Ziarah dan Berkah Jelang Ramadan

Banyaknya warga yang berziarah jelang Ramadan dimanfaatkan sebagian orang untuk meraih keuntungan.

oleh Ika Defianti diperbarui 20 Mei 2017, 20:19 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2017, 20:19 WIB
Peziarah datang mendoakan kerabatnya yang sudah meninggal dunia menjelang ramadan
Peziarah datang mendoakan kerabatnya yang sudah meninggal dunia menjelang ramadan (Liputan6.com/Ika Defianti)

Liputan6.com, Jakarta - Tradisi nyekar atau berziarah ke makam keluarga menjelang Ramadan merupakan salah satu warisan budaya yang turun-temurun di Indonesia. Sehingga tak heran jika beberapa tempat pemakaman umum (TPU) sudah mulai dipenuhi peziarah, salah satunya TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat.

Biasanya peziarah datang untuk mendoakan keluarganya sekaligus membersihkan atau merapikan makam.

Seorang peziarah asal Depok, Sri Marwati yang datang bersama suami dan ketiga anaknya mengaku sudah melakukan tradisi tersebut setiap tahunnya. Meskipun lokasi jauh dari rumahnya, ziarah tersebut sekaligus dijadikan ajang silaturahmi dengan saudara yang lain.

"Pokoknya kalau puasa Ramadan pasti ziarah. Soalnya memang orangtua dan beberapa keluarga dimakamkan di sini," ucap Sri kepada Liputan6.com di TPU Karet, Jakarta Pusat, Sabtu (20/5/2017).

Hal yang sama juga diutarakan oleh Mustofa warga Kalideres. Berziarah sudah menjadi rutinitas jelang Ramadan sejak orangtuanya meninggal tahun 2006.

"Biasanya juga setiap bulan ziarah biasanya juga kalau Sabtu atau Minggu. Kalau sekarang sekaligus momen mau puasa, kurang afdol aja kalau enggak ziarah," kata Mustofa.

Penjual bunga di Karet Bivak (Liputan6.com/Ika Defianti)

Banyaknya warga yang berziarah jelang Ramadan dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk meraih keuntungan. Seperti halnya pedagang makanan dan minuman di area pemakaman.

Tak hanya itu, para pedagang bunga juga terlihat memadati gerbang masuk pemakaman.

Bahkan beberapa penjual bunga juga terlihat di sepanjang trotoar arah masuk pemakaman. Mereka berjejer sepanjang 50 meter dengan berbekal meja kecil.

Rata-rata mereka menjual satu kantong bunga Rp 5 ribu. Tetapi, karena banyaknya peziarah harga dapat dinaikkan hingga Rp 10 ribu.

Rosmiah yang telah 28 tahun berjualan di TPU Karet Bivak mengaku sampai membuka dua tempat berjualan, yaitu kios dan lapak meja. Kios yang biasanya jadi tempat jualannya digantikan oleh ibunya, yang dulunya juga pedangang bunga di lokasi yang sama.

"Kalau mulai ramai, biasanya kita ambil untung makanya dinaikan paling sekantong Rp 10 ribu, itu juga khusus bunga yang bagus. Sudah turun-temurun ini," kata Rosmiah.

Tak hanya Rosmiah, pedagang musiman asal Tegal, Jawa Tengah Suyatno mengungkapkan sudah sekitar 5 tahun menjadi pedagang musiman di TPU Karet Bivak.

Dia biasanya meluangkan waktu selama tiga minggu sebelum ramadan dan dua minggu sebelum lebaran khusus datang ke Jakarta untuk berjualan.

"Kalau bunganya sendiri sudah langganan ambil di Rawa Belong. Ini sudah jualan selama semingguan, kalau ramai itu kalau libur kaya gini, kalau hari biasa lumayan juga," tutur dia.

Sedangkan pengakuan pedangang minuman yang sudah berjualan selama 20 tahun di TPU Karet Bivak Sunardi, peziarah biasanya terlihat ramai mulai dari 10 hari menjelang ramadan.

"Dulu 10 hari itu udah ramai banget, tapi sekarang palingan hari libur, sekarang besok sama Kamis (25 Mei 2017) itu palingan puncak ramainya. Kalau hari biasa ramai tapi enggak seramai libur," jelas Sunardi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya