Liputan6.com, Jakarta - Sebagai pucuk tertinggi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Keadilan Sejahtera, pergantian Presiden PKS dinilai terkesan mendadak dan tidak banyak diketahui prosesnnya. Alasan tersebut dijelaskan langsung oleh Presiden PKS yang baru periode 2015-2020, Sohibul Iman.
"Terkesan mendadak? Seharusnya pergantian kepemimpinan April (2015) lalu pas ultah PKS. Kenapa dilakukan Agustus, karena kita punya hajat persiapan pilkada. Kalau tidak dilakukan sekarang, ya kami akan semakin telat," ucap Sohibul di Kantor DPP PKS di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (11/8/2015).
PKS sebelumnya menggelar Musyawarah Majelis Syuro di Bandung, Jawa Barat, Senin 10 Agustus. Dari Musyawarah Majelis Syuro itulah Sohibul Iman terpilih sebagai Presiden PKS.
Advertisement
Beberapa bulan lalu, PKS juga menyelenggarakan pemilihan umum raya yang menetapkan Salim Segaf al Jufri sebagai ketua Majelis Syuro PKS. Dan Hidayat Nur Wahid sebagai wakilnya.
"Dari 67 (anggota Majelis Syuro) yang hadir, 29 terpenuhi persyaratannya. Dari situ anggota Majelis Syuro pilih tiga nama besar. Muncul nama Salim, Hidayat, dan Hilmi. Dari mereka bertiga sepakat musyawarah mufakat yang berkesimpulan agar Salim jadi Ketua Majelis Syuro," jelas Sohibul.
Sohibul menerangkan pula musyawarah nasional atau munas akan menjadi fokus pertama dalam program prioritasnya. Selain itu, ia juga menjelaskan akan merumuskan program kerja untuk 5 tahun ke depan.
Terkait posisinya sebagai anggota DPR sekaligus menjabat sebagai wakil ketua Komisi X, Sohibul menyatakan dirinya akan menunggu hasil rapat Majelis Syuro.
"Apa pun keputusannya (mundur atau tidak) akan saya ikuti, sesuai rapat Majelis Syuro," pungkas Sohibul Iman. (Ans/Yus)