Liputan6.com, Jakarta - Berbagai spekulasi muncul sepanjang perjalanan pencarian dan investigasi kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501. Mulai penyebab hingga apa yang terjadi di dalam pesawat saat jatuh.
Salah satu yang menghebohkan ketika ada pihak yang mengungkap teriakan 'Allahu Akbar' sesaat sebelum pesawat jatuh.
Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi meragukan informasi itu. Dia memang mengakui banyak informasi yang terus berkembang dan diolah media.
"Ada rekaman CVR yang bilang Allahu Akbar dan sebagainya. Kami menangani barang bukti sudah 100 lebih. Yang menyatakan itu bukan investigator KNKT," tegas Tatang Kurniadi di kantor KNKT, Jakarta, Kamis (29/1/2015).
Tatang menjelaskan, seluruh tim investigator bekerja di bawah undang-undang. Berbagai undang-undang baik yang diatur di Indonesia maupun yang diatur secara internasional seperti Annex 13 sangat dijunjung tinggi dalam setiap melakukan investigasi.
"Saya sampaikan tidak ada kebocoran dari investigator KNKT," ujar Tatang.
Purnawirawan perwira tinggi TNI AU itu memastikan, seluruh investigator yang bergabung dalam setiap penyelidikan KNKT sangat mengerti mana saja yang boleh dan tidak boleh disampaikan. Sehingga kebocoran semacam itu tidak mungkin terjadi.
"Kita punya UU penerbangan. Mana yang boleh dan tidak boleh diungkap. Ini juga berkaitan dengan nama Indonesia di mata dunia," tandas dia.
Pesawat AirAsia yang berangkat dari Bandara Internasional Juanda pada Minggu 28 Desember 2014, pukul 05.20 WIB, itu seharusnya tiba di Bandara Internasional Changi, Singapura, pukul 08.30 WIB. Namun hilang kontak pada pukul 06.17 WIB.
Pesawat AirAsia tersebut berisi 162 orang yang terdiri dari penumpang dan kru. Sebanyak 56 jenazah penumpang AirAsia telah terindentifikasi, sementara lainnya masih dalam identifikasi dan pencarian. (Mvi/Yus)