Indonesia dan Inggris Kucurkan Dana Rp 31 Miliar untuk Penelitian Banjir

Kerja sama terkait penelitian bencana banjir ini dilakukan melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti) dan Newton Fund.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 07 Feb 2019, 14:24 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2019, 14:24 WIB
Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kerajaan Inggris dalam penelitian di bidang kebencanaan hidrometeorologi. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)
Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kerajaan Inggris dalam penelitian di bidang kebencanaan hidrometeorologi. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kerajaan Inggris untuk melakukan penelitian di bidang kebencanaan hidrometeorologi. Kedua negara menyiapkan dana sebesar 1,7 juta poundsterling atau sekitar Rp 31 miliar guna merealisasikan penelitian tersebut.

Kerja sama terkait penelitian bencana banjir ini dilakukan melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti) dan Newton Fund.

Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi, Mohamad Nasir mengatakan, ada tiga penelitian di bidang banjir yang mendapat pendanaan. Penelitian tersebut dilakukan dalam jangka waktu tiga tahun atau mulai 2019-2021.

"Pemilihan tiga penelitian yang didanai dilakukan dengan proses yang terbuka, transparan, dan kompetitif. 23 Proposal yang masuk dinilai oleh reviewer dari Indonesia dan Inggris, 10 proposal yang lolos didiskusikan pada panel meeting bulan Agustus 2018, sampai akhirnya diputuskan bersama tiga proposal yang didanai bersama dengan total dana Rp 31 miliar selama tiga tahun," ujar Nasir di kantornya, Jakarta, Kamis (7/2/2019).

Adapun tiga penelitian yang didanai yakni, riset untuk meningkatkan pengelolaan badan Sungai Ciliwung dan kepedulian masyarakat terhadap ancaman banjir oleh peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) Harkunti Rahayu dan peneliti University of Huddersfield, Richard Haigh.

Kemudian riset untuk meningkatkan prediksi banjir jangka menengah di Jakarta, Bandung, dan Surakarta oleh peneliti ITB, Agus Mochamad Ramdhan dan Simon Mathias dari Durham University. Serta riset untuk mengidentifikasi penyebab utama banjir di Indonesia dan strategi utama memitigasi risiko bencana oleh peneliti Universitas Jenderal Soedirman, Suroso dan Chris Kilsby dari Newcastle University.

Nasir mengungkapkan, penelitian kali ini sengaja difokuskan terhadap kebencanaan banjir. Nantinya, pihaknya juga akan menjalin kerja sama untuk penelitian di bidang kebencanaan lainnya, seperti gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, hingga gunung meletus.

"Mudah-mudahan pendanaan yang dilakukan bisa berlanjut pada bidang lain. Mungkin nanti kita akan buka pada segmen yang berbeda, mungkin masalah tsunami. Kebetulan masalah tsunami kami sudah kerja sama dengan Jepang," tutur dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Rincian Dana

Penampakan Bantaran Ciliwung yang akan Dinormalisasi Pemprov DKI Jakarta
Bangunan yang berada di bantaran Sungai Ciliwung, Jakarta, Selasa (13/2). Pemprov DKI akan melanjutkan program normalisasi sungai sehingga bantaran sungai terbebas dari hunian warga serta upaya mengurangi banjir. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Dari total biaya yang dibutuhkan untuk penelitian ini, 85 persen di antaranya disumbang oleh Kerajaan Inggris melalui Newton Fund. Kerja sama antara Indonesia dan Inggris di bidang riset telah dilakukan sejak 2015 dengan total nilai sekitar 18 juta poundsterling.

"Dana total sebesar 18 juta poundsterling dari 2015 sampai 2021. Jadi proyek ini sebesar 1,7 juta poundsterling kira-kira 10 persen dari total budgetnya," ucap Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste, Moazzam Malik.

Inggris, kata Moazzam, merupakan negara terbaik kedua dunia di bidang riset setelah Amerika Serikat. Dia berharap kerja sama di bidang riset ini mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dan juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi akibat penanganan bencana yang lebih baik.

"Kami bangga bisa bermitra dengan ilmuwan di Indonesia serta berkontribusi membangun Indonesia yang lebih aman, lebih makmur, dan lebih unggul," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya