China Belajar Bisnis Online
Warga belajar keterampilan livestreaming serta webcasting untuk e-commerce dan jualan online saat workshop yang digelar oleh otoritas pemerintah daerah di Zhangye, Provinsi Gansu, China, 20 Januari 2022. (Chinatopix via AP)

 

Batik Pandansari adalah salah satu brand yang memanfaatkan fitur livestreaming untuk mendongkrak penjualan. Farah Hamidah, manager Batik Pandansari mengaku pihaknya mulai melakukannya pada 2023. 

Para host yang membawakan livestreaming, kata Farah, belajar secara otodidak. Mereka banyak mempelajari brand lain dalam mempromosikan produk mereka. "Kita cari cara bagaimana batik bisa diterima kalangan banyak. Awalnya berangkat dari baju-baju formal, sekarang mulai ke versi kasual," katanya.

Interaksi dengan para calon pembeli menjadi yang ditunggu-tunggu. Mereka bahkan sering mendapatkan inspirasi pengembangan produk berdasarkan hasil masukan dari para pembeli. Baju model Erina misalnya. Item yang laris itu awalnya hanya menyediakan opsi busana hitam merah, tetapi kita berkembang dengan kombinasi warna lain.

Cara itu otomatis mendongkrak penjualan. "Satu bulan ini bisa capai ratusan juta (rupiah). Kalau sebelum melokal, paling hanya puluhan juta (rupiah)," imbuh Farah yang menguraikan bahwa livestreaming mereka terbagi menjadi tiga shift, yakni pagi-siang; sore-maghrib; dan malam.

Infografis Destinasi Belanja di Indonesia
Infografis Destinasi Belanja di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya