Detik-Detik Terungkapnya Pembunuhan Sadis di Pulomas

Saat mendobrak pintu kamar mandi, tubuh Luthfi bergetar melihat kondisi mengenaskan para korban pembunuhan sadis Pulomas.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 28 Des 2016, 13:51 WIB
Diterbitkan 28 Des 2016, 13:51 WIB
20161228-Korban-Pembunuhan-Sadis-Pulomas-Jakarta-GMS
Zanette Kalila Azaira (13) menangis histeris saat prosesi pemakaman jenazah korban pembunuhan Pulomas di TPU Tanah Kusir, Jakarta, Rabu (28/12). Belum diketahui motif peristiwa tersebut, apakah perampokan atau pembunuhan. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Sheila Putri (9) tidak menyangka kedatangannya pada Selasa, 27 Desember pagi ke kediaman Dianita Gemma Dzalfayla (9) menjadi pertemuan terakhirnya dengan sahabat karibnya itu. Dia menjadi saksi pertama dari pembunuhan sadis Pulomas yang memakan korban enam orang penghuni rumah di kawasan Pulomas, Jakarta Timur.

Berawal dari keputusan Sheila yang langsung bergegas ke rumah Gemma pukul 09.30 WIB. Sebab, sebelumnya pada Senin, 26 Desember, dia sulit menghubungi Gemma padahal keduanya sudah janjian untuk main bersama.

Tiba di kediaman berlantai dua di Jalan Pulo Mas Utara Raya, Kayu Putih, Pulogadung, Jakarta Timur itu, Sheila curiga dengan kondisi pintu rumah yang tidak terkunci. Terlebih, suasana rumah tampak sepi dan berbeda dari biasanya.

Sheila pun nekat masuk ke dalam rumah tersebut. Hanya saja, tiba-tiba muncul suara rintihan dari dalam kamar mandi yang membuatnya panik dan lari keluar rumah untuk meminta bantuan.

TKP perampokan sadis di Pulomas, Jakarta Timur

Dia pun bergegas melapor ke petugas keamanan kompleks perumahan sekitar. Dari situ, akhirnya petugas setempat melaporkan kejadian tersebut ke polisi yang berada di Pos Polisi Kayu Putih.

Saksi mata lainnya, yakni Luthfi (28), yang merupakan warga setempat, mengaku turut datang ke lokasi pembunuhan sadis Pulomas. Dia dimintai tolong petugas keamanan bernama Evan Sandrego, yang mendapat laporan dari Sheila.

Dia pun menghampiri rumah dan bergegas menuju kamar mandi tempat asal mula rintihan terdengar. Namun, dia sempat merasa bingung melihat kondisi kamar mandi dari luar. Sebab, engsel pintu dalam kondisi dicopot dan dikunci, sehingga membutuhkan perkakas berat untuk membuka paksa.

"Saya bawa semacam linggis dan kapak. Linggis tidak bisa. Baru bisa kapak saya hantem (dobrak pintu)," tutur Luthfi di lokasi kejadian, Selasa, 27 Desember 2016.

Saat mendobrak pintu kamar mandi, tubuh Luthfi bergetar melihat kondisi mengenaskan orang-orang yang ada di dalam. Ada 11 orang ditumpuk di sebuah kamar mandi berukuran 1,5x1,5 meter dengan kondisi air keran menyala.

Kondisi kamar mandi berukuran 2x1 meter tempat 11 korban perampokan di Pulomas disekap. (Ist)

"Maaf-maaf, nih, ya. Saya lihatnya kayak ikan cuek ditumpuk jadi satu. Udah gitu air keran pake nyala. Jadi si mayat kondisinya basah. Ada juga yang terluka," jelas Lutfi.

"Saya datang sekitar pukul 10.00 WIB pagi. Setelah didobrak (pintu) korban dipindahin. Kondisi sudah tidak karuan. Intinya kejam," kata dia.

Tidak lama, polisi pun datang dan bersama dengan warga melakukan evakuasi para korban pembunuhan sadis Pulomas dari kamar mandi.

Sebanyak enam orang ditemukan tewas di sebuah rumah di Jalan Pulomas Utara No 7A, Pulogadung, Jakarta Timur, Selas (27/12). Diduga mereka satu keluarga yang menjadi korban perampokan dan pembunuhan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Luthfi diketahui merupakan seorang warga dari komplek tempat korban menjabat sebagai ketua RT di Pulo Mas Residence. Dia sering diperbantukan korban pembunuhan Pulomas dalam mengurus surat-menyurat antarwarga bila dibutuhkan.

Enam korban pembunuhan sadis Pulomas adalah Dodi Triono (59), Diona Arika Andra Putri (16), Dianita Gemma Dzalfayla (9), Amel, Yanto dan Tasrok (40).

Sementara korban yang mengalami luka-luka berjumlah lima orang, yakni Emi (41), Zanette Kalila Azaria (13), Santi (22), Fitriani (23) dan Windy (23).

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya