Liputan6.com, Jakarta - Alarm darurat polusi plastik kembali menyala di Bali. Kali ini, hamparan sampah tersebut terekam berserakan di Pantai Kedonganan, Jimbaran, menurut Co-founder Sungai Watch, sebuah organisasi lingkungan dengan misi menghentikan sampah plastik ke laut berbasis di Pulau Dewata, Gary Bencheghib.
Menurut unggahan Instagram-nya, Selasa, 24 Desember 2024, Gary memperkirakan lokasi itu sebagai salah satu titik sampah plastik terburuk di Jimbaran. "Ini hari pertama gelombang sampah (dari laut tersapu ke pantai) yang sampai kemarin malam (Senin, 23 Desemeber 2024)," kata dia dalam Bahasa Inggris di video yang dimaksud.
Advertisement
Ia melanjutkan, "(Sampah) berserakan di mana-mana, mulai dari Four Seasons sampai dermaga Kedonganan." Ia juga memperlihatkan salah satu jenis sampah plastik yang ditemui di lokasi, yakni cangkir multilayer plastik dan cangkir plastik sekali pakai.
Advertisement
"Kami berharap bisa mengauditnya untuk lebih memahami dari mana asalnya (sampah plastik yang terbawa ke Pantai Kedonganan). Setiap tahunnya, ada rumor yang menyebutkan bahwa sampah-sampah plastik ini terbawa dari Jawa," imbuhnya.
Gary juga menggarisbawahi bahwa isu utamanya adalah karena tersapu ombak, sampah-sampah plastik tersebut bisa terbawa kembali ke laut. "Kita berperang melawan diri kita. Bila Anda di Bali, jika Anda berada di sini untuk liburan, bila Anda tinggal di sini, jika Anda mencintai Bali, ini adalah kesempatan kita untuk berbuat sesuatu sebelum akhir tahun," ajaknya.
Imbauan itu merujuk pada aksi bebersih pantai yang sudah acap kali diinisiasi Sungai Watch. Menurut Gary, kegiatan itu berlangsung Selasa pagi di Pantai Kedonganan, Jimbaran.
Langganan Sampah Kiriman
Merujuk unggahan Instagram Story-nya, Rabu, 25 Desember 2024, aksi bebersih pantai berlanjut sampai kemarin. "Kerja luar biasa hari ini. Aksi bebersih saat Natal berhasil mengumpulkan 2.914kg (sampah) dari Pantai Kedonganan," tulisnya.
Awal tahun ini, deretan foto memperlihatkan tumpukan sampah di pantai Bali beredar di media sosial. Selama Desember hingga Maret, hujan lebat dan angin memaksa sampah mengalir ke sungai melalui wilayah tersebut, kemudian menumpuk di garis pantai. "Sampah kiriman" akibat angin dan gelombang tinggi laut pun dilaporkan.
Kala itu, isu yang dimaksud diangkat salah satu pendiri Sungai Watch, Kelly Bencheghib. Di unggahan Instagram-nya, Kamis, 21 Maret 2024, ia berbagi rekaman tumpukan sampah di pesisir Pulau Dewata.
Kelly menulis keterangan dalam bahasa Prancis yang artinya, "Pantai Kendonganan di Jimbaran, Bali, setiap tahun dilanda gelombang besar plastik tepat di muka pasar ikannya yang terkenal. Nelayan benar-benar menjajakan dagangan mereka tepat di atas tumpukan sampah plastik 😰."
Advertisement
Aksi Bersih-Bersih Pantai
Kelly melanjutkan, "Kami berada di lapangan sepanjang minggu di pantai Jimbaran dan Uluwatu untuk menanggapi keadaan darurat ini. Jika Anda berada di Bali, hubungi kami! Kami membutuhkan semua bantuan yang bisa kami dapatkan (untuk membersihkan sampah di pantai Bali)."
Salah satu pengguna membalas unggahan itu dengan bertanya di mana dan kapan jadwal aksi bersih-bersih pantai tersebut. Kelly menjawab, mereka terjadwal melakukannya pada Jumat pagi, 22 Maret 2024, dari pukul 6 sampai 9 Wita di Pantai Kedonganan, Jimbaran. "Jadwal bersih-bersih pantai selengkapnya bisa dilihat di link @sungaiwatch di bio 🙏," imbuhnya.
Krisis sampah di Bali telah membuat pulau wisata itu didapuk sebagai destinasi yang tidak layak dikunjungi pada 2025. Publikasi panduan perjalanan, Fodor, merilis daftar anual Fodor's No List, dan menunjuk Bali sebagai salah satu destinasi paling tidak layak dikunjungi pada 2025.
Alasannya? Pulau Dewata dianggap belum menuntaskan masalah sampah yang menahun. Setiap tahun, Fodor's No List bertujuan menyoroti destinasi yang popularitasnya menurun drastis. Lokasi-lokasi ini populer karena alasan yang tepat—menakjubkan, menarik, dan penting secara budaya.
Namun, beberapa destinasi wisata yang sangat didambakan ini tergerogoti beban popularitasnya sendiri," kata Fodor, dikutip dari situs webnya, Rabu, 27 November 2024.
Krisis Sampah Plastik
Faktor kunci dalam tantangan ini, kata mereka, sering kali adalah kecenderungan pemerintah memprioritaskan pengalaman wisatawan daripada kesejahteraan penduduk setempat. "Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan tidak terhindarkan di destinasi-destinasi ini, membuat tempat-tempat ini jadi sangat mahal, homogen, bahkan hancur," sebut Fodor.
"Menjelajahi kota-kota yang penuh dengan wisatawan membuat frustrasi; bertamasya di kota-kota yang penduduk setempatnya tidak suka dengan kehadiran Anda membuat kesal; dan berkeliaran di alam yang dipenuhi sampah membuat depresi," tulis pihaknya.
Pembangunan yang cepat dan tidak terkendali akibat pariwisata yang berlebihan telah merambah habitat alami Bali, mengikis warisan lingkungan dan budayanya, serta menciptakan "kiamat plastik." Industri pariwisata dan lingkungan alam Bali terkunci dalam hubungan sirkular yang rapuh.
Meski gelombang wisatawan telah meningkatkan ekonomi, hal itu juga memberi tekanan luar biasa pada infrastruktur Bali. Pantai-pantai yang dulunya bersih kini terkubur di bawah tumpukan sampah, dengan sistem pengelolaan sampah lokal yang berjuang keras untuk mengatasinya.
Bali Partnership, sebuah koalisi akademisi dan LSM yang bekerja untuk mempelajari dan memecahkan masalah pengelolaan sampah, memperkirakan pulau ini menghasilkan 1,6 juta ton sampah setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sampah plastik mencapai hampir 303.000 ton.
Advertisement