Liputan6.com, Pidie Jaya - Rabu subuh 7 Desember 2016, warga Pidie Jaya, Aceh terbangun dan bergegas bukan karena panggilan azan. Guncangan gempa bumi 6,5 skala Richter membuat orang-orang berhamburan keluar bangunan. Kepanikan ini terekam di CCTV Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pidie Jaya.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (10/12/2016), BMKG merilis pusat gempa berada daratan di Pidie Jaya dengan kedalaman gempa 10 kilometer dan tidak berpotensi tsunami.Â
Jagad maya menjadi penyampai mula kabar duka ini dengan unggahan foto dan video kerusakan hebat akibat gempa yang berlangsung kurang dari semenit ini.Â
Advertisement
Satu jam usai gempa, halaman RSUD Pidie Jaya Aceh ramai dengan korban luka yang terpaksa dirawat darurat di halaman. Tim medis harus berjibaku menyelamatkan korban yang rata-rata cedera di kepala dan patah tulang karena tertimpa bangunan.
Korban juga berjatuhan di Kabupaten Pidie. Di Rumah Sakit Sigli, korban terus berdatangan. Warga yang selamat berada di jalan dan halaman rumah khawatir gempa susulan terjadi.
Dengan penuh syukur, Aliyah mencium Mariani sang ibu. Aliyah berhasil keluar dari reruntuhan gempa seorang diri. Mariani berhasil dievakuasi dalam keadaan hidup. Namun sang ayah, Ibrahim tidak selamat.
Video amatir yang direkam Intan Maulina sepupunya memperlihatkan hancurnya ruko Mariani-Ibrahim di Jalan Banda Aceh, Medan, Kecamatan Ulee Gle, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.
Kamis 8 Desember, seharusnya menjadi hari bahagia Yusra Fitriani dan Suharnas. Takdir berkata lain, Suharnas tidak pernah duduk pelaminan karena turut menjadi korban tewas.
Suharnas bersama dengan tiga adik-kakak dan seluruh anggota keluarga yang datang dari Padang untuk menghadiri acara perkawinannya tewas terjebak dalam puing-puing ruko.
Proses evakuasi terus berlangsung, berpacu dengan waktu menyelamatkan warga yang mungkin masih hidup di balik reruntuhan. Video amatir yang dikirim oleh Fachrul merekam petugas TNI yang tengah berupaya mengevakuasi korban tewas tertimbun puing bangunan. Sebanyak 740 personel TNI dikerahkan untuk penanganan darurat pascagempa.
Video amatir lain berisi rekaman sejumlah ekskavator dikerahkan membersihkan reruntuhan sambil memastikan ada tidaknya korban yang masih tertimpa bangunan akibat gempa.
Korban selamat sangat membutuhkan bantuan alat berat untuk membersihkan bangunan yang roboh dan tenaga medis, terutama dokter ortopedi untuk menangani korban yang sebagian besar patah tulang akibat tertimpa puing-puing.
Korban luka terus berdatangan ke rumah sakit Kecamatan Sigli, Pidie. Sedikitnya 400 orang dirawat di rumah sakit ini, 93 di antaranya luka berat. Sebagian besar korban dibawa ke Sigli karena RSUD Pidie Jaya juga rusak diguncang gempa. Pasien dirawat seadanya di halaman rumah sakit.
Sementara, takut kembali ke rumah, warga bertahan di pengungsian, duduk berdesakan sambil menenangkan anak-anak mereka. Selain itu, para pengungsi memilih berlindung di teras-teras masjid.
Setidaknya ada 12.300 pengungsi yang tersebar di 11 titik, di 4 kecamatan di Pidie Jaya. Masjid dan Meunasah jadi tumpuan pengungsian.
Gempa di Pidie Jaya, Aceh, merupakan ujung dari pergerakan lempeng dari pertemuan lempeng Hindia Australia dengan lempeng Eurasia yang terus bergerak dan di dalamnya terdapat banyak sesar aktif.
Kewaspadaan terhadap mitigasi bencana melalui pembangunan fisik dan kemampuan menghadapi ancaman bencana perlu ditingkatkan agar korban tidak banyak berjatuhan.
Simak ulasan selengkapnya dalam Barometer Pekan Ini yang ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (26/11/2016), berikut ini:
Â