Mengidap Hydrocephalus, Remaja 14 Tahun di Bogor Hanya Terbaring

Rukoyah hanya bisa pasrah dan berharap adanya keajaiban dari sang maha kuasa

oleh Achmad Sudarno diperbarui 23 Des 2016, 07:01 WIB
Diterbitkan 23 Des 2016, 07:01 WIB
Penderita hydrocephalus di Bogor
Penderita hydrocephalus di Bogor (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Bogor - Muhammad Irgi Fahrezi (14), warga Kampung Totopong RT 5/1 Desa Cipicung, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor terbaring lemas di atas kasur. Dia menderita hydrocephalus.

Kondisinya yang lemah memaksa bocah itu tak bisa berjalan dan berbicara. Penglihatannya juga kabur, tungkai bawahnya kaku karena tak pernah bergerak.

Sejak lahir ia sudah mengidap penyakit ini. Remaja tersebut sekarang diasuh oleh neneknya Rukoyah. Ibu kandungnya, Rismawati meninggal saat Irgi berusia satu tahun. Sementara ayahnya entah di mana keberadaannya.

Rukoyah menceritakan selama 13 tahun belakang ia merawat cucu pertamanya dengan penuh kasih sayang.

Awalnya, Irgi lahir dalam keadaan sehat, setelah menginjak umur empat bulan cucunya terserang penyakit panas, dan langsung dibawa ke dokter umum.

"Kata dokter cucu saya sakit hydrocephalus," kata Rukoyah, (22/12/2016).

Saat itu, dokter menyarankan harus dirawat karena terdapat gumpalan cairan di kepalanya. "Umur 1 tahun sempet dibawa ke RSUD Ciawi. Waktu mau dirawat di RS PMI harus ada uang 20 juta," ujarnya.

Karena tidak memiliki uang sebesar itu, terpaksa orangtuanya membawa Irgi pulang dan merawatnya di rumah.

"Waktu itu belum ada jamkesda atau jamkesmas," ucap Rukoyah.

Semakin hari, penyakit Irgi bertambah parah dan berat badannya semakin menyusut. Terlebih setelah ibunya meninggal dunia dan ditinggal kabur oelh bapaknya, kepalanya makin hari makin membesar. Kedua belah kaki dan tangannya tidak bisa bergerak.

Rukoyah hanya bisa pasrah dan berharap adanya keajaiban dari sang maha kuasa.

"Jangankan untuk biaya berobat, buat makan sehari-hari saja susah," ucapnya sedih.

Beberapa waktu lalu, lanjut Rukoyah, beberapa orang dari pemerintahan desa dan kecamatan datang untuk melihat kondisi cucunya itu.

Bahkan mereka berjanji akan membantu memfasilitasi agar cucunya dirawat dan dioperasi.

"Kalau saya sih senang kalau dia bisa hidup normal dan sehat seperti anak-anak yang lain. Tapi jujur saja kalau harus dirawat di rumah sakit saya ga punya biaya buat nungguinnya," kata dia.

Rukoyah berharap ada pihak dermawan yang mau membantu memfasilitasi demi kesembuhan cucu kesayangannya itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya