Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli tengah membahas untuk melakukan laporan balik terhadap Partai Nasdem. Menurut Rizal Ramli, dirinya tengah mempelajari untung-rugi tindakan tersebut.
"Kami mempertimbangkan tuntut balik," kata Rizal Ramli di Slipi Tower, Jakarta Barat, Senin 17 September 2018.
Baca Juga
Rizal Ramli merasa heran atas laporan yang dilayangkan Nasdem ke polisi. Sebab dirinya merasa tidak pernah menyeret-nyeret nama Surya Paloh dengan atribusi Nasdem.
Advertisement
"Saya nggak ada hubungan sama Nasdem. Jadi kami pertimbangkan tuntut balik. Enak aja rusak reputasi Rizal Ramli. Saya ekonom kredibel dihormati dalam dan luar negeri karena prediksi yang tepat," tegas dia.
Rizal juga meminta KPK untuk berani mengusut kasus impor di pemerintah Indonesia. Sebab menurut dia, selama menjabat ia sebagai Menko, ada sejumlah Menteri menolak impor dengan kuota tertentu.
Namun Rizal heran kenapa kebijakan itu terus berjalan dan mencekik petani garam, tebu, gula dan beras di Indonesia.
"Dan minta KPK bongkar kasus ini. Jadi kerjaan saya sia-sia. Mohon maaf ada kabinet yang menginginkan impor. Karena biasanya setiap impor ada yang untung. Tapi ini impor di luar kebutuhan yang kejam dan luar biasa," pungkas Rizal Ramli.
Â
Saksikan video menarik berikut ini:
Â
Terharu Dibela Ratusan Pengacara
Rizal Ramli mengaku terharu banyak pengacara yang membela dirinya saat dilaporkan Nasdem ke Polda Metro Jaya. Menurut Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya itu, para pengacara melakukan itu tanpa dibayar sepeser pun.
"Bersyukur Prof Otto, Peradi ada 720 lawyer yang sukarela mau bantu kami dalam proses hukum ini. Mereka semua gratisan, tadi datang dari Sulawesi, Banjarmasin, Medan seluruh Jawa. Saya betul terharu bahwa kawan-kawan advokat miliki hati nurani agar sama-sama memperjuangkan petani di Indonesia bisa hidup lebih baik," kata Rizal Ramli.
Kata Rizal Ramli, sebenarnya impor beras, gula dan garam tak perlu dilakukan. Sebab, hal itu diungkap oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman.
"Kalau dari Kementan jelas tidak diperlukan impor tambahan resmi Pak Mentan katakan itu di media. Demikian juga dengan Kepala Bulog bahkan Pak Buwas sangat satire sekali. Kemendag mau impor silakan pakai kantornya buat gudang. Itu kan ledek banget menunjukkan pada waktunya temen-teman udah ngerti semua lah," jelasnya.
Dalam kasus itu, ia tak ingin meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengusut. Sebab, ia tahu KPK akan turun tangan tanpa diminta.
"Enggak usah didorong-dorong, KPK sudah tahu tugasnya. Kalau ada yang rugikan negara tentu mereka akan lakukan hal yang perlu dilakukan," pungkas Rizal.
Â
Â
Advertisement
Salah Alamat
Ketua Dewan Pembina Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Peradi Otto Hasibuan menyebar, dirinya heran atas Partai Nasdem yang melaporkan Rizal Ramli ke Mapolda Metro Jaya. Sebab, menurut Otto, Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman itu tak pernah menyinggung nama Partai Nasdem.
"Tidak ada di sana atas nama Partai Nasdem. Untuk itu kami ingin datang mengklarifikasi kepada mereka. Sebenarnya kenapa sih kok jadi Nasdem yang mensomasi Pak Rizal Ramli. Sedangkan dalam kalimat-kalimat yang disampaikan Pak Rizal Ramli tidak ada kata-kata Ketum Nasdem di sana," kata Otto.
Karena itu, Otto dan Rizal Ramli tak mengerti apa yang dipermasalahkan oleh Nasdem.
"Bagian mana yang menjadi masalah. Kata-kata mana yang menjadi dirasakan keberatan Partai Nasdem kami tidak tahu. Jadi itu yang masih ingin Klarifikasi. Tiba-tiba ini dilaporkan ke polisi kami juga tidak tahu," ujar Otto.
"Ada disebut nama Enggar ada disebut. Ketua Umum Nasdem tidak pernah disebut. Sedangkan ini adalah Nasdem. Jadi kita ini perkara antara Pak Rizal Ramli dengan Nasdem. Jadi saya kira ini tidak tepat," sambungnya.
Karena itu, mantan kuasa hukum Jessica Kumala Wongso menilai laporan itu salah alamat.
"Tidak ada nama Ketum Nasdem yang ada nama SP dan Enggar. Tapi Ketum Nasdem itu tidak ada. Nah sekarang ini yang dikirimkan kepada saya bertindak atas nama SP jabatan ketum Nasdem. Dan yang melaporkan adalah Nasdem. Ya saya pikir kurang tepatlah," jelas Otto.
Reporter: Ronald
Sumber: Merdeka.com
Â