Liputan6.com, Jakarta Keadaan di Semenanjung Korea tengah memanas. Mulai dari perang urat syaraf hingga baku tembak rudal terjadi di wilayah itu.
Sebagai negara yang bersahabat baik dengan Korea Selatan dan Korea Utara, Indonesia memastikan akan selalu siap untuk menjadi penengah konflik ini.
Baca Juga
"Posisi (sebagai negara penengah konflik) itu adalah posisi yang selalu terbuka untuk memberikan dan memfasilitasi apabila diminta mereka," ujar Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi di Gedung Pancasila, Kemlu, Jakarta, Senin (24/8/2015).
Advertisement
Sementara itu, ketika disinggung sikap yang akan diambil Indonesia terkait pertikaian 2 negara satu rumpun itu, Retno memastikan RI menyerukan agar kedua negara tetap tenang agar keadaan tidak semakin keruh.
"Indonesia telah jelas posisinya, meminta ke semua pihak untuk menahan diri dan menciptakan situasi yang kondusif bagi terciptanya kondisi baik bagi kedua pihak," kata Retno.
Memanasnya kondisi di Korea Utara dan Korea Selatan ini sudah berlangsung sejak awal Agustus lalu. Kondisi mencekam dipicu oleh terlukanya 2 tentara Korsel pada 4 Agustus karena menginjak ranjau darat di zona demiliterisasi. Keduanya harus kehilangan kaki mereka.
Korut dituduh sebagai dalang penanam ranjau darat oleh pihak Korsel. Jelas, Korea Utara berang dengan tuduhan ini dan meminta Korea Selatan membuktikannya.
Keduanya segera memulai perang urat syaraf dengan mengumandangkan nasionalisme masing-masing negara lewat pengeras suara yang besar di perbatasan. Ketegangan memuncak saat permintaan Korut untuk menghentikan latihan militer AS dan Korsel tidak diindahkan.
Pada 20 Agustus, Democratic People of Republic Korea--nama resmi Korea Utara-- melontarkan rudal ke arah Korea Selatan sebagai tanda 'persiapan perang'.  Kondisi ini menyebabkan militer di Negeri Gingseng itu membalas serangan. Alhasil, ratusan orang dari 2 desa di wilayah Yeoncheon, Korsel harus diusingkan ke wilayah aman. (Rie/Ado)