BNPB: Relawan Kejiwaan Tangani Korban Gempa Aceh Masih Kurang

Sarana MCK juga masih sangat dibutuhkan oleh para pengungsi korban gempa Aceh.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 10 Des 2016, 15:53 WIB
Diterbitkan 10 Des 2016, 15:53 WIB
20161208-Warga Pidie Jaya Mengungsi Dalam Kegelapan-Aceh
Di posko pengungsian, anak-anak terpaksa tidur di lokasi seadanya di Pidie Jaya, Aceh, Kamis (8/12) malam. Gempa 6,5 SR yang mengguncang Pidie Jaya menyebabkan lebih dari 100 orang meninggal dunia dan ratusan bangunan rusak. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pihaknya sangat kekurangan relawan, khususnya untuk menangani kejiwaan para pengungsi korban gempa Aceh.

Menurut dia, relawan kejiwaan saat ini masih sangat minim sehingga tidak dapat menangani jumlah pengungsi yang banyaknya mencapai ribuan.

"Relawan yang khusus untuk menangani pengungsi, seperti untuk trauma healing masih kurang," ujar Sutopo di Kantor BNPB, Jakarta, Sabtu (10/12/2016).

Selain itu, Sutopo mengungkapkan, relawan untuk menangani pengobatan tulang atau ortopedi juga masih sangat kurang. "Relawan ortopedi masih kurang dan relawan menangani dapur umum juga kurang," ungkap dia.

Sementara sarana untuk mandi, cuci, dan kakus (MKC) juga masih sangat dibutuhkan oleh para pengungsi korban gempa Aceh.

Gempa berkekuatan 6,4 skala richter (SR) mengguncang Pidie Jaya. Akibat gempa Aceh itu, 45.329 jiwa mengungsi.

Dari 45.329 jiwa pengungsi tersebut terdiri dari, 43.613 ada di Kabupaten Pidie Jaya, dan 1.716 di Kabupaten Bireuen.

Menurut Sutopo jumlah pengungsi itu selalu berubah-ubah karena masyarakat selalu datang dan pergi untuk mengecek tempat tinggalnya. Biasanya, pada malam hari jumlah pengungsi bertambah. Namun pada pagi sampai dengan sore, sering kali terjadi penurunan.

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya