Badan Pariwisata Lombok: Seruan Boikot dari Australia Berlebihan

Seruan boikot dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap angka kunjungan wisatawan Australia ke Indonesia, khususnya ke Pulau Lombok.

oleh Hans Bahanan diperbarui 17 Feb 2015, 11:39 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2015, 11:39 WIB
Wisatawan asal Australia memberi makan monyet saat berkunjung ke kawasan objek wisata Alam Pusuk, Lombok Utara,NTB. Selama 2009 NTB menargetkan kunjungan sekitar 400.000 wisatawan.(Antara)

Liputan6.com, Mataram - Seruan Australia untuk memboikot pariwisata Indonesia menyusul akan dieksekusinya 2 terpidana mati asal Australia, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan dalam waktu dekat, dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap angka kunjungan wisatawan Australia ke Indonesia, khususnya ke Pulau Lombok.

Hal itu dikemukakan Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Nusa Tenggara Barat (NTB), Taufan Rahmadi. Menurut dia, apa yang dilakukan oleh 2 anggota Bali Nine itu murni masalah hukum, sedangkan antara hukum dan pariwisata adalah dua hal yang sangat berbeda.

"Dampaknya sih ada, tapi saya yakin tidak terlalu buruk. Sebab, apa yang dilakukan oleh kedua WN Australia tersebut adalah murni masalah hukum dan saya yakin semua warga negara Australia memahami itu," jelas Taufan, di Mataram, Lombok, Selasa (17/2/2014).

Menurut Taufan, pernyataan pemerintah Australia untuk memboikot kunjungan warganya merupakan sesuatu yang berlebihan dan harus dikaji terlebih dulu. Karena, lanjut Taufan, warga Australia banyak yang berpikiran intelek dan memahami bahwa narkotika adalah musuh bagi siapapun karena bisa merusak dan membahayakan generasi bangsa.

"Ini harus dilihat secara jernih, karena Indonesia dan Australia adalah negara hukum, jadi ketika ada tindakan kejahatan menyangkut hal (narkotika) tersebut, seharusnya dipercayakan kepada aparat hukum untuk menyelesaikannya," kata dia.

Taufan mengakui angka kunjungan wisatawan asal Australia ke Indonesia sangat tinggi. Namun, lanjut dia, apa yang dilakukan para penegak hukum bukan untuk menghancurkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia, tapi justru menyelamatkan bangsa dan dunia pariwisata yang rentan disusupi atau dirusak oleh para pengedar narkoba.

"Kita akui, kunjungan WN Australia ke Indonesia ini sangat tinggi, dan tindakan tegas yang dilakukan penegak hukum kita, justru menyelamatkan dunia pariwisata agar tidak kehilangan jati dirinya sekaligus menyelamatkan masa depan bangsa dari bahaya narkoba," tutup Taufan. (Sun/Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya