Pemerintah Diminta Menata Ruang Daerah yang Dilintasi Patahan Aktif

Sri mengatakan lempeng aktif Palukoro terdiri dari beberapa segmen dari Selat Makasar, Palu sampai Saluti.

oleh Arie Nugraha diperbarui 01 Okt 2018, 05:33 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2018, 05:33 WIB
Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Bandung - Pemerintah diminta menata ruang di daerah yang dilintasi patahan aktif, seperti di lempeng Palukoro, Sulawesi yang selalu bergeser empat centimeter tiap tahunnya. Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menyarankan di lokasi patahan aktif, tidak didirikan bangunan startegis.

Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami PVMBG Badan Geologi, Sri Hidayati, jika tetap mendirikan bangunan di lokasi patahan aktif, maka harus bergeser beberapa meter. Karena dipastikan bangunan itu roboh akibat pergerakan patahan aktif.

"Atau mulai menyosialisasikan bangunan yang tahan gempa. Itu sebaiknya mulai kita pikirkan, kita mulai informasikan lebih ke masyarakat," kata Sri saat dihubungi, Minggu (30/9/2018).

Sri mengatakan lempeng aktif Palukoro terdiri dari beberapa segmen dari Selat Makasar, Palu sampai Saluti. Namun pergerakan segmen tersebut memiliki perbedaan tersendiri jika dilihat dari sisi dermafologi.

Sri menjelaskan sedangkan untuk mekanisme lempeng aktif yang terbagi dalam beberapa segmen hampir serupa. Patahan aktif dari lempeng Palukoro disebutkan oleh Sri sangat jelas terlihat, seperti terbentuknya tebing di kawasan Palu.

"Saya kira patahannya kelihatan di darat, juga jika ditarik garis lurus dilihat dari peta," ujar Sri.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Material Bangunan Tidak Kokoh

Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Terlihatnya patahan dari lempeng Palukoro di darat, PVMBG Badan Geologi menyarankan pemerintah setempat tidak memaksakan membangun bangunan strategis. Jika bersikukuh, akan terjadi kembali kerusakan yang menimbulkan korban seperti gempa berkekuatan 7,4 beberapa waktu lalu.

Untuk kerusakan Jembatan Kuning di Sulawesi akibat terjadinya gempa, Sri menyebutkan hal tersebut dikarenakan tidak kokohnya material bahan baku yang digunakan. Meski terjadi gelombang Tsunami yang melintas di daerah itu, tetapi dampak guncangan gempa yang besar merobohkannya.

"Jadi rekomendasi lengkapnya menunggu dari tim yang berangkat ke sana akan diberikan kepada pemda," tutur Sri.

Tim yang dikirim oleh PVMBG Badan Geologi sendiri diprioritasan memeriksa kawasan Palu, Donggala, Poso karena dampak gempa kemarin sangat luas. Jika diperlukan, otoritas vilkanologi dan mitigasi bencana geologi tersebut akan mengirimkan tim tambahan.

Hal itu dilakukan untuk membantu daerah yang terlewat dalam pemeriksaan yang kini tengah dilakukan. Karena jangka waktu pemeriksaan usai terjadinya gempa, hanya diberikan tenggat waktu selama satu pekan.

"Untuk kondisi batuannya sendiri di Palu Sulawesi Tengah terdiri dari susunan batuan sangat tua namun lapuk. Meski batuannya kompak, pelapukan itu yang memperkuat guncangan akibat gempa. Batuan termuda di daerah itu berumur jutaan tahun sampai puluhan ribu tahun lalu," jelas Sri.

PVMBG Badan Geologi menyebutkan pelapukan batu tersebut tersebar sangat luas di seluruh Pulau Sulawesi, terutama di daerah Sulawesi Tengah.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya