Liputan6.com, Jakarta - Di tengah bermunculannya jajanan pasar, penjual bungeoppang yang pernah jadi favorit perlahan mulai langka ditemukan. Keterbatasan ini membuat perusahaan besar memanfaatkannya dengan memproduksi secara massal.
Dikutip dari Korea Times pada Selasa, 3 Desember 2024, kue berbentuk ikan yang diisi dengan pasta kacang merah manis ini sudah jarang ditemukan sebagai makanan kaki lima. Penurunan begitu mencolok, mengingat popularitasnya luar biasa pada 1990-an.
Dahulu, ketika musim dingin tiba, kue itu dijual dengan harga murah, 10 bungeoppang seharga 1.000 won (setara Rp11 ribu). Namun saat ini, harganya meningkat menjadi sepuluh kali lipat. Bungeoppang yang sangat langka membuat orang-orang sering kali tanpa sadar membayar lebih mahal pada pedagang kaki lima yang masih menjualnya.
Advertisement
Situasi tersebut menyebabkan perusahaan makanan besar menyasar keinginan para penggemar bungeoppang dengan memproduksi kue itu dalam berbagai rasa secara massal. Hal tersebut bertujuan untuk memanfaatkan apa yang menjadi makanan kesukaan semua orang di musim dingin agar dapat hadir kembali.
Hilangnya penjual bungeoppang tradisional salah satunya diakibatkan melonjaknya harga bahan utama penganan ini tahun ini, yaitu kacang merah, tepung, dan minyak goreng. Biaya gas propana yang digunakan untuk memanaskan pembuat roti juga naik dibandingkan tahun lalu.
Kenaikan harga paling tajam terjadi pada kacang merah. Penurunan hasil panen kacang merah terjadi signifikan, karena cuaca panas ekstrem, banjir, dan kekeringan dari Juli hingga September.
Bungeoppang Terimbas Kenaikan Harga Bahan Baku
Impor juga terlalu mahal untuk mengimbangi pasokan domestik yang terganggu. Hingga November 2024, harga kacang merah terus naik menjadi lebih dari 264.000 won (setara Rp3 juta) per 40 kilogram, naik 52 persen dari 2019, menurut Statistik Korea.
Sementara, harga tepung terigu dan minyak goreng pada November juga melonjak masing-masing sebesar 5,1 persen dan 5,9 persen dari bulan sebelumnya. Harga gas propana cair naik sebesar 9,9 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kenaikan harga ini membuat bungeoppang tidak lagi tersedia dengan harga 100 won (setara Rp1.000) per buah. Pergeseran harga sudah terlihat sekitar satu dekade lalu, ketika harga naik setidaknya 2,5 kali lipat, dengan tiga atau empat bungeoppang dijual seharga 1.000 won.
Saat ini, sebagian besar pedagang menjualnya seharga 1.000 won (setara Rp 11 ribu) per buah atau tiga seharga 2.000 won (setara Rp23 ribu). Beberapa menggunakan krim sebagai pengganti kacang merah dan menjual lebih dari 2.000 won (setara Rp23 ribu) per buah.
Inflasi mendorong pedagang keluar dari jalanan, membuat operasi mereka semakin sulit dipertahankan. Untuk membantu para pencari bungeoppang menemukan pedagang yang masih bertahan, Danggeun, platform perdagangan barang bekas daring yang populer, meluncurkan fitur peta bungeoppang di aplikasinya pada akhir November 2024.
Advertisement
Perusahaan Besar Dominasi Pasar Bungeoppang Beku
Penjual bungeoppang yang jumlahnya semakin sedikit kini digantikan oleh perusahaan-perusahaan besar yang memperkenalkan produk-produk bungeoppang beku yang dapat dimasak dalam microwave. Tren baru itu tampaknya berhasil menarik perhatian konsumen yang masih gemar menyantap jajanan kaki lima tersebut.
Shinsegae Food pertama kali merilis tiga jenis bungeoppang pada 2022. Kini, jajarannya telah bertambah menjadi lima jenis, yaitu kacang merah, krim, cokelat, ubi jalar keju, dan pizza. Kemudian, Ottogi meraih sukses besar pada 2023 saat merilis dua jenis bungeoppang berbeda.
Selama musim dingin saja, perusahaan tersebut membukukan penjualan sebesar 3 miliar won (setara Rp 34,1 miliar) dengan camilan baru tersebut. Pada Juli 2024, perusahaan tersebut memperkenalkan dua rasa tambahan.
CJ Cheiljedang, pada malam musim dingin tahun lalu, meluncurkan tiga camilan bungeoppang di bawah merek makanan beku andalannya, Bibigo. Produk itu mencatat penjualan bulanan rata-rata sebesar 1 miliar won (setara Rp 11,4 miliar) tahun lalu. Atas kinerja itu, perusahaan memasukkan bungeoppang ke dalam enam makanan jalanan Korea utama untuk pasar internasional Bibigo.
"Harga pasar yang melambung membuat makanan jalanan masuk ke rumah, karena produk buatan sendiri dari merek dan perusahaan populer semakin meniru makanan jalanan favorit masyarakat," kata seorang pakar industri. "Demam makanan buatan sendiri ini akan berlangsung lama. Namun begitu permintaan makanan jalanan dalam versi buatan sendiri ini memuncak, harganya mungkin akan mulai naik."
Jajanan Lain yang Mulai Punah
Tak hanya di Korea, di Indonesia terdapat jajanan legendaris yang mulai langka. Dikutip dari kanal Regional Liputan6.com pada Selasa, 3 Desember 2024, berikut daftar jajanan tersebut:
1.Clorot
Clorot adalah jajanan khas Purworejo, Jawa Tengah. Saat ini, penjual clorot memang sudah terbilang langka. Namun, di daerah asalnya, clorot masih bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional.
Clorot memiliki tekstur dan rasa mirip jenang. Jajanan ini dibalut dengan daun janur berbentuk kerucut. Clorot dinikmati dengan cara unik, yakni mendorong ujung kerucut yang bertekstur kenyal hingga isinya keluar.
2. Geblek
Geblek juga merupakan salah satu camilan khas yang mulai langka. Geblek memiliki cita rasa gurih dan renyah seperti kerupuk. Geblek populer sebagai jajanan khas asal Kulon Progo, Purworejo, dan Wonosobo. Dari masing-masing daerah tersebut memiliki cara unik menikmati geblek.
3. Grontol Jagung
Grontol jagung merupakan jajanan khas sebelumnya banyak ditemui di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sayangnya, saat ini penjual grontol jagung sudah sulit ditemui. Namun, grontol jagung bisa dibuat sendiri di rumah dengan bahan-bahan sederhana. Untuk membuat grontol jagung hanya diperlukan jagung manis rebus yang sudah dipipil, kelapa parut, gula pasir, serta garam.
4. Jenang Krasikan
Berbeda dengan jenang pada umumnya yang bertekstur halus, jenang krasikan memiliki tekstur yang cenderung lebih berpasir. Hal itu karena penggunaan gula pasir sebagai pelapis di bagian luar jenang.
5. Kue Rangi
Kue rangi merupakan jajanan legendaris asal Betawi yang mulai langka. Kue ini umumnya dibuat dengan peralatan tradisional, yaitu dimasak di atas menggunakan kayu bakar atau arang. Kue ini terkenal dengan rasanya yang manis dan gurih.
Advertisement