Liputan6.com, Jakarta - Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Dewi Setiasari, belum menemukan vaksin palsu di wilayahnya. Ia yakin, dengan sistem pengawasan secara berkala yang diterapkannya, menjamin kualitas vaksin yang ada.
"Sudinkes dan Puskesmas secara rutin melakukan monitoring atau supervisi suportif ke rumah sakit dan faskes (Fasilitas Kesehatan) untuk kegiatan program imunisasi dari penyimpanan, distribusi dan pemberian imunisasinya," ujar Dewi pada Liputan6.com, di Jakarta Barat, Senin (26/6/2016).
Ada empat vaksin prioritas yang diawasi dinkes yaitu imunisasi Hepatitis B untuk bayi 0-7 hari, imunisasi campak, BCG dan Polio Oral, dan Pentabio yang berisi DPT, Hib dan Hepatitis.
Menurut Dewi, dengan alur distribusi yang teratur dan sumber vaksin yang jelas memberikan kepastian keamanan vaksin.
"Kita memperoleh vaksin dari Dinkes dan didistribusikan ke puskesmas kecamatan. Puskesmas kecamatan mendistribusikan ke puskesmas kelurahan, begitu juga dengan rumah sakit, BPM (Balai pengobatan masyarakat) dan faskes (fasilitas kesehatan) swasta," terang Dewi.
Meski begitu, tak semua vaksin mampu diawasi dengan ketat. Sebab, pemberian vaksin di Jakarta Barat tak hanya di rumah sakit, puskesmas, posyandu. Tapi juga ada di tempat-tempat praktik mandiri.
Advertisement
Meski begitu, Dewi yakin vaksin yang beredar di Jakarta Barat berstatus aman. Menurut dia, mekanisme yang ia terapkan membuat semua fasilitas kesehatan dapat terkontrol.
"Kualitas vaksin juga tetap terjaga dan masuk dalam sasaran mutu kami, selain itu juga diaudit oleh auditor independen," ucap Dewi.
Polisi mengungkap sindikat pemalsuan vaksin untuk balita, Penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri menangkap sembilan orang pelaku. Kasus ini masih dikembangkan, kuat dugaan vaksin-vaksin palsu ini sudah menyebar ke berbagai provinsi di Indonesia.