KRI Banda Aceh Bersandar, Pencari AirAsia Ramai-ramai ke Salon

Saat bersandar, KRI Banda Aceh mengisi ulang bekal yang akan dibawa selama misi pencarian AirAsia.

oleh Rochmanuddin diperbarui 15 Jan 2015, 06:35 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2015, 06:35 WIB
KRI Banda Aceh saat evakuasi AirAsia
KRI Banda Aceh saat evakuasi AirAsia (Rochmanuddin)

Liputan6.com, Semarang - KRI Banda Aceh kembali bersandar ke Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang untuk kedua kalinya, setelah berlayar di Laut Jawa untuk misi pencarian pesawat AirAsia QZ8501.

Beberapa penyelam TNI AL yang menumpangi kapal komando pencarian AirAsia ini pun memanfaatkan untuk membeli perbekalan di kapal dalam beberapa hari ke depan. Beberapa di antara mereka juga ramai-ramai memotong rambut ke salon.

"Biar rapih aja, udah mulai panjang soalnya rambut saya," ujar Serma Marinir Boflen Sirait, penyelam dari pasukan Taifib yang menemukan ekor AirAsia ini saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (14/1/2015).

Boflen tak sendiri. Pria asal Medan ini pergi ke salon bersama Lettu (P) Ferry, Lettu (P) Huda dan salah satu penemu rekaman percakapan kokpit (cockpit voice recorder/CVR) Lettu (P) Aang ZM.

Apakah ini bagian tradisi para marinir jika kapal bersandar atau sebagai ucapan syukur atas penemuan AirAsia? "Nggak juga, biar bersih aja. Kita kan nggak boleh gondrong," kelakar Huda.

Bekul

KRI Banda Aceh selaku komando pencarian AirAsia ini harus bekul, istilah para marinir menyebut kapal untuk mengisi bekal ulang. Baik bekal ulang logistik, maupun bahan bakar atau BBM.

Bekal ulang logistik ini sangat penting, karena membawa ratusan anak buah kapal atau ABK dan pasukan khusus penyelam TNI AL yang diperbantukan khusus untuk misi pencarian AirAsia.

Apalagi bahan bakar untuk KRI Banda Aceh. Sebab, kapal buatan PT PAL 2012 pada pekan lalu tidak mengisi penuh lantaran terburu-buru menyambut kedatangan Panglima TNI Jenderal Moeldoko.

"Ke Semarang untuk bekul, bukan nge-dek (perbaikan kapal). Kalau nge-dek itu butuh waktu 2 mingguan, nanti kelamaan nyari pesawat," ujar Wakil Kapten KRI Banda Aceh Mayor Laut (P) Priyo Dwi Saputro.

Terkait berapa lama kapal komando SAR laut AirAsia ini bersandar, Priyo mengaku belum mengetahui. Namun diperkirakan Jumat pekan ini baru akan melanjutkan pencarian main body pesawat penerbangan Surabaya-Singapura ini.

"Belum pasti, masih nunggu komando dari atas dulu," ungkap Priyo.

Sementara Komandan KRI Banda Aceh Letkol Laut (P) Arief Budiman mengatakan, alasan kapal bersandar di Semarang ini karena lebih dekat ketimbang Jakarta. "Hanya beda jarak, ke Semarang lebih dekat," ujar dia.

Kadepsin KRI Banda Aceh 593 Mayor Laut Teknik Fahmi Arian sebelumnya mengatakan, secara umum, kapal yang memiliki panjang 125 meter ini memang didesain untuk kapal tempur yang mengangkut persenjataan, tanker, helikopter dan personel TNI AL.

Rata-rata per hari, kapal ini menghabiskan pasokan listrik 400 KW untuk 2 generator jika berlayar. Sedangkan jika kapal berhenti atau pasang jangkar hanya menghabiskan separuhnya atau 200 KW, karena hanya menghidupkan 1 generator.

"Kalau normal bahan bakar sehari maksimal rata-rata menghabiskan 34.000 liter solar," ujar Fahmi baru-baru ini.

Sementara konsumsi air bersih selama sepekan dalam misi pencarian AirAsia ini sebanyak 570 ribu liter atau rata-rata 30 ribu liter per hari. "Pasokan air baku dari darat dan laut, ada pengolahan dari air laut juga," ujar Fahmi.

Sementara untuk konsumsi makanan, selama sepekan pencarian AirAsia, KRI Banda Aceh menghabiskan beras 600 Kg dan 50 Kg ayam atau rata-rata 16 ekor sehari.

"Kalau sekarang ada 4 orang yang masak, untuk 3 kali makan. Semua yang kerja di dapur ada 8 orang, cuma 4 orang libur," ujar Koordinator Dapur Pelda Iskandar saat berbincang dengan Liputan6.com.

Sedangkan konsumsi air minum, para juru masak ini menyediakan 100 liter per hari.
"Biasanya kan prajurit sudah punya air minum sendiri di kamar, jadi kita paling menyediakan air minum untuk buat kopi, atau masak mie instan," pungkas Iskandar. (Rmn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya