Pemerintah Kirim TNI ke Marawi Filipina? Ini Pesan Anggota DPR

Bantuan Indonesia ke Filipina dapat berupa, bantuan logistik, pelatihan militer, alat kesehatan, atau data intelijen lainnya yang diperlukan

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jul 2017, 09:33 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2017, 09:33 WIB
TB Hasanuddin
TB Hasanuddin

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin mengingatkan Pemerintah untuk tidak mengirimkan pasukan TNI dalam operasi militer pemberantasan kelompok radikal di Marawi Filipina.

"Pemerintah Indonesia agar tidak bersikap reaktif. Pengiriman pasukan TNI ke negara lain, diatur dalam aturan perundang-undangan," kata dia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (4/7/2017).

Hasanuddin menjelaskan, aturan perundangan tersebut meliputi, pertama, mengacu pada Pembukaan UUD 1945 alinea 4, disebutkan: "Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial".

Kemudian, pada pasal 30 ayat 3 UUD 1945, dijelaskan, TNI sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.

Makna yang terkandung, yakni, TNI bertugas untuk mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan NKRI.

Menurut dia, kalaupun mau disinggung pada penjelasan soal wewenang TNI terkait dengan operasi militer selain perang (OMSP), sebagaimana termaktub dalam butir B ayat 6 yang menyebut, TNI memiliki tugas untuk melaksanakan menciptakan perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri, maka ada hal yang mesti diperhatikan.

"Salah satunya, pengiriman satgas TNI dalam operasi perdamaian di bawah bendera PBB, harus mendapatkan persetujuan dari DPR RI, serta memperhatikan pertimbangan institusi lain yang terkait," beber dia seperti dilansir Antara.

Kedua, pada pasal 10 ayat 3 butir d dalam UU No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahahan Negara, menyebut TNI dapat ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional.

Dalam penjelasannya, kata dia, tugas TNI yang masuk dalam kategori operasi militer selain perang (OMSP) itu antara lain, bantuan kemanusiaan ("civil misision").

"OMSP itu pun dilakukan berdasarkan permintaan atau perundang-undangan," ungkap diaa.

Ketiga, merujuk UU No. 34 Tahun 2004 Tentang TNI pada pasal 7 ayat 1 disebutkan, tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Kemudian, pada ayat 2b butir ke-6 UU TNI menyebut, terkait dengan operasi militer, selain perang adalah melaksanakan tugas perdamaian sesuai kebijakan politik luar negeri.

Politikus PDI Perjuangan ini menegaskan, jika mengacu pada tiga produk undang undang di atas, maka sangat jelas pemerintah Indonesia tidak diperkenankan mengirimkan pasukan tempur.

"TNI hanya diizinkan melakukan penugasan dalam pasukan perdamaian di bawah bendera PBB," tegas dia.

Menurut Tubagus, meskipun Indonesia memang terikat dalam komunitas bangsa bangsa ASEAN, tetapi ASEAN juga bukan merupakan pakta pertahanan bersama, jadi Indonesia tidak punya dasar hukum untuk mengirim pasukan TNI ke negara-negara ASEAN termasuk Filipina. Bantuan Indonesia kepada Filipina dapat berupa, bantuan logistik, pelatihan militer, alat kesehatan, atau data intelijen lainnya yang diperlukan Angkatan Perang Filipina.

Di sisi lain, ia menambahkan, berdasarkan aturan hukum Filipina, operasi militer yang melibatkan negara lain (TNI) harus mendapatkan persetujuan dari unsur parlemen negara tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya