Nasir PKS: Komisioner KPK Jangan Banyak Ngomong di Depan Media

Komisoner KPK harus sering bicara di depan forum internasional, lembaga negara, dan semua lapisan masyrakat untuk membudayakan antikorupsi.

oleh Gerardus Septian Kalis diperbarui 19 Des 2015, 18:36 WIB
Diterbitkan 19 Des 2015, 18:36 WIB
Pro-Kontra Wacana Remisi bagi Terpidana Kasus Koruptor
Anggota Komisi III DPR RI Nasir Djamil saat menjadi pembicara dalam diskusi 'Remisi dalam Perspektif Penegakan Hukum, HAM, dan Pemberantasan Korupsi' di Jakarta, Minggu (29/3/2015). (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi III DPR Nasir Djamil meminta 5 komisioner KPK yang sudah terpilih, agar tidak terlalu banyak bicara di depan media. Karena dikhawatirkan pimpinan KPK akan hanyut dalam popularitas.

"Kalau sering-sering bicara di depan media, saya khawatir media akan menyihir mereka menjadi sosok yang suka popularitas. Karena ketika lembaga minim akuntabilitas ujungnya dia cari popularitas juga dia cari materi," ujar Nasir di Jakarta, Sabtu (19/12/2015).   

Bahkan Nasir juga mengaku khawatir, jika pimpinan lembaga penegak hukum sudah cari popularitas, apalagi cari materi. Oleh karena itu, dia berharap 5 pimpinan KPK ke depan ini bisa membangun akuntabilitas secara hukum dan moral.

"Harapanya KPK tidak menjadi lorong-lorong gelap yang menyebabkan para pencari keadilan merasa takut,” jelas Nasir.

 


 
Senada dengan hal itu, Anggota Komisi III DPR Dwi Ria Latifa menegaskan, bahwa pimpinan KPK yang terpilih harus bekerja secara kolektif kolegial dan tidak menganggap KPK sebagai miliknya sendiri.

"Selain itu, KPK juga harus mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan sinergi antara kepolisian, kejaksaan dan lembaga hukum lainnya," ujar Dwi.

Dia berharap, pimpinan KPK yang terpilih saat ini harus mampu menjadikan budaya korupsi sebagai sesuatu yang sangat memalukan, konsep ini harus diambil KPK sebagai sebuah langkah jangka panjang.

"Budaya itu tidak bisa dibuat setahun atau dua tahun, pikirkanlah jangka panjang. Jadi harus dibuat program secara sistemik bahwa korupsi sangat mengerikan,” tegas Dwi.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya