Liputan6.com, Palembang - Bumi Sriwijaya membara. Tidak kurang 10 ribu hektare lahan terbakar di 7 kabupaten di Sumatera Selatan. Amukan api pun tak terhenti selama 3 bulan terakhir sehingga lebih dari 300 titik api menyebar dan menimbulkan kabut asap.
Konsentrasi titik api terbanyak di Kabupaten Ogan Komering Ilir, wilayah dengan lahan gambut terluas di Sumatera Selatan. Namun luasnya wilayah yang terbakar dan sulitnya akses menuju lokasi jadi penghalang. Apalagi sebagian besar lokasi titik api berada di tengah hutan dan lahan perkebunan.
Sudah tak terhitung upaya ini dilakukan, dan nyaris berulang setiap tahun. Bom air atau water bombing jadi pilihan untuk meredakan kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera.
Namun kabut asap tetap membekap. Sejak ditetapkan status darurat bencana asap, 4 helikopter bersiaga di posko Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan.
Dengan kapasitas angkut 400 liter air, setiap hari tidak kurang 80 ribu liter air ditumpahkan, guna memadamkan api yang memicu kabut asap.
Pegiat lingkungan hidup menganalisa temuan titik api hasil penginderaan satelit. Hasilnya sebaran zona terbakar dominan berada di areal lahan konsesi, baik hutan tanaman industri maupun perkebunan kelapa sawit.
Kabut asap memaksa warga akrab dengan buruknya kualitas udara. Di Sumatera Selatan, 30 ribu jiwa menderita gangguan infeksi saluran pernapasan atas atau Ispa.
Kegiatan pendidikan memang tidak sampai diliburkan. Namun aktivitas belajar mengajar harus disiasati, karena asap biasanya lebih pekat di pagi dan sore hari. Demikian pula sektor transportasi, baik darat, air, maupun udara yang terganggu pekatnya kabut asap.
Bait puisi jadi media masyarakat Palembang, Sumatera Selatan menumpahkan keresahan. Resah karena udara tidak lagi bersahabat buat mereka. Pesan juga dituangkan lewat aksi teatrikal. Mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian bumi sebagai sumber penopang kehidupan.
Pengumpulan tanda tangan jadi perlambang desakan, agar pemerintah segera bertindak. Sejatinya pemerintah tak berpangku tangan. Koordinasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan menjadi penting. Sebab titik api dapat bertambah sewaktu-waktu.
Dua kali dalam sehari, satelit memberi data sebaran titik api atau hotspot. Wilayah Sumatera, tak ubahnya lahan subur penghasil asap. Untuk tahun ini selain Sumatera Selatan, kabut asap juga mencemari udara di Riau dan Jambi. Bahkan kepulan asap juga menghantui wilayah tengah dan barat Kalimantan.
Sejauh mana dampak pembakaran lahan ilegal dan kabut asap, serta apa kerugian yang ditimbulkanya? saksikan selengkapnya dalam video yang ditayangkan Potret Menembus Batas SCTV, Minggu (2/11/2014), di bawah ini.
Menyibak Kabut Asap Tanah Gambut
Akrab dengan kabut asap, 30 ribu warga Sumatera Selatan menderita gangguan infeksi saluran pernapasan atas atau Ispa.
diperbarui 03 Nov 2014, 03:33 WIBDiterbitkan 03 Nov 2014, 03:33 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Tips Sate Kambing Empuk: Rahasia Membuat Sate Lezat dan Tidak Alot
Cara Cek dan Link Pengumuman Hasil Seleksi PPPK Tahap 1 di Laman SSCASN, Lengkap dengan Kriteria Kelulusan
Bursa Saham Asia Ceria pada Awal Pekan, Kesepakatan Merger Nissan-Honda jadi Fokus
Ciri-ciri Kontraksi: Tanda-tanda Melahirkan yang Wajib Diketahui Ibu Hamil
5 Tanda Bahwa Tubuh Anda Lebih Bugar, Walaupun Berat Badan Tidak Berubah
NasDem Kritik Sikap PDIP soal PPN 12%: Mengkhianati Kesepakatan
Biaya Naik Gunung Fuji Jepang Bakal Naik 2 Kali Lipat Mulai Musim Panas 2025
Posko Nataru Batam Fokus Kelancaran Distribusi Logistik
Wonderkid Yunani Jadi Sasaran Transfer Terbaru Manchester United
Cek Fakta: Link Pendaftaran Bantuan Pemerintah Program Pembuatan dan Perpanjangan SIM Gratis Ini Tidak Benar
Kimberly Ryder Ungkap Tanda Narsistik pada Mantan Suami, Edward Akbar Alami Gangguan Kepribadian
Ciri-ciri Cacingan pada Orang Dewasa: Kenali Gejala dan Penanganannya