Ryamizard: Abu Sayyaf Sibuk Halau Serangan, Tawanan Bisa Kabur

Kata Ryamizard, serangan militer Filipina membuat Abu Sayyaf harus membagi konsentrasi antara mempertahankan diri dan menjaga tawanan.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 23 Agu 2016, 10:36 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2016, 10:36 WIB
Abu Sayyaf
Abu Sayyaf adalah kelompok separatis yang berbasis di Filipina.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berterima kasih kepada pemerintah Filipina yang terus menyerang kelompok Abu Sayyaf. Hal ini berdampak positif bagi WNI yang disandera.

Paling tidak, kata dia, serangan militer Filipina membuat Abu Sayyaf harus membagi konsentrasi antara mempertahankan diri dan menjaga tawanan. Tekanan yang semakin kuat memaksa mereka lebih fokus mempertahankan diri.

"Itulah ditekan terus dengan banyaknya sandera, mereka juga waspada terhadap serangan Filipina, tapi dia tidak waspada terhadap tawanan. Beliau melihat kesempatan lari. Nah itu akibat dari tekanan pasukan Filipina," jelas Ryamizard di Silang Monas, Jakarta, Selasa (23/8/2016).

Ryamizard mengatakan kesepakatan patroli bersama 3 negara sudah berjalan. Setiap negara sudah menjalankan peran di wilayah. Sehingga kasus penyanderaan tak lagi terjadi.

"Tekanan dari Filipina ini trilateral juga. Untuk pengamanan laut sudah dilakukan. Kemudian di pantai Kalimantan banyak rumah menjorok, gubuk-gubuk itu rupanya tempat mereka sekarang. Nah Menhan Malaysia memerintahkan itu digusur. Itu dampak dari trilateral ini. Operasi darat sudah dilakukan di Pulau Weh itu. Itu operasi darat," papar dia.

Ryamizard menilai, saat ini TNI belum perlu ikut masuk dalam membantu operasi pembebasan sandera yang dilakukan pemerintah Filipina. Sebab bila salah pengertian malah bisa mengacaukan operasi yang ada.

"Jangan dulu, sudah 10 ribu masa mau nambah lagi. Kalau kita ikut ke sana aparat kita bisa salah tembak. Kita monitor kalau seandainya diperlukan untuk menutup misalnya," pungkas Ryamizard.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya