Menteri Marwan Ingin 'Saemaul Undong' Bisa Diterapkan RI

Menteri Marwan Jafar mengatakan, desa-desa di Indonesia memiliki potensi alam yang sangat besar namun belum terkelola secara maksimal.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 25 Agu 2015, 16:24 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2015, 16:24 WIB
Menteri Marwan Ingin 'Saemaul Undong' Bisa Diterapkan RI
Menteri Marwan Jafar dan Wakil Menteri Administasi Pemerintahan dan Dalam Negeri Republik Korea, Chung Chae Gun. (Liputan6.com/Andreas Gerry Tuwo)

Liputan6.com, Jakarta - Berbagai upaya terus dilakukan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) untuk mempercepat proses Desa Membangun. Salah satunya mengajak Korea Selatan (Korsel), untuk melakukan transfer ilmu dan teknologi ke desa-desa.

Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar](2299944 "")  mengatakan, desa-desa di Indonesia memiliki potensi alam yang sangat besar namun belum terkelola secara maksimal. Karena itu, kerjasama dengan Korsel diarahkan untuk mempercepat proses pemanfaatan sumber daya alam desa dengan mengangkat skill masyarakat desa.

"Kita arahkan agar ada transfer ilmu dari Korea kepada masyarakat desa, sehingga nantinya masyarakat bisa mandiri mengelola potensi desa yang ada," jelas Marwan.

Memorandum of Understanding (MoU) antara Kemendes PDTT dengan Korea secara khusus dijalin melalui Kementerian Administrasi Pemerintahan dan Dalam Negeri Republik Korea. Acara penandatanganan MoU itu dihadiri oleh Wakil Menteri Administasi Pemerintahan dan Dalam Negeri Republik Korea, Chung Chae Gun.

Dalam kerjasama dengan Korsel itu, ada tercantum lima poin meliputi program peningkatan kapasitas sumber daya manusia; Kerjasama pembangunan kawasan perdesaan dengan menggunakan Model Pemberdayaan Masyarakat seperti Saemaul Undong (Gerakan Desa Baru).

Kemudian program peningkatan infrastruktur, ekonomi, sosial dan budaya; Penelitian dan pembelajaran bersama mengenai pembangunan perdesaan; dan saling kepentingan mengenai pembangunan desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi yang dapat diputuskan bersama secara tertulis.

"Kerjasama ini akan memperkuat hubungan bilateral Indonesia dengan Korea, khususnya dalam memperkuat pembangunan desa, daerah tertinggal, dan transmigrasi. Kemitraan ini tentunya akan mendorong inisiasi-inisiasi positif bagi kemajuan dua Negara," tegas Marwan.

Hubungan bilateral Indonesia dan Korea memang terus berkembang, terutama sejak ditandatanganinya Joint Declaraton of Strategic Partnership to Promote Friendship and Corporation in the 21st Century oleh kedua kepala negara di Jakarta, pada 4 Desember 2006. Penandatanganan itu dilakukan ketika Presiden Republik Korea, Roh Moo Hyun berkunjung ke Indonesia dan memuat 32 item kerjasama dalam bidang politik, pertahanan, ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta hukum.

Selain Korea, Indonesia juga menjalin kemitraan strategis dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Jepang, India, Amerika Serikat, Rusia, dan Australia. Namun dari semua kemitraan itu, Korea yang paling aktif dalam menindaklanjuti kemitraan strategis.

Dalam perkembangannya, intensitas people-to-people contact antara Indonesia dan Korea semakin tinggi. Tercatat sekitar 30.709 warga Indonesia bekerja atau belajar di Korea, sedangkan Kedutaan Besar Republik Korea mencatat lebih dari 40 ribu warga Korea yang tinggal dan bekerja di Indonesia.

Pertukaran Misi

People-to-people contact juga diperkuat dengan pertukaran misi budaya, pemuda dan pelajar atau mahasiswa serta wisatawan antar kedua Negara.

"Seiring meningkatnya hubungan ini, proses transfer ilmu serta aplikasi tekhnologi dari Korea ke Indonesia tentunya akan semakin mudah dilakukan. Saya akan memantau terus agar kerjasama ini bisa memberi manfaat besar bagi kemajuan desa serta meningkatkan taraf hidup masyarakat desa," tegas Marwan.

Chung Chae Gun menjelaskan, gerakan Saemaul Undong mulai lahir sejak tahun 1970-an. Hingga saat ini, gerakan ini terbukti mendongkrak pembangunan desa.

"Beberapa bulan lalu, media Korea melakukan survei apa yang bisa dongkrak pembangunan Korea, ternyata jawabannya 70 persen menyebut Saemaul Undong," ujarnya.

Menurut Chung Chae Gun, gerakan itu bukan hanya dorongan untuk pembangunan desa, melainkan semacam gerakan revolusi mental. "Jadi membangun mental masyarakat desa untuk maju," ucap Chung Chae Gun.

Sekretaris Jenderal Kemendes PDTT, Anwar Sanusi menyambut baik terjalin kerjasama ini. Sebab, hal tersebut tidak cuma ada di satu bidang tapi 5 sektor sekaligus.

"(Kita menjalin kerja sama) di peningkatan kapasitas SDM, pembangunan masyarakat pedesaan menggunakan model pemberdayaan masyarakat seperti gerakan desa baru Korsel Saemul Undong," kata Anwar.

"(Lalu kerja sama di) program peningkatan infrastruktur, ekonomi, sosial budaya selanjutnya penelitian dan pembelajaran bersama mengenai pembangunan desa dan (kerjasama) area lain dari saling kepentingan mengenai pembangunan desa, daerah tertinggal dan transmigrasi yang diputuskan secara tertulis," pungkas Anwar. (Tnt/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya