Bidik Biang Rusuh 4 November

Siapa biang di balik kerusuhan aksi damai 4 November? Polisi berjanji mengusut si penoda aksi damai tersebut.

oleh TaufiqurrohmanNafiysul QodarMuslim AR diperbarui 06 Nov 2016, 00:09 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2016, 00:09 WIB
20161104- Pendemo Bakar Mobil di Kawasan Monas -Jakarta- Angga Yuniar
Sejumlah mobil pengangkut petugas dibakar saat Aksi Damai 4 November berujung ricuh di kawasan Monas, Jakarta, Jumat (4/11). Polisi dan Pendemo terlibat bentrok saat Massa yang diduga HMI mulai memukuli tameng polisi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Aksi yang semula dirancang damai dan tertib tak dinyana berubah mencekam. Ratusan demonstran berteriak dan meringis karena terpapar gas air mata. Pedas. Aksi damai ternoda. Hukum yang saat ini bicara. Jauh dari itu, kepala negara menuding ada aktor-aktor politik di balik kerusuhan yang membakar tiga unit mobil aparat TNI-Polri.

Presiden Joko Widodo mendadak menggelar rapat terbatas terkait kerusuhan tersebut bersama Menkopolhukam, Kapolri, Panglima TNI, dan Kepala BIN, Jumat 4 November 2016. Lewat tengah malam, Presiden Jokowi mengumumkan hasil rapat tersebut.

Ada pernyataan mengejutkan yang disampaikan Presiden. Laporan yang diterimanya, demonstrasi damai terkait proses hukum yang melilit Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok telah disusupi kepentingan lain.

"Menyesalkan kejadian pada bakda Isya yang seharusnya sudah bubar, tetapi menjadi rusuh. Dan ini kita lihat telah ditungganggi oleh aktor-aktor politik yang memanfaatkan situasi," kata Jokowi di Istana Merdeka, Sabtu (5/11/2016) dinihari.

Tentu Presiden tidak menyebut siapa aktor-aktor politik yang dimaksudnya itu. Namun, itu menjadi sinyalemen bagi kepolisian untuk mengusut dugaan keterlibatan orang di balik layar kerusuhan 4 November.

Massa aksi menunjuk ke arah polisi saat terlibat bentrok di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (4/11). Saat terjadi bentrokan, beberapa kali terlihat tembakan gas air mata. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Kadiv Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, pihaknya tengah menelusuri informasi intelijen terkait kericuhan di depan Istana saat demo kemarin. Apalagi ada dugaan peran aktor politik pada peristiwa itu.

"Itu menjadi bagian yang kami cermati dan selidiki," ujar Boy di Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (5/11/2016).

Boy tak menampik informasi intelijen terkait dugaan adanya aktor politik. Namun dia enggan membeberkan informasi itu berasal dari intelijen Polri atau lembaga negara lain.

"Yang pasti itu bagian dari kegiatan-kegiatan deteksi dini dan intelijen yang dilaksanakan. Tentu aparat dapat mencermati aktivitas itu dengan kegiatan intelijen," papar dia.

Mantan Kapolda Banten itu mengaku belum bisa memaparkan lebih dalam, terkait proses penyelidikan dugaan tersebut. Termasuk, apakah akan memeriksa sejumlah tokoh politik yang dicurigai.

"Belum ada hal-hal yang mengarah ke situ (memeriksa aktor politik), ya. Itu masih sumir untuk bisa saya katakan. Tapi yang jelas itu bagian dari kegiatan yang diselidiki," jelas Boy.

Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menilai, aksi kemarin tidak hanya bertujuan mendemo pasangannya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Dia menilai sebagian pihak ingin menjatuhkan pemerintahan Jokowi-JK melalui kericuhan semalam.

"Kalau kita lihat ekskalasinya demo. Kemudian saya mendengarkan pidato Pak SBY sampai dengan tadi malam dengan berbagai macam statement dari berbagai elite politik. Ini arahnya bukan hanya menuju pada Pak Ahok. Arahnya ingin menjatuhkan pemerintahan yang sah, pemerintahan Pak Jokowi. Ini yang patut kami sayangkan," tegas Djarot.

Dia juga menilai demo kemarin bukan hanya ingin menuntut percepatan pengusutan dugaan penistaan agama oleh Ahok. Unjuk rasa tersebut juga bertujuan agar Ahok batal maju di Pilkada DKI 2017.

"Masalahnya bukan hanya menyangkut masalah kasus hukumnya Pak Ahok, tapi lebih menyangkut masalah kalau bisa Pak Ahok jangan sampai maju dalam pilgub. Ini karena kasus seperti ini," ucap Djarot.

Dia pun meminta pesaing politik Ahok-Djarot agar bertanding secara adil. Lebih baik bersaing dengan mengadu gagasan dan program untuk DKI Jakarta.

"Ayolah kalau mau bertanding bersaing yang fair. Katanya kita mau adu gagasan, adu ide, ya adu program, mari yang fair, sudah. Lepaskan saja kami, ini masalah Pilkada DKI. Pilpres nanti 2019, saya minta tolonglah jangan korbankan ambisi-ambisi politik jangka pendek sesaat dengan mengorbankan masyarakat kita, dengan mengorbankan ekonomi kita," tandas Djarot.

HMI Membela Diri

20161104- Polisi Desak Mundur Pendemo dari Istana-Jakarta-
Polisi memukul mundur pendemo dengan tembakan air, Jakarta, Jumat (4/11). Diduga bentrok terjadi saat massa HMI menyerang polisi dan polisi membalasnya dengan melempar gas air mata. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) membantah tudingan sebagai kelompok yang memantik kerusuhan di tengah demonstrasi 4 November. Organisasi kemahasiswaan ini berdalih ada orang tidak dikenal menyusup ke barisan aksi mereka.

"Kericuhan terjadi bakda Isya yang dipicu oleh massa yang tidak dikenal oleh kader HMI, dari mana asalnya dan siapa pemimpinnya masuk di barisan depan masa HMI, kemudian ribut dengan aparat sampai akhirnya aparat kepolisian menembakkan gas air mata," kata Ketua Umum PB HMI Mulyadi P. Tamsir dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Sabtu (5/11/2016).

Massa HMI, Mulyadi melanjutkan, mereka membubarkan diri ke belakang dan tidak kembali lagi ke depan Istana Merdeka. "Setelah itu baru terjadi kebakaran yang kami tidak tahu siapa pelakunya dan apa yang terbakar," ujar Mulyadi.

Suasana rusuh saat terjadi bentrokan antara petugas dengan Aksi Damai 4 November, Jakarta, Jumat (4/11). Belum diketahui apa yang menyebabkan terjadinya bentrokan dari aksi yang awalnya damai ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Namun karena posisi HMI berada di barisan paling depan, membawa mobil komando dan satu mobil Innova, maka tidak dimungkinkan untuk mundur. Sehingga kita duduk-duduk di sekitar mobil menunggu aksi selesai," kata Mulyadi.

"Massa aksi HMI hanya beratribut bendera kecil dengan tiang bambu belah sepanjang 1,2 meter, sehingga tidak mungkin menjebol barikade polisi," dia menambahkan.

Mulyadi juga membantah ada kabar yang menyebut terjadi benturan antara massa HMI dan FPI. "Tidak benar," kata dia.

Massa HMI yang ada di dua titik aksi, yaitu di Jalan Medan Merdeka Barat dan samping Kantor Sekretariat Negara, terlibat kericuhan dengan aparat. Mereka berupaya menerobos barikade polisi. Botol air mineral, batu, serta bambu dilempar ke arah aparat yang memilih diam dan tidak membalas.

Dua kelompok demonstran HMI memang sudah terlibat kericuhan di tengah aksi di depan Istana Merdeka, tepatnya di depan RRI, dan sebelah kantor Sekretaris Negara arah Harmoni, Jumat, 4 November 2016.

Mereka melempari batu, botol air mineral, serta bambu ke arah petugas yang membuat barikade. Namun petugas memilih diam tidak membalasnya.

Sementara Kapolda Metro Jaya Irjen M. Iriawan menyebut kerusuhan bermula dari massa HMI yang hendak merangsek ke depan barisan demonstran bakda Isya.

"Pak mohon maaf, kita harus bagaimana, tadi massa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) maju. Kita terpaksa membubarkan. Kalau tidak, anggota banyak yang terluka, kita harus bagaimana," ujar Iriawan saat menjelaskan penyebab kerusuhan kepada Menkopolhukam Wiranto.

Sebanyak 87 korban terluka di antaranya adalah personel gabungan TNI/Polri. Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar mengatakan, ada delapan personel gabungan yang masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) akibat luka yang dialami.

"Anggota yang terluka ada delapan. Ada dua anggota kita (Polri), TNI ada lima, dan satu Damkar," ujar Boy di Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (5/11/2016).

Sementara, 79 anggota lainnya yang menjadi korban telah diperbolehkan pulang karena hanya mengalami luka ringan. Kendati, mereka tetap mengikuti rawat jalan.

Boy menuturkan, delapan petugas yang masih dirawat mengalami luka cukup berat akibat serangan yang dilakukan segelintir massa menggunakan batu, bambu, dan botol. Bahkan, seorang anggota Polri mengalami luka cukup parah di bagian wajah kanannya.

"Ini contoh bagaimana dahsyatnya serangan massa yang anarkistis ya. Petugas ada yang bagian wajah kanannya hancur," papar Boy.

Kendati begitu, mantan Kapolda Banten itu juga mengatakan tak sedikit pula massa demonstran yang menjadi korban kericuhan. Ada 160 orang yang dilarikan ke RS Budi Kemuliaan akibat terkena gas air mata.

Bahkan tak sedikit korban itu merupakan tokoh masyarakat yang berusaha menenangkan massa demonstran yang mulai anarkistis.

Panas di Luar Batang

20161104-demo-jakarta-luar batang
Minimarket di Luar Batang, Jakarta Utara, dirusak massa. (Liputan6.com/Moch Harun Syah)

Kerusuhan dan penjarahan terjadi di Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat malam kemarin. Kepolisian memastikan kerusuhan tidak terkait dengan aksi 4 November di Istana Merdeka dan menyatakan murni kriminal.

"Itu penjarahan, murni kriminal," ujar Boy di Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (5/11/2016).

Boy menjelaskan, massa yang diduga kuat merupakan warga sekitar itu terlebih dulu melempari aparat Polri dan TNI yang sedang berjaga. Setelah itu, mereka melakukan penjarahan dan perusakan di salah satu minimarket.

Ada 15 orang yang ditangkap dalam insiden tersebut. Namun Boy belum bisa membeberkan identitas para pelaku. Polisi masih terus mendalami kasus itu.

"Itu warga sekitar 15 orang yang diamankan. Hari ini dipastikan statusnya," ucap Boy.

Sekitar pukul 23.00 WIB Jumat malam tadi, terjadi upaya penjarahan di kawasan Luar Batang, Kali Pakin, Penjaringan, Jakarta Utara.

Ratusan orang itu sebelumnya mendatangi kompleks rumah Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Pantai Mutiara.

Pantauan Liputan6.com, massa sempat menjebol salah satu minimarket di pinggir jalan tersebut. Ada beberapa unit sepeda motor juga dibakar massa.

25 orang yang diduga sebagai provokator dan penjarah dalam demo 4 November di Istana, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, serta kerusuhan di Luar Batang.

"Saat ini yang masih diperiksa kaitannya sebagai provokator (kerusuhan) di Jalan Medan Merdeka Barat jumlahnya 10 orang," ujar Boy Rafli, Sabtu (5/11/2016).

Boy menjelaskan para provokator yang berusia antara 16 sampai 32 tahun itu, dipastikan merupakan pendatang. Karena mereka berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Polisi juga menangkap 15 warga yang diduga menjarah minimarket di kawasan Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara. Mereka dianggap sengaja memanfaatkan momen demonstrasi.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya