Bupati Dedi Mulyadi Minta Guru Honorer Diperhatikan

Hari Guru Nasional diperingati tepat hari ini. Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, mengingatkan pemerintah agar memperhatikan guru honorer.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 25 Nov 2017, 07:15 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2017, 07:15 WIB
Ketua DPD partai Golkar Dedi Mulyadi
Ketua DPD partai Golkar Dedi Mulyadi berpose untuk fotografer seusai menghadiri rapat internal pimpinan DPD Golkar Provinsi di Jakarta, Senin (20/11). Rapat digelar usai Ketua Umum Setya Novanto resmi menjadi tahanan KPK. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Hari Guru Nasional diperingati tepat pada hari ini, Sabtu (25/11/2017). Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi pun mengingatkan pemerintah agar memperhatikan nasib guru honorer.

Dedi mengatakan masyarakat juga harus ikut memperhatikan nasib guru honorer. "Yang harus dipikirkan itu adalah guru honor," kata Dedi di kawasan Wijaya Baru, Jakarta Selatan, Jumat 24 November 2017.

Politikus Golkar itu menyebut, antrean guru honorer untuk dapat diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) masih sangat banyak. Padahal, banyak di antara guru-guru tersebut yang sudah mengabdi atau mengajar puluhan tahun.

"Antrean guru honor masih sangat banyak, itu seharusnya diutamakan," ucap Dedi.

Saat ini, kata Dedi, guru honor hanya mendapat gaji Rp 250 ribu-Rp 500 ribu setiap bulannya. "Sekarang dapatnya dari dana bos, yang cuma dapat Rp 250 ribu atau Rp 500 ribu," ujar Dedi.

Dia menyarankan agar para guru honor diangkat menjadi PNS secara bertahap. "Caranya adalah mereka diangkat segera sebagai PNS sesuai kebutuhan," kata Dedi.

Dia juga menyebut, seharusnya, ada pembatasan atau evaluasi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Sehingga, tidak ada penumpukan lulusan guru.

"FKIP harus dieavaluasi dulu, artinya mereka jangan terus ngeluarin lulusan. Kalau lulusan tiap tahun dikeluarkan nanti kebutuhan guru diangkat semakin banyak. Harus segera dievaluasi, mapping kebutuhan guru," tandas Dedi.

Cerita Unik

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mempunyai cerita tak terlupakan bersama guru sekolah dasarnya di SD Sukabakti, Desa Sukasari, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang. Guru tersebut bernama Ibu Epon. Saat duduk di bangku kelas satu SD, Dedi mengaku tidak dinaikkan kelas oleh Ibu Epon.

"Ada guru yang sangat saya ingat, waktu SD namanya Bu Epon. Ibu itu yang membuat saya tidak naik kelas," kata Dedi di Kawasan Wijaya Baru, Jakarta Selatan, Jumat (24/11/2017).

Saat tinggal kelas, menurut Dedi, Ibu Epon memberi penjelasan dengan cara yang unik, sehingga tidak membuatnya sedih berkepanjangan lantaran tinggal kelas.

"Ibu Epon ngasih tahu (tidak naik kelas) bahasanya bagus, dia bilang usia Dedi masih enam tahun nanti kalau naik kelas enggak bisa ikutin pelajaran. Padahal mah memang saya bego," ucap dia.

Dedi mengaku, posisinya saat ini tidak lepas dari peran dan bimbingan guru-guru di sekolah dasarnya. "Bila saat itu saya naik kelas, saya tidak bisa seperti ini, berkat Ibu Epon lah saya bisa seperti ini," kata dia.

Hingga saat ini, Dedi mengaku masih terus menjalin komunikasi dan silaturahmi dengan guru-gurunya termasuk Ibu Epon. Bahkan, dia mengajak Ibu Epon untuk umrah bersama pada Mei lalu.

"Peran guru sangatlah besar, sehingga saya hadiahi umrah guru-guru saya," kata Dedi Mulyadi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya