JK Harap Masjid Kampus Tak Disisipi Paham Radikal

Jusuf Kalla menghadiri workshop penguatan fungsi masjid kampus dalam pembangunan karakteristik mahasiswa.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Nov 2018, 13:10 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2018, 13:10 WIB
Wapres Jusuf Kalla Buka Pameran Alutsista Indo Defence 2018
Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi sambutan saat membuka pameran Indo Defence 2018 di JiExpo and Forum, di Kemayoran, Jakarta Rabu (7/11). Pameran ini digelar selama empat hari dari tanggal 7-10 November 2018. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri workshop penguatan fungsi masjid kampus dalam pembangunan karakteristik mahasiswa yang digagas asosiasi masjid kampus Indonesia. Dia berharap, pengurus dan masjid kampus dapat jadi contoh untuk masjid di sekitarnya.

"Kalau masjid kampus baik, akan jadi contoh untuk masjid yang lain dan sekitarnya. Maka dari itu harapan kita mudah-mudahan semuanya berjalan dengan baik, dan juga bagaimana saling membantu," kata Wapres Jusuf Kalla ketika memberikan sambutan di kantor Kemenristekdikti, Jakarta Pusat, Sabtu (10/11/2018).

Pria yang kerap disapa JK ini juga meminta kepada pengurus, masjid kampus digunakan positif dan jangan disisipi paham radikal. Dia mempersilakan mahasiswa untuk fanatik dalam hal positif. Namun tidak memiliki paham radikal sehingga tidak menimbulkan masalah.

"Jangan masjid kampus disisipi paham-paham yang radikal, kalau fanatik silakan. Tapi radikal berbeda dalam arti fanatik, itu saya ingin beribadah menjalankan syariah begini. Kalau radikal ya keluar daripada garis wasatiah, keluar dari garis tengah dan lebih malah kadang-kadang merusak," papar JK.

Sehingga, lanjut JK, masjid dapat diberikan contoh dan dapat diberikan kurikulum.

Masjid di Negara Lain

Jusuf Kalla menceritakan perbedaan masjid di negara-negara lain dengan Indonesia. Dia mengatakan di Indonesia masjid diurus oleh masyarakat.

Berbeda dengan di Malaysia, kata JK, sebagian besar diatur oleh negara. Mulai dari khotbah yang terpusat dan harus diawali dengan pembukaan mendoakan raja.

"Kalau di Malaysia sebagian besar masjid dibangun negara. Karena itu khotbah di Malaysia itu tersentralisasi, seragam semuanya. Ada yang menulis pokok banyak itu di depan masjid. Ada kantor pusat, tv, semua dibikin di situ. Karena itu pembukaan khotbah di Malaysia selalu pertama mendoakan raja," kata JK di Kemenristekdikti.

Sementara masjid di Indonesia kata JK. Saat khotbah di masjid sebaliknya tidak ada yang mendoakan Presiden, melainkan mengkritik.

"Di kita mana ada mendoakan presiden, selalu malah mengkritik presiden. Nah itu bahayanya di situ. Karena itu di negara-negara Malaysia, timur tengah, semua pegawai masjid, marbot masjid itu pegawai negeri. Kita berbeda, semua masyarakat," ungkap JK.

Tidak hanya soal khotbah, kotak amal atau uang sumbangan yang terdapat di masjid juga hanya bisa didapati di Indonesia. Karena itu terlihat dari survei yang merilis bahwa Indonesia adalah negara yang dermawan.

"Kita setiap kali ke masjid siapkan duit untuk beramal. Di luar negeri mana ada kotak amalnya, di Malaysia tidak ada kotak amal," ungkap JK.

 

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya