Curhat AKBP Untung Sangaji, Penakluk Teroris Bom Thamrin

Untung dikabarkan akan mengundurkan diri setelah tidak mendapat penghargaan usai tampil heroik saat bom Thamrin.

oleh Audrey Santoso diperbarui 10 Apr 2016, 18:42 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2016, 18:42 WIB
20160116-AKBP Untung Sangaji Buka Bukaan Proses Pelumpuhan Pelaku Teror Jakarta
AKBP Untung Sangaji (kanan) saat memaparkan kronologis pelumpuhan dua pelaku teror yang terjadi di Sarinah (14/1) lalu, Jakarta, Sabtu (16/1/2016). Untung melumpuhkan dua pelaku bom di depan Starbucks Coffee, Sarinah. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Santer terdengar Pendidik Polisi Air (Polair) AKBP Untung Sangaji akan menanggalkan jabatan di kepolisian pascadirinya tak mendapat kenaikan pangkat usai tampil heroik saat 'Bom Thamrin' 14 Januari 2016. Dia pun disebut hendak terjun ke dunia politik dengan mencalonkan diri sebagai Bupati Seram, Maluku.

Lantas apa kata Perwira Menengah di kepolisian itu? Untung menegaskan tak ada kekecewaan sedikit pun dalam dirinya hingga ingin meninggalkan Korps Bhayangkara. Selama bertugas sebagai polisi, ia berprinsip akan menjalankan amanah pimpinan dengan sebaik mungkin. 

"Saya bekerja sebaik mungkin untuk negeri kita, saya diperintah apa pun tidak pernah tolak. Saya beberapa tahun ini hanya jadi perwira menengah saja (tidak punya jabatan), tapi saya nggak pernah meggerutu, biasa aja," ujar Untung ketika berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Sabtu 9 April 2016.

Dia menjelaskan, perkara kenaikan pangkat, justru teman-temannya yang meributkan. Namun ia selalu memberi jawaban kepada teman-temannya bahwa masalah itu dan rezeki telah ada yang mengatur. 

"Saya bekerja seperti biasa, sebagai gadik (tenaga pendidik) dan instruktur Polair. Cuma pertanyaan yang biasa saya dengar (pertanyaan seputar kenaikan pangkat) dari teman-teman, 'Enggak naik-naik pangkatnya gimana?'. Ya mau gimana, belum rezeki," jelas Untung.

Tak Kecewa Pimpinan

Untung menerangkan isu tentang pencalonan dirinya maju sebagai Bupati Seram. Ia mengaku itu lantaran warga kampung halamannya menokohkan dirinya sejak 2009 silam. Warga memampangkan wajah Untung di spanduk besar bertuliskan 'Selamat Idul Fitri', 'Selamat Natal dan Tahun Baru' tanpa sepengetahuannya.

"Jadi gini, masalah pencalonan bupati, itu bukan karena saya kecewa dengan pimpinan. Sudah bertahun-tahun lalu foto saya menempel di spanduk-spanduk di kampung saya (Seram, Maluku) 'Selamat Idul Fitri', 'Selamat Natal dan Tahun Baru'. Dari saya dinas di Aceh, mereka (warga kampung) sudah tempel-tempel foto saya di spanduk dari 2009," kata Untung.

Sikap masyarakat tersebut dilatarbelakangi rasa bangga karena Untung dianggap putera terbaik dari daerah Seram. Kondisi itu jarang dirasakan warga dari pulau tersebut.

"Karena di kampung saya jarang ada yang sampai berpangkat perwira menengah dan jarang juga ada yang mau memajukan kampungnya," beber dia.

Untung mengaku terpojok dengan isu terkait rencana melepas kariernya demi mengejar jabatan strategis di pemerintahan tersebut. Dia menegaskan, rencana itu sebenarnya pernah diutarakan kepada komandan satuannya, jauh sebelum tragedi Bom Thamrin terjadi.

"Sebelum Bom Sarinah, saya sudah bilang ke komandan saya (mau pulang kampung). Bukan karena Bom Thamrin lalu saya jadi kesal, yang lain naik pangkat saya enggak. Itu pemberitaan ditambah-kurangi tanpa memikirkan hubungan saya dengan pimpinan," pungkas Untung.

"Mana boleh anak marah sama Bapak? Kualat. Durhaka. Enggak pantes. Enggak mungkin saya begitu," imbuh Untung.

Diminta Jadi Bupati

Lulusan Akpol tahun 1995 itu menuturkan detik-detik dirinya diminta menjadi Bupati Seram. Permintaan itu datang dari rekannya yang duduk di kursi parlemen daerah dan nasional.

Untung mengatakan, saat itu beberapa politisi bersilaturahmi dan meminta gagasannya terkait kemajuan Pulau Seram. Mereka pun menyukai ide-ide yang dilontarkan Untung.

"Jadi saya didatangi teman-teman, ada yang di DPRD dan di lembaga yang lebih tinggi di parpol. Mereka silaturahmi. Saya tukar pikiran tentang daerah-daerah dan menjelaskan gagasan terbaik saya. Mereka lalu pendekatan, cerita, minta pendapat sama saya. Seiring dengan itu kan enggak lama ada pilkada," ujar Untung.

"Saya sebenarnya enggak pandai berpoltik, saya bilang ke kawan saya 'masalah politik saya angkat tangan'. Saya mau bangun kampung saya saja. Lagi pula ibu saya sudah tinggal sendiri. Saya saja lebaran sudah lama nggak sungkem karena harus siaga terus," sambung dia.

Untung menyampaikan impiannya tentang kampung halamannya. Ia yakin Pulau Seram dapat menjadi destinasi wisata alam pantai yang berpotensi menyejahterakan kehidupan masyarakatnya. "Lalu Pulau Seram, dijadikan sentra daging di Pulau Seram untuk di Indonesia Timur," kata dia.

Ia juga menegaskan, niatnya pulang dan membangun kampung halamannya bukan karena mengejar posisi Seram 1. Yang terpenting, ia dapat memberikan kontribusi bagi warga kampungnya dengan jabatan apapun.

Menanggapi rencana Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti yang hendak menaikkan jabatannya sebagai Kapolres, Untung berujar ia ingin menjadi Kapolres Seram.

"Enggak bupati juga enggak apa-apa. Apa saja yang penting di kampung saya. Saya merasa terpanggil dari 4 tahun lalu. Tapi apa saya langsung menyeberang ke politik? Kalau kapolres di kampung (Seram) enggak apa-apa lah. Saya rindu kampung halaman. Belum tentu setahun sekali saya pulang dan sungkem di telapak tangan ibu saya," ungkap Untung.

Untung berencana menyurati pimpinan tentang rencananya pada Senin atau Selasa pekan depan. Saat ini, ia hanya menunggu keputusan pimpinan merestui cita-citanya atau tetap mempertahankan Untung di Korps Bhayangkara.

"Niat sudah ada tinggal menunggu izin. Sampai saat ini saya belum bersurat ke pimpinan, mungkin besok Senin atau Selasa. Kalau ada izin atau rekomendasi ke arah sana, kenapa tidak? Saya tetap minta izin pimpinan. Keputusan di pimpinan," jelas Untung.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya