Mengangkat Sineas Lokal Masuk Skala Global Lewat Festival dan Workshop di Alternative Film Project inDrive

Alternative Film Project akan diselenggarakan di kota Yogyakarta dan memiliki rangkaian yang lebih beragam dari sebelumnya. Salah satunya adalah Festival Film dengan pemutaran film nominasi dan diskusi pada 22-28 November 2024.

oleh Henry diperbarui 14 Sep 2024, 22:00 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2024, 22:00 WIB
Mengangkat Sineas Lokal Masuk Skala Global Lewat Festival dan Workshop di Alternative Film Project inDrive.  foto:  Alternative Film Project
Alternative Film Project akan diselenggarakan di kota Yogyakarta dan memiliki rangkaian yang lebih beragam dari sebelumnya. Salah satunya adalah Festival Film dengan pemutaran film nominasi dan diskusi pada 22-28 November 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Alternativa Film Project, sebuah inisiatif film nirlaba global yang didirikan oleh perusahaan teknologi internasional inDrive meluncurkan Alternativa Film Awards edisi kedua. Acara ini menghadirkan sistem alternatif untuk mengakui para sineas lokal dari industri berkembang yang belum dikenal secara luas dan bertujuan untuk membuat mereka lebih terlihat dalam skala global.

Acara ini akan diselenggarakan di kota Yogyakarta dan memiliki rangkaian yang lebih beragam dari sebelumnya. Ada Festival Film dengan pemutaran film nominasi dan diskusi (22-28 November 2024), Impact Days dengan program internasional berupa workshop, showcase, dan pertemuan bagi para profesional film (27-28 November 2024), dan Awards Ceremony pada 29 November 2024.

Acara ini menghargai prestasi artistik dan dampak sosial sinema. Masuknya Alternativa Film Award and Festival ke Indonesia ini menyusul keberhasilan edisi perdana Alternativa Film Awards pada 2023, yang diselenggarakan di Kazakhstan. Edisi kedua yang akan datang akan memperluas fokusnya ke pasar Indonesia dan Asia Tenggara.

Pendaftaran terbuka Alternativa Film Awards 2024 telah ditutup pada 18 Agustus lalu. Para sineas dari seluruh kawasan Asia diundang untuk mengirimkan film berdurasi penuh dari genre apa pun, sedangkan film pendek hanya diterima dari Asia Tenggara. Tim Alternativa menerima 1.043 entri dari 33 negara, dua kali lipat lebih banyak dari tahun lalu.

Dari jumlah tersebut, 680 kiriman (208 film berdurasi penuh dan 472 film pendek) dianggap memenuhi syarat. Indonesia terbukti menjadi pemimpin yang tak terbantahkan dengan 206 entri yang memenuhi syarat, diikuti oleh Filipina (132), Malaysia (58), Vietnam (56), India (40) dan Thailand (40).

"Kami sangat senang dan merasa terhormat melihat peningkatan yang sangat besar dalam jumlah kiriman pada tahun kedua Penghargaan ini. Hal ini menunjukkan minat yang luar biasa terhadap proyek kami dari komunitas perfilman, khususnya di Asia Tenggara," kata Liza Surganova, Head of Alternativa Film Project di Jakarta, Rabu, 11 September 2024 dalam keterangan tertulis yang diterima tim Lifestyle Liputan6.com.

"Tahun ini kami juga menambahkan Festival Film ke dalam rangkaian penghargaan untuk menghubungkan para pembuat film dan film-film mereka yang berdampak dengan para penonton dan untuk memulai diskusi publik tentang berbagai isu yang menjadi perhatian kita semua," tambahnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sinema Berkontribusi Bagi Masyarakat

Mengangkat Sineaa Lokal Masuk Skala Global Lewat Festival dan Workshop di Alternative Film Project inDrive.
Mengangkat Sineaa Lokal Masuk Skala Global Lewat Festival dan Workshop di Alternative Film Project inDrive. foto: Alternativa Film Project

GIK UGM, sebuah pusat super kreatif yang terletak di dalam kompleks Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta akan menjadi tuan rumah Upacara Penghargaan serta beberapa acara Festival Film. Festival ini akan menampilkan 16 pemutaran film gratis untuk umum dari para nomine tahun ini dan diskusi yang berfokus pada topik-topik yang berdampak bagi khalayak luas dan profesional, yang melibatkan para pembuat film lokal dan internasional.

"Festival ini bukan hanya menayangkan film tetapi juga menyelenggarakan diskusi, menyediakan ruang bagi para penonton untuk mendalami visi dan keunikan film-film ini. Program ini bertujuan untuk menawarkan perspektif baru tentang bagaimana sinema berkontribusi bagi masyarakat dan memperkaya ruang-ruang budaya," terang sutradara senior Garin Nugroho selaku Chief Program Officer di GIK UGM.

Menjelang acara tersebut, tim Alternativa akan menyelenggarakan Industry Days, sebuah program internasional yang berisi lokakarya, pameran, dan pertemuan bagi para sineas, produser, dan organisasi yang berdampak yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antara film dan perubahan sosial.

Sementara itu, Wahyu Ramadhan selaku Communications Manager inDrive Indonesia, menyampaikan keseriusan inDrive terkait kepeduliannya terhadap isu-isu sosial.

"Kita telah bekerja di garis depan dalam menangani ketidakadilan sosial di mana pun dan kapanpun kami bisa. Bisnis kami berkembang pesat dengan misi kami untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia," terang Wahyu.

 


Bagian Penting Alternative Film Project

Garin Nugroho. (Foto: Instagram @garin_film)
Garin Nugroho. (Foto: Instagram @garin_film)

"Kami telah bermitra dengan organisasi lokal termasuk Yayasan Anak Yatim, Dompet Dhuafa, Waste4Change, dan Carbon Ethics untuk meluncurkan proyek sosial kami untuk percakapan lingkungan, bantuan kemanusiaan, dan tujuan pendidikan," tambahnya.

Untuk memaksimalkan dampak positif, mereka membuat hub yang disebut inVision. inVision menantang alokasi sumber daya yang tidak adil dalam pendidikan, industri kreatif, perusahaan rintisan, dan olahraga dengan membuat area-area ini dapat diakses oleh semua orang, dan Alternativa Film Project merupakan bagian penting darinya.

Alternativa Film Project, juga memperkenalkan duta baru mereka yaitu aktivis dan sineas Indonesia Abigail Limuria. Abigail merupakan salah satu pendiri What Is Up, Indonesia? (WIUI), sebuah media independen yang mengurusi sosial politik Indonesia dengan cara yang mudah dipahami oleh orang Indonesia yang tumbuh di luar negeri.

Selain WIUI, Abigail turut menulis dan menerbitkan sendiri buku "Lalita: 51 Kisah Perempuan Hebat Indonesia", yang telah terjual lebih dari 4.000 eksemplar di seluruh Indonesia, dan menyutradarai beberapa film.

"Tentunya saya sangat antusias bisa terlibat dalam proyek dengan misi mulia ini. Ini merupakan ruang untuk membahas isu sosial yang relevan dengan negara yang mengikuti Alternativa melalui film. Jadi nggak melulu melihat komersial dan cinematic dalam film. Lebih dari itu," ujar Abigail. 


a

Mengangkat Sineaa Lokal Masuk Skala Global Lewat Festival dan Workshop di Alternative Film Project inDrive.
Mengangkat Sineaa Lokal Masuk Skala Global Lewat Festival dan Workshop di Alternative Film Project inDrive. foto: Alternativa Film Project

Komite Seleksi Penghargaan Film Alternativa, yang tahun ini beranggotakan 24 pakar industri film dari seluruh dunia, akan mengumumkan daftar nominasi pada pertengahan Oktober 2024. Pemenang akan dipilih oleh Juri Internasional yang terdiri dari sutradara dan produser film dari Asia dan kawasan lain, serta tokoh masyarakat dan perwakilan LSM.

Total hadiah untuk Penghargaan ini adalah 100.000 dolar AS, dengan 20.000 dolar AS untuk masing-masing dari empat kategori film berdurasi penuh dan 10.000 dolar AS untuk masing-masing dari dua pemenang Penghargaan Film Pendek. Pemenang akan dapat menggunakan hadiah ini untuk kampanye berdampak atau untuk lebih mengembangkan keterampilan pembuatan film mereka.

Misalnya, pada 2023, sutradara Nepal Rajan Kathet dan Sunir Pandey, yang memenangkan Penghargaan Nativa untuk film 'No Winter Holidays', menggunakan hadiah mereka untuk menyelenggarakan distribusi teatrikal film tersebut di Nepal, serta seperti pemutaran di komunitas di wilayah tempat mereka syuting dan pemutaran untuk penonton yang lebih muda di sekolah dan universitas.

"Salah satu keunikan Alternativa adalah sifatnya yang Nomaden. Jadi setiap kawasan yang dituju dapat memaksimalkan isu sosial yang ingin disampaikan, sangat relevan dan mewakili," tutur Lulu Ratna, selaku Alternativa Film Awards 2024 Selection Committee Member .

 

infografis perfilman indonesia
Jumlah produksi film Indonesia, berapa banyak? (Liputan6.com/Trie yas)
Lanjutkan Membaca ↓

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya