Jokowi: Peningkatan Produksi Beras Harus Untungkan Semua Pihak

Masyarakat juga harus diuntungkan dengan harga yang dapat dijangkau dan mendapatkan kualitas beras yang baik.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 28 Sep 2015, 15:33 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2015, 15:33 WIB
Jokowi Hadiri Panen Raya di Indramayu
Presiden Joko Widodo memberikan pidato saat menghadiri panen raya di Desa Kedokan Gabus, Kecamatan Gabus Wetan, Kabupaten Indramayu, Rabu (18/3/2015). (Rumgrapres/Agus Suparto)

Liputan6.com, Jakarta Presiden ‎Joko Widodo atau Jokowi menggelar jamuan makan siang bersama pemilik penggilingan padi, pengusaha, dan pedagang beras di Istana Negara hari ini.

Dalam acara tersebut, Jokowi mengingatkan pentingnya kemandirian pangan. Sebagai negara agraria, Indonesia mempunyai ketersediaan pangan cukup besar dan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa harus impor.

"Ini adalah sesuatu yang sudah kita dambakan lama, dan ini perlu didukung oleh semuanya. Baik petani, setelah itu di penggilingan. Setelah itu di pedagang, dan kalau Jakarta di Pasar Cipinang," ujar Jokowi, Senin, (28/9/2015).

Jokowi menjelaskan, dalam kunjungannya bertemu dengan para petani di Karawang, dirinya meminta  para petani terus meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian yang ditanam.

"Kalau kemarin di Karawang saya melihat 1 hektare bisa dihitung sampling 13,4 ton, tapi dalam fakta mungkin hanya 10,7 ton per hektare. Ini kan besar sekali, kalau bisa nanti dilarikan ke semua persawahan di Indonesia, peningkatan intensifikasi yang sangat besar sekali. Dan juga oleh Pak Mentan juga dibuka sawah-sawah yang baru," ucap Jokowi.

‎Presiden juga menyampaikan, peningkatan produksi beras harus membuat untung semua pihak. Petani, penggiling, penjual harus mendapatkan keuntungan dari melimpahnya hasil pertanian.

Namun, dia meminta agar masyarakat juga harus diuntungkan dengan harga yang dapat dijangkau dan mendapatkan kualitas beras yang baik.

"Tidak ada satu pihak yang diuntungkan, dan tidak ada satu pihak yang dirugikan," kata Jokowi.

Presiden juga menyampaikan dirinya selalu memantau perkembangan harga pasar, baik laporan dari para menteri, Bulog, maupun memantau langsung harga-harga di pasar.  

"Jika perlu saya sampaikan pada siang hari ini, saya melihat di pasar. Saya ini harian, selain dari Kepala Bulog, dari menteri, harian itu selalu saya lihat beras naik atau tidak naik, turun atau naik, atau tetap, karena saya harus melakukan sesuatu," ucap dia.

Sejauh ini, berdasarkan hasil pantauannya, ketersediaan stok beras cukup dan harga relatif stabil. Namun menurutnya, pemerintah sudah menyiapkan langkah antisipasi bila tiba-tiba harga sulit untuk dikendalikan.

"Kalau hitung-hitungan kalkulasi naik dan saya lihat sulit untuk dikendalikan, maka solusinya operasi pasar. Kalau operasi pasar belum menurunkan ya akan cari jalan yang lain," ucap Jokowi.

Dia mengingatkan bahwa cadangan beras negara saat ini terlalu sedikit dibanding negara lain. Tiongkok misalnya, cadangan berasnya sebesar 40 juta ton.

"Filipina memiliki cadangan besar sebesar 2,5 juta ton padahal penduduknya 90 juta. Artinya Bulog paling tidak stoknya di atas 10 juta ton," pungkas Jokowi. (Ron/Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya