Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat mempertahankan tradisi. Usai Demokrat menempati kursi presiden dua periode, giliran calon Republik mengisi posisi orang nomor 1 di Negeri Paman Sam.
Donald Jhon Trump, taipan properti asal New York, Amerika Serikat, berhasil mewujudkan ambisi masa mudanya menjadi Presiden Amerika Serikat. Ia mengalahkan rivalnya, Hillary Clinton, dengan perolehan 289 suara dari 50 negara bagian.
Usai kampanye panjang yang melelahkan dan bahkan diwarnai aksi saling unfriend di antara para pendukungnya, ia memberikan pidato kemenangan di kota kelahirannya sesaat setelah perhitungan suara akhir diumumkan.
Advertisement
"Saya baru saja menerima telepon dari Hillary Cinton. Dia memberi selamat kepada kita, atas kemenangan kita, dan saya juga memberi selamat kepada dia dan keluarganya atas kampanye hebat yang telah dilakukan," ujar Donald Trump dalam pidato kemenangannya, Selasa, 8 November 2016, waktu setempat, atau Rabu (9/11/2016) waktu Indonesia.
"Ini adalah saat bagi Amerika untuk datang bersama-sama sebagai satu bangsa yang bersatu," ujar Trump.
Dalam pidatonya, Trump juga berjanji bahwa dirinya akan menjadi presiden bagi semua rakyat Amerika. "Bagi mereka yang telah memilih untuk tidak mendukung saya...Saya merangkul Anda untuk bimbingan dan bantuan Anda, sehingga kita bisa bekerja sama untuk menyatukan negara besar kita," ujar Trump.
Dikutip dari The Guardian, lelaki kelahiran 14 Juni 1946 itu juga berjanji pemerintah yang akan dipimpinnya akan melayani rakyat.
"Bekerja bersama-sama, kita akan memulai tugas mendesak untuk membangun kembali bangsa kita," tutur Trump.
"Saya sudah tahu negara kita dengan baik. Potensi yang luar biasa...setiap rakyat Amerika akan memiliki kemampuan untuk mewujudkan potensi dirinya masing-masing...," ujar dia.
Sebelum Trump menyampaikan pidatonya, wakilnya, Mike Pence terlebih dahulu membuka pengumuman kemenangan tersebut.
"Saya sangat berterima kasih kepada rakyat Amerika karena telah memberikan kepercayaan mereka di tim ini...dan terlebih lagi aku berterima kasih kepada presiden terpilih, yang kepemimpinan dan visinya akan membuat Amerika menjadi luar biasa lagi," ujar Pence.
Kemenangan Donald Trump membuat banyak orang terkejut. Pasalnya, pria yang telah lama menggeluti dunia bisnis itu kerap diterpa skandal, terutama saat ia berkampanye menjadi Presiden AS.
Selain itu, mayoritas jajak pendapat menyebut bahwa Hillary Clinton yang akan terpilih menjadi Presiden AS. Hanya beberapa jam sebelum pilpres dilangsungkan, survei yang dikeluarkan oleh Reuters/Ipsos States of the Nation menyebut bahwa Hillary Clinton memiliki peluang 90 persen untuk mengalahkan Trump.
Namun, tidak semua pihak menyangsikannya. Kemenangan Trump bahkan sudah diramal sejumlah binatang. Di China, misalnya, seekor monyet bernama Gada dihadapkan pada dua gambar capres di atas sebuah podium.
Di depan masing-masing wajah Trump dan Hillary diletakkan sebuah pisang. Tanpa menunggu instruksi atau aba-aba, monyet kecil itu langsung mendekati gambar Trump dan mendaratkan sebuah ciuman langsung ke bibirnya.
Selanjutnya, ada Felix si beruang kutub jantan yang pemalu. Bertempat di Kebun Binatang Royev Ruchey, Krasnoyarsk, Rusia, Senin, 7 November 2016 kemarin, Felix diminta meramal siapa di antara Donald Trump dan Hillary Clinton yang akan menjadi Presiden AS.
Pihak kebun binatang meletakkan dua buah labu yang ditancapkan bendera bergambar Hillary dan Trump dan mengisinya dengan ikan segar kesukaan Felix. Ia sempat kebingungan dan berjalan mondar-mandir seakan ingin mengatakan tengah menghadapi pilihan yang sulit.
Setelah sekian lama, beruang jantan itu akhirnya mencabut bendera dengan foto Trump.
Ancaman atau Peluang?
Kemenangan Trump memang disambut sorak sorai pendukungnya. Namun, tidak sedikit orang yang cemas dengan segera masuknya Trump ke Gedung Putih. Sebagian besar warga Amerika Serikat yang kecewa kemudian mencuitkan perasaan mereka hingga menjadi trending topic global Twitter.
Salah satu yang menyorot perhatian adalah tagar #RIPAmerica. Hingga berita ini diturunkan, tagar tersebut masih menduduki trending topic dunia. Selain #RIPAmerica, beberapa trending words seperti #DonaldTrump, President Trump, #ElectionNight dan #Elections2016 juga mendominasi linimasa.
Namun, kekhawatiran atas kemenangan Trump tak hanya dirasakan warga negaranya sendiri. Sehari sebelum pemungutan suara berlangsung, Wakil Presiden Jusuf Kalla bahkan meragukan Donald Trump akan mampu menjaga kedamaian jika terpilih jadi presiden.
"Ya kalau Trump, wah kelihatannya susah itu, dunia nanti juga jadi susah. Tentu orang mengharapkan banyak kepada Hillary. Tapi nanti kita tunggu saja besok," ujar JK.
Meski begitu, JK menilai dari sisi ekonomi tidak terlalu memiliki dampak besar. Hanya saja, memang Trump lebih protektif terhadap negaranya. Sementara, Presiden Jokowi memilih menahan diri untuk berkomentar.
"Ya perdagangan biasa saja, walaupun kelihatannya dari pidatonya, Trump itu lebih protektif nasionalnya sendiri-sendiri," ucap dia.
Pendapat senada juga disampaikan Chief Economist Bank Mandiri Anton Gunawan. Ia memandang Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Trump akan memberikan perubahan yang cukup signifikan.
Jika Trump benar-benar menjalankan berbagai kebijakan seperti yang disampaikan selama kampanye, AS akan menjadi negara yang lebih tertutup dari dunia internasional. Hal itulah yang akan menimbulkan ketidakpastian.
‎"Dan konflik ekonomi akan muncul di beberapa tempat karena approach-nya orangnya itu lebih konfrontatif orangnya," kata dia.
Secara keseluruhan, Anton mengatakan akan membutuhkan lebih banyak waktu bagi Trump ‎untuk menjalankan seluruh kebijakan tersebut mengingat latar belakangnya bukan dari kalangan pemerintahan.
‎"Jadi masih meraba-raba. Jadi uncertainty masih tinggi. Jadi, volatilitas di pasar keuangan agak lebih besar, harus berjaga-jaga baik naik atau turun," jelas dia.
Meski begitu, Anton menilai ada sedikit hikmah dan keuntungan yang bisa dimanfaatkan Indonesia jika Trump memimpin AS. Apa itu?
‎"Kalau arahnya misalkan pada perkembangan di sana dan kecenderungan AS lebih lambat mungkin agak menguntungkan bagi Indonesia karena The Fed tidak berani mereka menaikkan suku bunga lebih cepat," kata Anton.
Dengan tidak dinaikkannya suku bunga oleh The Fed, aliran dana investor asing masih mengarah ke negara-negara berkembang, seperti salah satunya Indonesia. Ditambah, Indonesia saat ini memiliki kekuatan di atas rata-rata jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya akibat banyaknya deregulasi dan‎ suksesnya program tax amnesty.
Advertisement
Emas Naik, Saham Turun
Faktanya, IHSG merosot 57,47 poin atau 1,05 persen ke level 5.413,21 pada penutupan perdagangan saham Rabu pekan ini. Ada sebanyak 227 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 93 saham menguat dan 77 saham lainnya diam di tempat.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Volume perdagangan mencapai 11,85 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 8,71 triliun. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 349.494 kali.
Pada perdagangan Rabu pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.491,70 dan terendah 5.345,12. Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 467 miliar.
Secara sektoral, 10 sektor saham tertekan. Sektor saham infrastruktur turun 2,17 persen, dan mencatatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham aneka industri merosot 1,17 persen dan sektor saham industri dasar tergelincir 1,23 persen.
Saham-saham yang menggerakan indeks saham dan menguat antara lain saham BUMI naik 5,07 persen ke level Rp 290 per saham, saham HRUM mendaki 6,88 persen ke level Rp 2.640 per saham, dan saham KRAS mendaki 3,11 persen ke level Rp 830 per saham.
Sedangkan saham-saham tertekan TLKM melemah 3,74 persen ke level Rp 4.120 per saham, saham ASII tergelincir 1,49 persen ke level Rp 8.250 per saham, dan saham ADRO melemah 3,68 persen ke level Rp 1.570 per saham.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, hasil perhitungan suara dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) menunjukkan Donald Trump memenangkan suara sehingga telah memberikan kepastian di pasar sahan. Tekanan IHSG pun menjadi berkurang.
Selain itu, harga komoditas seperti emas dan nikel menguat juga menahan pelemahan IHSG. Oleh karena itu, William yakin bursa saham akan kembali positif. "Pemilihan Presiden AS masih mempengaruhi. Namun euforia sesaat. Pelaku pasar menanti pelantikan presiden AS dan kebijakan yang akan diambil," kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Di sisi lain, harga emas berjangka melompat pada perdagangan Rabu pekan ini sebagai respons terhadap hasil perhitungan suara pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) dengan Donald Trump peroleh kemenangan suara.
Harga emas untuk pengiriman Desember naik 3,2 persen menjadi US$ 1.315,60 per ounce. Hal itu merupakan penguatan terbesar sejak 24 Juni. Pada 24 Juni 2016, secara mengejutkan juga Inggris akhirnya keluar dari Uni Eropa.
"Kita memiliki pengalaman sama ketika Brexit terjadi. Kemenangan Trump ini tidak diperhitungkan oleh pelaku pasar global," ujar Ipek Ozkardeskaya, Analis Senior London Capital Group, seperti dikutip dari laman Marketwatch.
Investor pun mengalihkan aset investasi dari yang berisiko seperti saham ke investasi lebih aman, yaitu emas dan yen. Harga emas dan yen cenderung menguat seiring Trump mengejutkan memenangkan pemilihan Presiden AS.
Sebelumnya pasar menginginkan calon presiden dari partai Demokrat Hillary Clinton dapat memenangkan pemilihan presiden AS 2016. Pasar pun cenderung naik seiring adanya antisipasi tersebut pada awal pekan ini.
Analis berpendapat kemenangan Trump juga akan mendorong kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve pada Desember. Di pasar uang, indeks dolar AS turun 1,5 persen ke level 96,38.