Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi memuji Ketua Umum PDIP yang juga Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri. Dia menyebut, Megawati adalah figur yang memiliki ideologi politik sangat kuat.
"PDI Perjuangan bersyukur memiliki ibu Megawati figur yang berkeyakinan politik sangat kuat, berkeyakinan Pancasila sangat sangat sangat kuat," kata Jokowi saat memberikan pidato di peringatan HUT ke-46 PDI Perjuangan di Hall C3 Jiexpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (10/1/2019).
Menurut Jokowi, Megawati telah dan terus menginspirasi kader PDIP. Putri Presiden pertama RI Soekarno itu juga disebut menginspirasi generasi bangsa Indonesia.
Advertisement
"Pikiran, ucapan, dan tindakan beliau selalu begitu membekas dalam diri kita semuanya," ucap dia.
Megawati, lanjut Jokowi, memiliki keberanian dan ketulusan. Megawati juga selalu konsisten dalam bertindak.
"Konsistensinya selalu menjadi teladan bagi kita semuanya kader PDI Perjuangan," ujar Jokowi.
Presiden Jokowi didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla saat menghadiri HUT ke-46 PDIP. Dia juga memboyong sejumlah menteri Kabinet Kerja di antaranya, Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.
Kemudian Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah AANG Puspayoga, Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar, Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Jaksa Agung HM Prasetyo, dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Sejarah PDIP
Ketua Umum PDIP MegawatiSoekarnoputri, sempat terisak dan menitikkan air mata, saat menceritakan sejarah perubahan nama partainya. Hal ini disampaikan saat menyampaikan pidato dalam rangka HUT PDIP ke-56.
Presiden kelima RI ini, memutar memorinya saat PDIP masih bernama PDI terkait kejadian di Pemilu 1997. Di mana jelang hari pencoblosan, dia didatangi oleh perwakilan pemerintahan.
"Kembali ke dalam ingatan yang lama, kenapa dari PDI menjadi PDI Perjuangan. Kami waktu itu tahun 97, waktu itu ada Pemilu, saya tidak lupa, beberapa hari pencoblosan saya didatangi beberapa orang dari Pemerintah, yang mengatakan kepada saya hak saya untuk dipilih itu ditiadakan. Tapi saya diizinkan untuk memilih," ucap Megawati di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (11/1/2019).
Hal ini membuat dia merasa binggung. Meski demikian, Megawati tetap meminta para kader banteng untuk tetap mencoblos.
"Saya pikir waktu itu pada nurut. Saya sampai ditunggu untuk ke tempat coblos. Tapi mungkin sudah jalannya, persis saat (hari) mencoblos, keluarga saya di Blitar ada yang meninggal, dan saya pergi ke sana. Sampai saat penguburan saya tetap ditunggu, waktu itu bukan KPU tapi LPU, dan meminta menggunakan hak saya untuk mencoblos di Blitar. Tapi waktu itu saya mengatakan tidak mungkin, karena harus mengantarkan jenazah sampai pemakaman," cerita Megawati.
Dia mengaku sedih, pasalnya, kader-kader PDI tidak mau memilih. Sehingga suaranya turun drastis. Saat menceritakan ini, dia pun sempat terisak dan menitikkan air mata.
"Tapi bukan sedih, warga PDI bersorak-sorai. Setelah itu tentu saja, PDI suaranya dikatakan tidak bagus," cerita Megawati.
Saat Pemilu 1999, dia disebut boleh ikut. Dengan catatan harus mengubah nama.
"Waktu itu ada yang mengatakan perjuangan, perjuangan. Waktu mendaftarkan nama itulah kenapa menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan disahkan 1 Februari 1999, waktu saat kongres kelima. Itulah salah satu perjalanan luar biasa dari PDI ke PDI Perjuangan," kata Megawati.
Menurut dia, sejarah ini terus disampaikannya. Untuk mengingat para kader banteng bermoncong putih itu.
"Sejarah tersebut selalu saya sampaikan. Agar partai ini memiliki ingatan kolektif, dan komitmen tuntaskan tugas sejarah," pungkasnya.
Â
Reporter: Titin Supriatin
Sumber: Merdeka.com
Advertisement