BMKG Jelaskan Sebab Hujan Lebat di Tanah Air dan Banjir Bandung

Menurut BMKG, hujan lebat yang terjadi di sejumlah wilayah di Tanah Air, termasuk Bandung akibat anomali suhu permukaan laut.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Okt 2016, 02:19 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2016, 02:19 WIB
Banjir Jebol Pagar SMAN 9 Bandung
Banjir Bandung mulai surut karena kondisi topografi yang miring. (Liputan6.com/Aditya Prakasa)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan hujan lebat yang terjadi di sejumlah wilayah di Tanah Air akibat anomali suhu permukaan laut di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera Selatan dan Jawa yang lebih tinggi.

"Anomali suhu permukaan laut di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera Selatan dan Jawa lebih tinggi dibandingkan Samudera Hindia sebelah timur Afrika yang dikenal dengan istilah Indian Ocean Dipole Mode (fenomena Dipole Mode Negative)," ucap Kepala Bagian Humas BMKG Harry T Djatmiko di Jakarta, Senin, 24 Oktober 2016, seperti dilansir Antara.

Anomali tersebut berimplikasi pada terdorongnya massa uap air menuju ke Indonesia bagian barat yang menjadi tambahan suplai uap air dalam pembentukan dan pertumbuhan awan hujan.

Berdasarkan analisis BMKG, pada saat bersamaan juga suplai uap air yang direpresentasikan oleh kondisi suhu muka laut yang hangat/panas dengan anomali positif antara 0.5-2.0 derajat Celcius.

"Maka berpotensi pembentukan dan pertumbuhan awan hujan masih signifikan di sebagian besar perairan Indonesia, terutama di perairan sekitar Jawa hingga Nusa Tenggara, Sulawesi bagian selatan, perairan utara Maluku dan Papua," kata dia.

Selain itu juga aliran massa udara basah yang dikenal dengan istilah Madden Jullian Oscillation/MJO yang berada di sekitar Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan maritim kontinen Indonesia diindikasikan memberikan kontribusi pada peningkatan curah hujan di Indonesia bagian barat dan tengah.

Adanya pusat tekanan rendah di Samudera Hindia sebelah barat daya Sumatera bagian selatan yang berimplikasi adanya daerah pertemuan, perlambatan dan belokan angin di sekitar wilayah Sumatera bagian selatan dan Jawa yang mengakibatkan kondisi atmosfer menjadi tidak stabil sehingga meningkatkan potensi hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang.

Selain itu, tingkat kandungan air di atmosfer terutama di Indonesia bagian barat dan tengah sangat basah yang direpresentasikan oleh kelembaban udara yang tinggi mengakibatkan kondisi atmosfer menjadi tidak stabil sehingga meningkatkan potensi hujan lebat.

Banjir Bandung

Pada Senin siang sekitar kawasan Pasteur, Kota Bandung, Jawa Barat, diguyur hujan dengan intensitas lebat-sangat lebat. Hanya dalam kurun waktu antara 1-1,5 jam, hujan berdampak banjir di beberapa wilayah Bandung dengan ketinggian air bervariasi berkisar 1-1,6 meter.

Menurut Harry, BMKG memprediksi indikasi potensi curah hujan sampai akhir Oktober 2016 sebagian besar wilayah Indonesia mulai mengalami peningkatan. Untuk curah hujan menengah hingga tinggi berpotensi, terutama di Aceh dan Sumatera Utara, Pesisir Barat Sumatera, Bengkulu bagian selatan.

Begitu pula di Jawa bagian Selatan dari Banten sampai Jawa Tengah, Jawa Barat bagian selatan, Kalimantan Barat bagian barat dan timur, Sulawesi bagian tengah, sebagian besar Papua.

"Dengan potensi curah hujan tinggi pada periode bulanan, maka indikasi potensi hujan lebat yang berskala harian dapat dimungkinkan akan meningkatkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, pohon tumbang dan jalan licin," juru bicara BMKG memungkasi.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya