Kejujuran Tito Bakal Teruji Lewat Pemberantasan Terorisme

Busyro menilai, penanganan terorisme saat ini kurang transparan.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 15 Jul 2016, 18:15 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2016, 18:15 WIB
20160714-Badrodin Haiti Serahkan Tongkat Komando Kapolri ke Tito Karnavian-Jakarta
Jenderal Tito Karnavian menyampaikan pidato didampingi Jenderal Badrodin Haiti pada upacara sertijab Kapolri di Stadion PTIK, Jakarta, Kamis (14/7). Badrodin Haiti resmi menyerahkan tongkat komando Kapolri kepada Tito Karnavian (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Jenderal Tito Karnavian akhirnya resmi mengemban tugas sebagai kapolri. Begitu menerima tongkat komando dari Jenderal Badrodin Haiti, kejujuran dan ketulusan Tito menakhodai Korps Bhayangkara itu langsung diuji.

Mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqaddas menilai, Tito memiliki modal akademik lebih dari cukup untuk memimpin Polri.

Menurut Busyro, sosok berprestasi, sederhana, dan usia yang relatif muda untuk menduduki kursi pucuk pimpinan kepolisian, juga tak bisa dipandang sebelah mata.

"Mudah-mudahan itu bisa dimanfaatkan dengan modal kejujuran yang tulus betul-betul, dan akan kita uji jujur atau tidaknya. Dalam banyak hal yang harus jujur," kata Busyro di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (15/7/2016).

Busyro menilai, kejujuran Tito akan dibuktikan melalui perbaikan di berbagai bidang, seperti pemberantasan terorisme melalui Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Penanganan terorisme, kata Busyro, saat ini kurang transparan. Sebut saja berlarutnya penanganan kelompok radikalisme di Poso, dan kasus penangkapan terduga teroris Siyono di Solo yang kontroversi.

"Kasus Siyono coba dulukan ada statement bahwa Siyono itu diambil mau dibawa ke tempat persembunyian senjata. Apakah teman-teman mendengar statement dari Mabes Polri sampai hari ini rumah atau tempat penyembunyian senjata yang digunakan oleh Siyono itu? Pernah ditunjukkan oleh Mabes Polri, Densus atau BNPT? Enggak," kritik dia.

"Ini kebohongan-kebohongan. Penegakan hukum kalau terindikasi kebohongan itu akan merusak aparat penegak hukum itu sendiri," tegas Busyro.

Busyro yang kini tergabung dalam Tim Evaluasi Penanggulangan Terorisme bentukan Komnas HAM, juga mempertanyakan cara Polri menangkap terduga teroris yang terbilang cukup brutal. Padahal, tak semua penangkapan ada perlawanan.

"Untuk jangka panjang, cara kerja Densus yang brutal dan terkesan bohong begitu, itu akan merontokkan wibawa Polri dan kita enggak rela. Kami enggak rela kalau Polri sebagai institusi tercemari oleh cara-cara seperti itu," pungkas Busyro.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya