Dama Kara, Batik Tradisional yang Berdayakan Difabel Ini Sukses Berjualan Lewat Shopee Live

Founder & Owner Dama Kara, Nurdini Prihastiti menturkan, usahanya didirikan pada 2020 di Bandung, Jawa Barat, di tengah pandemi COVID-19.

oleh Fachri pada 07 Nov 2024, 14:15 WIB
Diperbarui 07 Nov 2024, 11:28 WIB
Usung Batik Tradisional, Intip Perjalanan Dama Kara yang Berdayakan Teman Difabel dan Sukses Jualan di Shopee Live
Koleksi Batik Dama Kara. (c) Dama Kara

Liputan6.com, Jakarta Industri batik memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, nilai ekspor batik Indonesia tercatat mencapai USD 17,5 juta pada tahun 2023, sementara pada Semester I-2024, angka ekspor mencapai USD 9,45 juta.

Pesatnya perkembangan industri batik tidak lepas dari meningkatnya kecintaan masyarakat terhadap batik lokal, yang turut mendorong munculnya berbagai merek lokal dengan produk inovatif dan berkualitas. Salah satu merek yang kini sukses menarik perhatian publik dan telah melakukan ekspor adalah Dama Kara.

Founder & Owner Dama Kara, Nurdini Prihastiti menturkan, usahanya didirikan pada 2020 di Bandung, Jawa Barat, di tengah pandemi COVID-19. Ia mendirikan Dama Kara karena ingin mengubah persepsi bahwa pakaian batik hanya dikenakan sebagai pakaian formal di momen-momen tertentu saja.

“Dari fenomena tersebut, Dama Kara menciptakan karya sandang batik dengan model yang timeless dan motif yang simpel namun sarat makna agar pakaian batik bisa digunakan di momen apa pun," tuturnya.

"Setelah beberapa bulan berjalan dan tren berbelanja online semakin meningkat, Dama Kara akhirnya mulai berjualan di marketplace yaitu Shopee dan produk-produk yang Dama Kara hadirkan pada saat itu yaitu pakaian ready to wear seperti one-set batik, outer batik, dan lain-lain," jelas Nurdini.

Perjalanan Dama Kara

Dama Kara.
Potret Proses Produksi Batik Dama Kara. (Foto: Istimewa)

Sesuai dengan cita-cita menjadikan batik sebagai pakaian yang bisa digunakan untuk aktivitas sehari-hari, Dama Kara menghadirkan koleksi batik versatile. Beberapa di antaranya seperti Suar Kebaya Encim Sleeveless, Suar Kebaya Encim Shorsleeve, sampai Natha Outer yang nyaman dan modis dan menariknya, mayoritas produk Dama Kara diproses dan diproduksi secara tradisional.

Nurdini mengungkapkan, komitmen utama pihaknya untuk mengangkat kain yang diproses secara tradisional melalui proses batik, ikat, jumput, bordir, dan jahit jelujur dengan merangkul penjahit rumahan. Ia pun memberikan support alat, permodalan, hingga pembinaan, dan berkembang menjadi tiga sub-produksi dengan 20 penjahit.

"Setiap koleksi Dama Kara dibuat sepenuh hati dengan pemilihan kain yang nyaman untuk keseharian, model yang timeless hingga mengembangkan motif yang sarat makna,” ungkapnya.

Nurdini menjelaskan bahwa jumlah karyawan Dama Kara saat ini mencapai sekitar 60 orang mulai dari proses produksi sampai distribusi, mayoritas karyawan pun disebutnya merupakan masyarakat lokal yang terletak di sekitar tempat produksi dan gudang Dama Kara.

"Selain itu, sebagai wujud komitmen untuk menebar kebermanfaatan, kami juga memberi ruang bagi para penyandang disabilitas," jelasnya.

"Dama Kara mendukung kelas menggambar untuk para difabel bersama sejumlah yayasan di Bandung, hasil gambar dari kelas tersebut digunakan sebagai desain untuk produk non-batik Dama Kara seperti jaket," imbuh Nurdini.

Ia menyebut, motif yang dibuat untuk para ‘teman istimewa’ tersebut digambar di atas media air menggunakan teknik bernama suminagashi.

Dama Kara.
Nurdini, Owner & Founder Dama Kara (Kiri) Saat Memproduksi Batik Bersama Salah Seorang Pekerjanya. (Foto: Istimewa)

Nurdini mengungkapkan, berangkat dari keyakinan bahwa berkarya tak mengenal keterbatasan, Dama Kara terus berkolaborasi dengan disabilitas yang dinamakan ‘teman istimewa’.

"Kami percaya setiap insan diciptakan dengan keistimewaan dan kebetulan, artikel jaket yang diproduksi itu menjadi salah satu best seller items Dama Kara di Shopee," ungkapnya.

"Dama Kara selalu menceritakan tentang semangat positif untuk terus mencintai diri dan berkarya dan terus berkolaborasi dengan teman istimewa dengan mengeksplorasi berbagai teknik baru karena berkarya tak mengenal keterbatasan,” jelas Nurdini.

Bertumbuh Bersama Shopee

Dama Kara.
Potret Proses Produksi Batik Dama Kara. (Foto: Istimewa)

Shopee menjadi mitra strategis Dama Kara untuk memperkenalkan produk-produknya. Sejak bergabung pada 2020, Nurdini mengatakan, pihaknya sukses meningkatkan penjualan khususnya setelah menggunakan fitur Shopee Live.

“Dengan adanya Shopee Live, Dama Kara menambah jumlah tim dari yang semula dua orang menjadi enam orang talent live dan setelah melakukan live penjualan Dama Kara di Shopee meningkat 85% dengan mulai teraturnya durasi live Dama Kara," ujar Nurdini.

"Transaksi tertinggi di live kita pastinya saat tanggal kembar, yang biasanya kita live 18 jam per hari, adapun khusus di tanggal kembar kita live 24 jam dan sukses meningkatkan penjualan hingga 400% dibandingkan dengan penjualan pada hari biasa,” jelasnya.

Nurdini mengatakan, Maret 2024 menjadi bulan dengan penjualan secara live stream terbanyak sepanjang perjalanan Dama Kara.

"Jumlah penonton harian mencapai lebih dari 4000 orang, hal ini tidak terlepas dari momentum Hari Raya Idulfitri dan tersampaikannya informasi bahwa produk Dama Kara cocok untuk digunakan keluarga dan sanak saudara pada hari raya Idulfitri," katanya.

Fitur Shopee Live Sangat Membantu

Nurdini menilai, terdapat sejumlah penyebab fitur Shopee Live sangat membantu Dama Kara untuk meningkatkan penjualan.

"Pertama, Fitur interaktif tersebut dapat memberikan pengalaman belanja baru bagi konsumen dan kedua, fitur itu memungkinkan Dama Kara memperlihatkan produk secara langsung," ujarnya.

"Hal ini memungkinkan konsumen lebih memahami kualitas, detail produk, serta cara menggunakan hingga merawat produk-produk yang ditawarkan Dama Kara," imbuh Nurdini.

Ia pun menyebut, fitur Shopee Live dan Shopee Video sangat berguna untuk membantu para pengusaha industri kreatif indonesia, khususnya pelaku usaha Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang ingin naik kelas.

“Selain itu, pelaku UMKM perlu terus belajar, adaptif dan relevan dengan market, senantiasa mencoba berbagai hal yang bisa meningkatkan value brand, manfaatkan berbagai fitur yang dimiliki di Shopee untuk terus relevan dengan pasar dan meningkatkan penjualan,” sebut Nurdini.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya