Jokowi: I'll Be Back, Saya Kembali ke Amerika

Presiden Jokowi menyampaikan pidato pada acara US-ASEAN Business Council (US-ABC).

oleh Luqman Rimadi diperbarui 18 Feb 2016, 08:39 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2016, 08:39 WIB
Jokowi
Presiden Joko Widodo disambut langsung oleh Presiden US Barack Obama saat KTT US-ASEAN di California (Foto: Setpres)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Jokowi menyampaikan pidato pada acara US-ASEAN Business Council (US-ABC) yang dilaksanakan di Ballroom Hotel St Regis, San Fransisco, California, AS pada Rabu 17 Februari 2016.

Ini merupakan bagian akhir dari rangkaian acara di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Amerika Serikat (US-ASEAN Summit).

Pada awal pidatonya, Jokowi sempat sedikit berkelakar terkait penundaan kunjungannya ke San Francisco yang seharusnya dilaksanakan pada Oktober 2015.

"Walau tergesa-gesa kembali, saat itu saya sampaikan, sebagaimana dikatakan mantan Gubernur California (Arnolzd Schwarzenegger) yang terkenal 'I'll be back'. Dan sampailah saya di sini," ucap Jokowi disambut tawa dan senyum para hadirin.

Pada momen ini, dia membanggakan Indonesia yang kondisi perekonomiannya dinilai stabil.

"Pasar modal Indonesia hanya sedikit mengalami penurunan. Bahkan PDB kuartal IV  2015 Indonesia bisa mencapai 5.03%, melampaui prediksi lembaga-lembaga keuangan," ucap Jokowi.

Hal tersebut, menurut dia, menjadi bukti bahwa pemerintah bekerja sungguh-sungguh dalam memperbaiki perekonomian di Indonesia.

"Apa yang telah dilakukan Indonesia, seperti konsolidasi politik, reshuffle kabinet dengan memasukkan lebih banyak teknokrat dan profesional serta membangun infrastruktur. Secara keseluruhan saya masih optimis, Indonesia telah mencapai tataran stabilisasi ekonomi," tutur Jokowi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bangganya Jokowi

Jokowi menyatakan, pencapaian yang dilakukan pemerintah dirasa belum cukup. Masih banyak yang harus dilakukan sebagai langkah pembenahan di Indonesia. Di antaranya adalah penyederhanaan serta pembenahan perizinan, peraturan yang tumpang tindih, termasuk deregulasi Daftar Negatif Investasi.

"Kami terus melakukan perbaikan, kami terus lakukan reform, yang kami lakukan di Indonesia adalah supply-side reformasi," kata dia.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyebut, kebijakan yang diambil pemerintah RI seperti yang pernah dilakukan Ronald Reagan saat menjabat sebagai Gubernur Negara Bagian California yang bersama-sama dengan Perdana Menteri Inggris waktu itu, Margareth Thatcher memberlakukan deregulasi ekonomi Inggris dan AS.

"Saat ini, kita harus memberlakukan kebijakan yang sama di emerging markets, yakni membebaskan bisnis dan industri dari Undang-undang dan peraturan yang berlebihan," ujar dia.

Ayah 3 anak itu menjelaskan, dari awal tahun ini, perekonomian global mengalami perlambatan. Banyak negara dengan pasar berkembang mengalami penurunan. Dalam situasi tersebut, banyak yang mengkhawatirkan ini akan berdampak pada ekonomi negara maju.

Presiden Jokowi berkunjung ke kantor pusat Facebook (foto: Setpres/ Biro Pers)

Pada kondisi ini, Jokowi menilai, Bank Sentral Dunia memang harus menyediakan likuiditas yang diperlukan oleh dunia. "Namun, pemerintah dan perusahaan di seluruh dunia tidak boleh menunda tindakan-tindakan nyata dan aksi mendasar," ucap dia.

Reformasi struktural, investasi jangka panjang yang tidak berfokus pada langkah-langkah jangka pendek yang populis merupakan tindakan yang seharusnya diambil. Dan ini membutuhkan waktu.

"Saya yakin tidak ada jalan pintas. Zamannya sudah berbeda jika dibandingkan dengan era Bapak Reagan dan Ibu Thatcher. Di era  mereka ancamannya adalah deflasi. Pada era mereka kesalahan yang terjadi ialah pemungutan pajak yang berlebihan. Kini kesalahannya ialah kurangnya pemungutan pajak, khususnya pada emerging markets," papar dia.

US-ABC merupakan forum yang bertujuan untuk mendorong peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan antara AS dengan negara-negara anggota ASEAN. US-ABC dibentuk atas inisiatif dari pemerintah negara-negara ASEAN dalam forum dialog ASEAN-AS tahun 1984.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya