Liputan6.com, Jakarta - Universitas Bina Nusantara (Binus) berkolaborasi dengan Sinar Mas Land sukses menggelar forum Quad Helix pada 31 Oktober 2024 di Auditorium Kampus Binus Alam Sutera, Tangerang Selatan. Mengusung tema "Penciptaan Ekosistem Transfer Teknologi untuk Indonesia Emas 2045 dengan AI", acara ini menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mendukung integrasi kecerdasan artifisial (AI) dan mendorong inovasi teknologi.
Acara ini mempertemukan lebih dari 250 pemangku kepentingan dari akademisi, industri, asosiasi, lembaga pemerintahan, dan komunitas untuk mendorong terbentuknya ekosistem kolaboratif dalam transfer teknologi yang berkelanjutan. Acara ini diawali dengan diskusi panel dan dilanjutkan dengan sesi Industrial Problems Presentation (IPP).
Diskusi panel ini mendatangkan pembicara utama yakni Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, MSc, Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN); Prof. Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr., Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian Masyarakat, Kemendikbudristek; Laksma TNI Dr. Arif Badrudin, M.Mgt.Stud, Wakil Gubernur Akademi Angkatan Laut; dan Bapak Irawan Harahap, CEO Digital Tech Ecosystem & Development Sinar Mas Land.
Advertisement
Acara ini juga dibuka dan disambut oleh Rektor BINUS University Dr. Nelly, S. Kom., M.M. dan Wakil Rektor Research and Technology Transfer BINUS University Prof. Dr. Juneman Abraham. Rektor BINUS University Dr. Nelly, S. Kom., M.M, menyatakan “Peran AI terus meningkat di berbagai sektor, mulai dari kesehatan hingga pendidikan dan ekonomi. Di balik kemajuan ini, tantangan besar muncul: menciptakan ekosistem transfer teknologi yang inklusif dan berkelanjutan.
BINUS University berkomitmen membina dan memberdayakan masyarakat untuk membangun dan melayani bangsa, dengan harapan setiap lulusan dapat menghasilkan karya yang relevan dan bermanfaat bagi masyarakat. Saat ini, banyak riset yang dihasilkan perguruan tinggi dinilai baik secara akademis, tetapi belum terintegrasi dengan industri secara optimal.
Kolaborasi Quad Helix antara akademisi, industri, pemerintah, dan masyarakat menjadi penting untuk mempercepat penciptaan, diseminasi, dan penerapan teknologi baru yang dapat meningkatkan daya saing global. Melalui kegiatan hari ini, kedepannya, diharapkan dapat menciptakan solusi nyata dan strategis yang menjawab tantangan teknologi di Indonesia, terutama dalam membangun ekosistem transfer teknologi yang efektif dan berkelanjutan.”
Mendorong Inovasi
CEO Digital Tech Ecosystem & Development Sinar Mas Land Irawan Harahap mengatakan dalam sambutannya, “Sinar Mas Land sangat mendukung adanya ekosistem yang kuat untuk transfer teknologi. Kolaborasi antara industri dan akademisi menjadi semakin penting dalam menjawab tantangan ini dan mendorong inovasi yang dapat dikomersialisasi.
Dari perspektif industri, kecepatan dan efisiensi implementasi adalah prioritas utama untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, terutama dalam sektor properti yang memiliki banyak pemangku kepentingan. Sinar Mas Land menjalankan transformasi digital melalui dua jalur utama: investasi pada startup dan riset internal.
Dalam proses ini, kami menghadapi beberapa tantangan yang konkret, termasuk bagaimana mengintegrasikan aplikasi residensial dengan AI, kebutuhan untuk mendeteksi titik dan panjang Fiber Cut di proyek kabel optik, serta menciptakan smart building yang berfungsi sebagai digital twin yakni bangunan yang dilengkapi teknologi digital berupa replika virtual yang akurat, sehingga dapat meningkatkan efisiensi energi, pengelolaan fasilitas, dan kenyamanan penghuni.
Para pembicara menekankan pentingnya peran universitas di Indonesia dalam riset terapan untuk menciptakan solusi inovatif yang siap dipasarkan dan memenuhi kebutuhan industri lokal. Tantangan ini dapat diselesaikan dengan membentuk Ekosistem Transfer Teknologi berbasis AI.Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, MSc, mengungkapkan, “BRIN saat ini sudah berhasil membuat reaktor pengolah limbah biomassa sawit menjadi listrik di Pekanbaru, namun industri belum tertarik mengembangkannya untuk di banyak perkebunan, sehingga masyarakat sekitar dapat memanfaatkan listrik yang dihasilkan.
Advertisement
Potensi Besar Indonesia
Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian Masyarakat, Kemendikbudristek Prof. Dr. Ir. M. Faiz Syuaib menjelaskan, “Indonesia memiliki potensi besar dengan 4,300 perguruan tinggi, 334,000 dosen, dan 10 juta mahasiswa. Namun, hanya 7% dosen yang terlibat dalam riset selama tiga tahun terakhir, dan tingkat kesiapan teknologi (TKT) sebagian besar berada di tahap awal (1-3), sekitar 78%, belum mencapai tahap pengembangan atau aplikasi.
Dari 2,000 riset, hanya sekitar 11 yang telah menghasilkan paten. Untuk mencapai visi "Indonesia Emas 2045", perlu strategi untuk mentransformasi potensi ini menjadi inovasi nyata yang melibatkan kolaborasi antara universitas, industri, dan masyarakat, serta meningkatkan transfer ilmu ke masyarakat agar teknologi bisa diterapkan secara praktis.”
Ekosistem transfer teknologi yang efektif juga bisa mendatangkan manfaat bagi pertahanan dan militer Republik Indonesia. Wakil Gubernur Akademi Angkatan Laut Laksma TNI Dr. Arif Badrudin menyampaikan bahwa, “TNI Angkatan Laut bekerja sama dengan Indonesia AI Society (IAIS) telah menghasilkan program pelatihan berbasis AI untuk memantau laut dan mendeteksi anomali pergerakan kapal di perairan Indonesia. Program ini telah menghasilkan produk "Decision Support System Antasena”, aplikasi berbasis AI pertama yang mampu memantau kapal dari pusat komando dengan bantuan Automated Identification System (AIS).
Kolaborasi antara Universitas dan Industri
Teknologi ini dapat mendeteksi dan memprediksi pelanggaran oleh ribuan kapal berdasarkan riwayat pelanggarannya, yang kemudian diteruskan kepada KRI untuk respon cepat. Antasena memenangkan juara 1 tingkat nasional pada “idenTIK” Kominfo pada tahun 2023 dan pada tahun ini, sedang dilombakan ke tingkat internasional di Thailand.”
Acara yang diselenggarakan BINUS ini juga menjadi langkah awal dalam mengimplementasikan “Open Innovation”, di mana industri dan universitas berkolaborasi lebih erat dengan akademisi mencari ‘Solution Makers’ untuk menyelesaikan berbagai tantangan industri. Sinar Mas Land, pengembang properti terkemuka di Indonesia, telah menunjukkan minatnya dalam mengeksplorasi model ini untuk mendorong kolaborasi lebih lanjut antara universitas dan industri.
Acara ini diakhiri dengan komitmen semua pihak untuk terus membangun model kolaborasi Quad Helix yang lebih kuat. Kedepannya, Universitas Bina Nusantara berencana mengadakan acara rutin yang mendorong interaksi antar akademisi, industri, pemerintah, dan komunitas, untuk mempercepat komersialisasi hasil riset dan mengembangkan talenta AI yang kompeten di Indonesia dalam mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045 melalui kemajuan teknologi yang berkelanjutan.
Advertisement